Bab 2

3K 203 6
                                    

The Guardian Angel

Bab 2
.
.
.
.
.
.
.
.

22.04 PM

Kota Shinju, Jepang

Kafe Latte

"Tsukishima-chan."

Gerakan tangan gadis yang tengah mengelap meja itu terhenti dan kepalanya menoleh pada asal suara yang memanggil namanya. Surai cokelat sepunggung yang terkuncir rapi sedikit bergoyang saat embusan angin masuk lewat pintu kafe yang terbuka oleh perempuan yang kini tengah berdiri di tengah pintu.

"Irimi-san," ucap gadis beriris jade tersebut sembari tersenyum pada perempuan berambut hitam yang tadi memanggil namanya. "Belum pulang?" tanya Athala lagi.

Irimi menggeleng. "Aku kembali lagi. Lagipula hari ini Yugao tidak berangkat, kau pasti sendirian membereskan kafe," ujar Irimi lalu melangkah masuk setelah menutup pintu. Kepala perempuan itu mendongak menatap bagian atas pintu yang terdapat bel kuning kecil yang kelihatannya rusak. "Masih belum diperbaiki ya. Padahal aku sudah membicarakannya dengan Hiruka-tenchou."

Manik hitam milik Irimi segera kembali terfokus pada Athala yang masih mengelap meja yang sama dan beralih menatap ember beserta alat pel di sebelah meja kasir.

"Yugao-senpai absen karena hari ini adalah peringatan kematian neneknya," sahut Athala pada kata-kata Irimi tentang salah satu senior laki-lakinya di kafe tersebut. "Ah. Untuk masalah bel, Hiruka-tenchou tadi bilang kalau akan membeli yang baru saja." Athala mengangkat lapnya dan beralih mengelap meja di belakangnya.

Irimi menganggukkan kepalanya tanda paham. Perempuan berumur 23 tahun itu berjalan mendekati alat-alat pel dan membawanya ke kamar mandi untuk diisi air. Baru saja Irimi akan mengangkat ember, Athala langsung berucap, "Irimi-san, apa yang akan kau lakukan?"

Perempuan berambut hitam yang digulung tinggi itu menaikkan sebelah alisnya. "Mau membantumu untuk membersihkan kafe. Hei, responmu berlebihan," ucap Irimi dengan tawa renyah. Perempuan itu mengabaikan tatapan khawatir dari juniornya yang terlihat keberatan kala dirinya ikut membantu.

"Tapi, Irimi-san, hari ini adalah piketku untuk---"

"Huussst...." Irimi memotong perkataan Athala dengan jari yang diletakkan di depan bibirnya. "Kau ini cerewet sekali. Sudahlah, tidak apa-apa. Kau juga sering membantuku untuk membersihkan kafe, bukan?"

Athala terdiam sebelum akhirnya mengembuskan napas panjang. "Baiklah, terserah Irimi-san saja," ucap Athala menyerah, diangguki oleh Irimi yang juga tengah tersenyum lebar. "Terimakasih, Irimi-san." gadis berambut cokelat sepunggung yang dikuncir rapi tersebut tersenyum manis pada seniornya.

***

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Irimi setelah pekerjaan mereka selesai. Kini kedua perempuan itu tengah berjalan di gang perumahan Kota Shinju.

Gadis yang kini pakaiannya sudah berganti dari seragam kafe ke seragam sekolah tersebut menoleh. "Baik-baik saja," jawabnya pendek. "Sekitar dua bulan lagi akan ada ujian akhir, jadi waktu belajar di sekolah sedikit ditambah. Setidaknya sebelum aku lulus sekolah, aku belum bisa berangkat bekerja setiap sore seperti biasanya," lanjut Athala sembari menunduk menatap ujung sepatunya.

Perempuan berambut hitam dengan tinggi 165 cm tersebut menatap lamat gadis yang lebih muda enam tahun darinya. Secercah perasaan iba muncul di hatinya kala menyadari kalau gadis di sampingnya saat ini tengah mengalami kesulitan.

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Where stories live. Discover now