Bab 25

784 76 0
                                    

"Gabriel, cari keberadaan Linus dan bantu dia. Aku akan membersihkan semua monster yang sudah turun ke dunia manusia, mereka berbahaya," ucap Athala diangguki oleh archangel tersebut.

***

Kedua sosok yang kini masih melayang di udara sama-sama tengah terengah karena kelelahan.

"Aku seperti melawan diriku sendiri," gumam sosok berambut panjang hitam dengan lima buah tanduk di kepalanya yang mengeluarkan api hitam. Kulit kemerahannya penuh luka dan mengeluarkan darah, namun tak lama kemudian luka itu menghilang tapi masih berbekas. Bekas itu menandakan kekuatannya yang makin melemah.

"Kau sudah lelah?" terdengar suara dari sosok perempuan berambut hitam sedagu yang penampilannya tak jauh dari Linus, namun ia tidak mempunyai tiga pasang sayap seperti milik pemuda itu. Senyum jahat tercetak di wajahnya.

"Menurutmu?" tantang pemuda yang sedang dalam mode Pentahorn tersebut.

"Kita lihat saja," sahut Flaine.

Linus melesat cepat sembari menghunuskan pedangnya pada Flaine, namun berhasil perempuan itu tahan dengan perisai dari cambuknya.

Laki-laki itu lalu terbang berbalik dan menyarangkan tendangan pada tubuh gadis itu. Flaine menahan dengan sebelah tangannya yang bebas, lalu tangannya yang lain terangkat untuk mencengkeram Linus dengan cambuk. Berkali-kali serangan serta pertahanan gadis itu lancarkan, namun selalu tidak berhasil. Begitu pula dengan pemuda beriris sklera tersebut.

Flaine menyabetkan cambuk hitamnya memutar di udara, lalu terciptalah sebuah pusaran angin. Saat debu beterbangan menghalangi pandangan, saat itu pula gadis tersebut melancarkan serangannya.

Melindungi diri, Linus lebih menggunakan indera pendengarannya saat matanya tidak bisa untuk melihat keadaan sekitarnya.

"Aku di sini." Flaine tiba-tiba muncul di belakang Linus karena berteleportasi. Cambuknya ia lingkarkan di leher Linus dan selebihnya untuk mengikat tangan dan tubuh pemuda itu. Ujung cambuknya yang terdapat pisau tipis menggores permukaan kulit laki-laki bersurai hitam tersebut.

Baru saja perempuan itu akan tertawa sembari mengeratkan cekikannya, Linus berteleportasi menjauh dari Flaine dan melancarkan serangannya dari jauh dengan pisau angin. Flaine menghindar dengan tawa keras keluar dari mulutnya.

"Ini sedikit menyebalkan," gumam Linus lagi saat lagi-lagi dirinya mendengar tawa perempuan itu. "Aku lebih suka mendengarkan tawa kekasihku," sindirnya.

Gadis berambut hitam itu mengepakkan sayapnya melesat cepat mendekat pada Linus. Sebelah tangannya menjentik, cambuk yang talinya lentur kini menegang lurus. Flaine memutarnya di tangan.

Berniat menembus tubuh Linus, namun bisa pemuda itu halau dengan tangannya tanpa perisai. Luka memanjang yang ia dapatkan sebelumnya makin bertambah. "Cih!"

Menggertakkan giginya karena serangannya gagal, Flaine mengangkat kedua tangannya lalu terciptalah sebuah bola hitam penuh kekuatan besar miliknya. "Kuharap setelah ini kau mati," bisik perempuan itu dengan netra hitam skleranya menatap tajam tubuh Linus yang lebih rendah darinya.

"Lancang." pemuda itu mendesis tajam. "Hanya karena kau satu tingkat lebih kuat dariku, kau melupakan siapa aku," desisnya.

Gadis itu memiringkan kepalanya dengan wajah sok polos. "Oh, Linus sayang, kau adalah fallen angel terkuat di antara kami semua," jeda gadis itu. "dulunya." senyum jahat terlukis di wajahnya kemudian.

Flaine menekuk tubuhnya ke depan dan dua tangannya seolah mendorong bola hitam itu agar menyerang Linus.

Sebenarnya bisa saja pemusa itu menghindar, namun dilihat dari bentuk dan kekuatan yang Flaine kerahkan untuk membuat bola itu, sepertinya kerusakan parah akan menimpa bagian bumi ini. Tidak ada pilihan lain selain menahannya dengan perisai pedang.

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora