Bab 17

756 84 0
                                    

Kerajaan Duende

Rumah Keluarga Wittgenstein




Tubuh fallen angel tanpa sayap itu kini tergeletak tak berdaya di bawah rimbunan semak. Setelah melarikan diri dari pelatihan fisik yang rutin diadakan antar fallen angel, Damian segera menyembunyikan diri di dunia manusia.

Suara langkah kaki mengganggu pendengaran pemuda berambut gondrong berwarna hitam pekat tersebut. Poni yang hampir menutupi kedua kelopak matanya ia sibakkan ke atas dan tiba-tiba sebuah siraman air yang memiliki bau tidak sedap terciprat cukup banyak ke wajahnya.

'Asdfghjkl!'

Damian tidak bisa berkata-kata. Segera tubuh itu bangkit dari posisinya dan berdiri menjulang di belakang sebuah sosok kecil anak perempuan yang tengah dengan teratur menyirami sayuran serta beberapa tanaman di dekatnya dengan ember yang Damian yakini berisi kotoran hewan.

"Hei! Kalau mau menyiram, perhatikan sekitarmu, sialan," bentak Damian pada anak kecil berambut cokelat yang kini terkejut setengah mati karena mendengar bentakan secara tiba-tiba, hingga tak sengaja menjatuhkan ember berisi pupuk hewan.

"U-uh...." Attila versi anak kecil itu menutup mulutnya sebelum sebuah teriakan melengking keluar dari mulutnya disusul rembesan airmata. Tangisan khas anak kecil yang membuat telinga Damian memerah mendengarnya pun terdengar hingga rumah yang di dalamnya terdapat Samuel serta orang tuanya. Keluarga Attila segera keluar karena khawatir mendengar tangisan Attila yang tak seperti biasanya.

Melihat ada manusia lain yang mendekat, membuat Damian berdecak kesal. Dia menunjuk wajah Attila dengan tatapan tajam. "Kau akan kutandai dalam bukuku sebagai manusia ter-paling-sangat menyebalkan seumur hidup! Lain kali aku akan kembali untuk mencekikmu, ingat itu!" ancamnya pada anak kecil beriris jade tersebut.

Memunculkan kembali sayapnya, Damian akhirnya melesat pergi secepat kilat meninggalkan gadis kecil yang dihampiri oleh ketiga anggita keluarganya dengan wajah khawatir.

Tanpa Damian sadari, pertemuan pertamanya dengan manusia itu justru membuatnya selalu memikirkan sang gadis.


Sembilan tahun berlalu, Damian kembali ke Desa Fringhard. Beberapa waktu kemudian, pemuda beriris biru tua tersebut kembali mendekati wilayah dimana terdapat rumah Keluarga Wittgenstein.

Entah kenapa perasaan pemuda itu sangat campur aduk. Membayangkan kini gadis cilik yang dulu dibentaknya sudah menjelma sebagai gadis sembilan belas tahun, membuat Damian tidak berhenti membayangkan versi dewasa anak kecil cengeng itu.

Namun langkahnya terhenti saat tercium samar aroma familiar milik salah satu rekannya. Tidak hanya aroma Linus, Damian juga mencium bau busuk asing yang melebihi busuknya makhluk neraka paling dalam.

Tiba-tiba Damian merasakan bahaya tengah mengincarnya. Pemuda itu lalu berteleportasi ke atas pohon terdekat, bertepatan dengan sebuah panah berwarna merah darah menancap di tempatnya sebelumnya berdiri.

"Hei, satu saja sudah membuatku repot setengah mati. Sekarang muncul lagi? Seberapa menariknya aroma Attila bagimu, Fallen Angel?" sahut sebuah suara dari pemuda bersurai perak yang muncul tak lama setelah panah tertancap.

Damian mengkerutkan dahinya. Dia mengenali pemuda itu sebagai adik dari gadis kecilnya, tapi ada sesuatu yang terasa janggal. Aura pemuda beriria merah itu terasa kuat dan berbahaya. Dan lagi, kenapa dia mengetahui identitas Damian sebagai Fallen Angel?!

"Siapa kau?" desis Damian.

"Aku?" tanya Samuel menunjuk dirinya. " 'adik' Attila," lanjutnya sembari tersenyum remeh.

Kedua alis meruncing Damian menjorok ke dalam. "Attila tidak pernah mempunyai adik yang bukan manusia," jawab pemuda berambut hitam gondrong tersebut. Kedua tangan di sisi tubuhnya mengepal erat.

Kedua alis perak Samuel terangkat. Seulas senyum licik terukir di wajahnya. "Kau mengatakannya seolah mengenal Attila luar dalam, memangnya siapa kau?" pemuda setinggi 189 cm berambut perak itu mengangkat sebelah tangannya dan menggores telapak tangan dengan kukunya. "Kau tidak memancarkan aura bahaya, tapi tetap saja keberadaanmu sangat mengganggu," ucapnya lalu membentuk sebuah pisau belati dari darah yang mengucur.

Damian mengetatkan rahangnya. Tubuhnya mundur beberapa langkah lalu melesat terbang dengan sayapnya ke udara. Pemuda itu terus menjauh, hingga dirasa jaraknya cocok untuk menembak. Sebelah tangannya terangkat dan muncullah sebuah anak panah beserta busurnya. Aura biru melingkupi busur berukuran satu meter tersebut.

Dia adalah salah satu petarung jarak jauh, dari jarak sejauh ini pasti Damian pemenangnya.

Jrash

Belum sempat Damian membidik titik Samuel, tiba-tiba pemuda berambut perak itu sudah berada di depannya dan mengayunkan belati menggores dalam tangannya yang memegang busur. Sontak busur berukuran satu meter tersebut terjatuh dari genggamannya.

"Akh!" lenguhan kesakitan keluar dari mulut fallen angel itu. Netra hitamnya membulat kala menyadari sepasang sayap putih bersih kini terpasang di balik punggung pemuda yang menjadi adik Attila.

Entah apa yang terjadi, yang jelas setelah itu kesadaran Damian seolah terenggut oleh kegelapan. Yang ia ketahui, saat ia sadar ia sudah berada di atas tanah dalam keadaan terluka parah. Daerah sekitar tidak ia kenali. Sepertinya ia terlempar jauh dari wilayah sebelumnya, yang baru saja ia ketahui setelah kembali ke dunia bawah kalau wilayah itu milik Linus.

Beberapa waktu berlalu, hingga kenyataan terbuka di depan wajahnya. Attila telah menjadi kekasih dari fallen angel yang ia hormati. Marah? Tentu saja. Benci? Terlukis jelas. Tapi tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain merelakan gadis kecil yang selama ini menghiasi setiap waktunya. Yang Damian harapkan hanyalah Linus yang bisa menjaga sepenuh hati kehadiran Attila.

Namun, hal itu hanyalah do'a belaka. Dalam hati Damian yakin hal ini akan dianggap tabu oleh dunia bawah.

Benar saja. Tak lama kemudian, Linus mengamuk di dunia bawah. Damian dan yang lainnya baru tahu kalau manusia yang menjadi kekasih fallen angel terkuat tersebut sudah mati ... 

Ditangan tuannya.... 


Seberkas amarah memenuhi hatinya pada Azazel. Namun, hal itu langsung surut seketika saat pemikiran kalau Linus yanh salah karena tidak becus menjaga Attila terpikirkan olehnya. Setelah hari itu, Linus adalah orang nomor satu yang berada dalam daftar kebenciannya.

***

Sudah dua hari berlalu dan gadis yang memiliki paras mirip Attila itu belum sadarkan diri.

Setelah merasakan ledakan kekuatan besar tersebut, Damian langsung menuju asal tempatnya dan menemukan tubuh Athala tergeletak di atas tumpukkan reruntuhan bangunan dengan luka memenuhi tubuhnya. Awalnya reaksi Damian adalah waspada, sedih, namun bahagia di sisi lain saat mendapati sosok yang ia rindukan berada di depannya walau ia tahu gadis itu bukanlah yang sebenarnya.

Setelah merawat luka-luka Athala, Damian terus menerus menggenggam tangan gadis berambut cokelat tersebut. Rasanya seperti mimpi melihat gadis yang sudah meninggal dan sangat ia rindukan kini berada di depannya.

Di sisi lain, Damian juga tidak bisa memungkiri kalau ia terkejut akan getaran Glasdtone miliknya. Getaran yang menunjukkan kalau gadis mirip Attila itu adalah seorang ... denoir.

***


Oh kasihku
Oh kasihku

Kita harus ceriaaaaaaaa

😂😂😂😂

Nyerah dedek. Nggak kuat. Lanjut besok aja...

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Where stories live. Discover now