Bab 16

745 81 0
                                    

Brak

Tubuh Flaine terbanting ke dinding. Gadis itu memuntahkan darah hitam dari mulutnya.

Sialan. Butuh waktu semalaman untuk membobol perisai pelindung yang dibuat Linus di rumah gadis itu dan sekarang bayarannya? Aku dikalahkan? Batin Flaine murka. "Manusia sialan," lirihnya sembari terbatuk beberapa kali. Tangannya terangkat untuk mengusap luka memanjang di dadanya yang mengeluarkan darah menembus jaket kain hitam tanpa lengan yang ia gunakan, perlahan luka itu menutup.

Tubuh Athala muncul tak lama kemudian dengan tombaknya yang berlumuran darah hitam milik gadis ombre sebahu tersebut.

"Inikah saatnya?" bisik gadis beriris hijau tersebut dengan senyum di wajahnya.

Perlahan Flaine bangkit dari posisinya, lalu cambuk di tangannya ia taruh tergigit di mulut. Kedua tangan gadis setinggi 175 cm itu terangkat, sebuah cahaya hijau muncul dan mengelilingi tubuhnya.

Perubahan mulai terjadi. Sepasang tanduk bertambah di kepala dan ukuran tanduk yang berada di dahi membesar. Kornea hitam memenuhi bolamatanya. Mode bertarung tetrahorn ; empat tanduk, perubahan terakhir dari Flaine.

Sebelah tangan gadis fallen angel tersebut terangkat mengambil cambuk di mulutnya. "Manusia ... tidak tahu diri!" ucap Flaine yang nadanya sudah berubah menyerupai geraman. "Cepatlah mati!" teriaknya, lalu melesat cepat menuju tubuh Athala yang masih melayang di udara dengan pandangan tajam.

Athala menghindar ke belakang saat lecutan cambuk mengincar lehernya, lalu gadis itu membungkuk dan memutar tajam untuk menendang perut gadis bersayap hitam tersebut. Flaine dengan cepat terbang ke atas sebelum tendangan mendarat di perutnya, namun itu membuat pertahannya menurun karena kini Athala mengincar bagian bawah perempuan bersklera hitam tersebut.

Buak

Sebelum sempat Athala menggores senjatanya, gadis berambut ombre sedagu itu menendang kepala lawannya dan segera menyabet cambuk ke tubuh musuhnya.

Gadis berambut cokelat itu terpental sedikit ke belakang, namun dia segera mengambil ancang-ancang bertahan. Tepat saat ujung cambuk Flaine mengenainya, tangan Athala terulur untuk menangkapnya. Jadilah aksi tarik-menarik senjata milik fallen angel tersebut.

Dari cambuknya, Flaine mengalirkan aura untuk melemahkan bagian tubuh Athala yang memegang senjatanya. Namun, entah kenapa kekuatan itu malah berbalik menyerangnya.

"Akh!"

Flaine terpelanting ke belakang. Tepat sebelum tubuhnya menyentuh tanah, ia melihat secercah senyum dingin terukir di wajah sang denoir. Terlalu cepat, bahkan gadis ombre tersebut tidak menyadari jika Athala melesat dengan pedang terhunus menuju kepadanya dan memotong sepasang sayap hitamnya.

Semudah memutuskan benang dengan gunting.  


Erangan kesakitan keluar dari mulut gadis fallen angel memenuhi ruangan luas namun kosong tersebut. Flaine meremas bahunya yang bagian punggungnya banjir oleh darah. "Sialaaaan!" teriaknya menatap tajam sosok yang kini menatap datar tanpa minat pada Flaine.

Tidak ada pilihan lain selain kabur. Ini sungguh mempermalukan martabatnya sebagai fallen angel terkuat ke tiga yang kalah oleh seorang manusia.

Flaine mengetatkan rahangnya. "Tunggu pembalasanku, perempuan sial!" setelah mengatakan itu, tubuh gadis berambut ombre tersebut menghilang bagai asap.

Mengeratkan pegangannya pada senjatanya. Selanjutnya Athala berteriak sangat kencang, hingga mengguncang tempat dimana dia berada. Memporak-porandakan bangunan dan membuat kacau keadaan sekitar yang ternyata adalah hutan. Gempa, angin puting beliung, bahkan longsor dalam jumlah besar terjadi dan berpusat di tempat Athala berdiri.

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Where stories live. Discover now