Bab 28

1.1K 74 0
                                    


Sosok dengan lima pasang sayap hitam yang besar, rambut hitam panjang berantakan yang menonjolkan lima buah tanduk besar yang masing-masing mengeluarkan api. Kulit kemerahan Azazel semakin lama semakin memerah, tanda kekuatannya semakin bertambah.

Berkebalikan dengan dua sosok lain yang memiliki sayap berbeda warna. Gabriel mengambil wujud archangelnya dan Linus memasuki mode Pentahorn. Keduanya terlihat terengah di udara karena baru saja melakukan duel dua lawan satu yang entah kenapa masih saja terlihat tidak adil untuk Linus maupun Gabriel, karena Azazel terlalu kuat.

Gabriel tiba-tiba memegang perutnya dimana terdapat luka tusukan langsung dari tangan sang oenguasa dunia bawah itu. Pemuda bersurai perak itu mendesis pelan menahan sakit, namun tak bisa ia bohongi kalau hal itu terlalu menyakitkan sampai gerak terbangnya pun ikut terganggu.

Menyerah, Gabriel terbang sedikit lebih rendah . "Maafkan aku, Linus. Aku sudah tidak kuat lagi," desis archangel tersebut. Tangannya menggenggam erat bahu rekan dadakannya.

Linus menoleh. "Bertahanlah sebentar lagi. Aku yakin Athala akan datang," sahut pemuda itu.

Gelengan lemah Gabriel sebagai jawaban dari pernyataan pemuda itu. Obrolan singkat itu terpotong oleh tawa disertai geraman dari sang penguasa dunia bawah di depan mereka.

Azazel menyabetkan cambuk hitam bergerigi dengan ujungnya yang menyerupai ujung pedang karena terbuat dari besi. 

Sebuah pusaran api hitam tercipta. "Apa kalian sudah lelah? Mau beristirahat?" tanyanya dengan senyum melebar.

Gerigi dari cambuk terayun ke depan, namun berhasil ditahan oleh perisai Linus. Biasanya Gabriel akan memanfaatkan hal itu Untuk menyerang, namun kali ini pemuda tersebut bahkan tak bisa bergerak.

Saat perisai retak dan menyebabkan ledakan, tubuh Linus dan Gabriel menukik jatuh ke tanah, terpisah berjauhan.

Linus mencengkeram sepasang sayap dari tiga pasang lainnya yang terasa sakit karena patah dan menggores langsung tanah. Untum bergerak saja, proa itu terliht kesusahan. Menoleh ke samping, sekitar 20 meter nun jauh, Gabriel tengah mendesis sakit memegangi dadanya. Tawa Azazel bergemuruh di udara.

"Linus kau mendengarku?"

Tubuh Linus tersentak kaget mendengarnya. Pemuda itu kembali menoleh dan mendapati Gabriel yang juga tengah menatapnya. Sepertinya pemuda bersurau perak itu tengah memindlinknya.

"Ya," jawab Linus pendek.

"Aku sudah tidak bisa mengeluarkan kekuatanku lagi untuk bertarung, Azazel terlalu kuat untukku. Namun, ada satu cara untuk mengalahkannya. " jeda sebentar. "Aku akan membuat Gerbang Archangel yang bisa merantai siapapun dan menenggelamkannya di dasar samudra paling dalam. Tetapi sebelum itu, aku akan memanggil para saudaraku untuk membantu kita sekedar melemahkan kekuatan Azazel."

Linus terdiam mencoba mencerna kalimat panjang Gabriel yang terucap dalam sekali tarikan napas. Tidak menjawab, Linus hanya mengangguk. Dari kejauhan, Gabriel bisa melihatnya, lalu tersenyum.

"Kuserahkan padamu, rekan."

***

Attila berjongkok di depan tubuh gadis kembarnya. Airmata jatuh mengaliri pipinya. "Bagaimana caranya aku harus menolongmu?" ucapnya sesenggukan.

Dirinya hanyalah gadis manusia biasa. Sungguh senang hatinya kala Imanuellan mengajaknya untuk bersama-sama menunggui raga Athala sampai waktunya tiba bagi mereka untuk bertemu. Namun, saat ini apa yang bisa ia lakukan? Tidak ada. Bahkan Imanuella dan archangelnya sudah pergi entah kemana.

Menyentuh lembut tangan Athala lalu menggenggamnya erat. "Jujur, aku takut. Takut sekali sampai aku tidak bisa merasakan perasaan lainnya," bisiknya. "Aku tidak berniat untuk meninggalkanmu. Aku akan merelakan semuanya untukmu, bahkan Linus maupun separub lagi jiwaku. Namun, aku mohon, sadarlah. Athala! Sadar!" pekiknya frustrasi.

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Where stories live. Discover now