Bab 6

1.2K 104 3
                                    

The Guardian Angel
.
.
.
.
.
.

"Kau tidak apa-apa?"

Kesadaran Attila kembali. Gadis bergaun terusan pendek berwarna krem itu menatap kaki kanannya yang terluka akibat terantuk akar pohon yang kini sudah dibalut oleh kain kasa.

Tubuh gadis itu terlonjak saat merasakan tepukan di bahunya, ia lupa kalau dirinya tidak sendirian di rumah ini. Menoleh sedikit, ia menemukan sosok pemilik syal berwarna biru gelap yang sebelumnya digunakan untuk menutupi kepalanya.

Attila menelan ludahnya takut-takut. "A-aku tidak apa-apa," jawabnya atas pertanyaan Linus tadi. Pemuda itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

Di meja kayu bundar itu, Linus duduk di hadapan gadis berambut cokelat yang tadi siang ia selamatkan. Tangan kanan pemuda itu mengambil sesuatu dari saku jaket hitamnya. Sebuah pita rambut berbentuk bunga krisan putih.

"Aku menemukannya," ucap Linus ditengah keheningan.

Netra jade itu terbelalak. Ia langsung teringat seseorang.

"Samuel, kalau kau sudah punya uang, nanti belikan aku pita rambut, ya?" 

Attila yang tengah memasak makan malam berbicara pada adiknya yang tengah membaca sebuah buku tentang kesehatan yang mereka temukan di perbatasan desa.

"Memangnya untuk apa?" tanya pemuda bersurai perak itu tanpa menoleh.

Attila berdecak. "Tentu saja untuk menghias rambutku! Kau ini bagaimana. Hitung-hitung untuk kado ulang tahunku awal musim semi nanti," ujar Attila kesal.

"Hn." Samuel menjawab dengan deheman.

"Samuel, jawab yang jelas. Mau tidak?"

"Hn." pemuda itu masih menjawab dengan deheman.

Attila merasa kesal karena merasa tidak didengarkan. "Samueeeel!" serunya marah.


"Ini milik siapa?" tanya Attila hati-hati meraih pita rambut yang Linus taruh di atas meja. Mengamatinya.

Pemuda berambut hitam pendek itu memperhatikan gerak-gerik gadis manusia di depannya. "Milik adikmu," jawabnya. Gadis bernetra jade itu terbelalak dan dengan cepat beralih menatap marah pada Linus.

"Apa maksudmu mengatakannya?" serunya tidak suka. "Kau---maksudku, anda siapa sebenarnya? Kenapa bisa ada disini?" tanya Attila debgan sedikit nada ketus.

Linus mengedipkan matanya sekali sebelum kembali memberikan sebuah benda ke atas meja. Sobekan kain kemeja berwarna biru kusam. Mirip dengan ... pakaian yang dipakai Samuel saat pergi mengambil keperluan kebun ke desa.

"Apa ... ini ...?" Attila menagih jawaban yang diinginkannya. Di kepalanya berbagai pikiran negatif hadir, namun sebisa mungkin Attila tidak menghiraukannya. Pemuda di depannya adalah laki-laki yang dulu sempat dikiranya sudah meninggal di bawah pohon di desa. Pemuda berambut hitam itu pula yang selama ini terlihat mencurigakan dengan berdiri di samping pohon di sekitaran rumah Attila.

Dia pasti orang gila, ucap Attila dalam hati. Tapi, mana ada orang gila berpakaian layaknya bangsawan?

"Terserah padamu mau percaya atau tidak." Linus buka suara. "Aku menemukan mayat adikmu di jurang dekat perbatasan desa, menuju kemari. Dia diserang oleh makhluk yang sama yang menyerangmu tadi." kalimat demi kalimat dari pemuda itu meruntuhkan dinding positif yang terbangun di dalam Attila. "Manusia adalah makhluk yang lemah, termasuk adikmu," lanjut Linus, lalu berdiri dan berlalu dari meja itu.

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Where stories live. Discover now