Bab 8

1K 95 5
                                    

The Guardian Angel
.
.
.
.

"Bagaimana kalau aku memaksa?"

Linus mengeratkan genggamannya pada gagang pedangnya yang berbentuk salib dan berukiran abstrak yang membentuk Bunga Gardania. "Aku akan kembali, tapi bukan sekarang," tekannya.

Embusan napas keluar dari mulut pemuda berambut hitam panjang tersebut.

Perlahan kepakan sayapnya melemah dan kakinya menginjak bumi. "Linus, Tuan Azazel memberikanku perintah untuk menjemputmu karena kau selalu menunda kepulanganmu. Beliau khawatir padamu. Maka dari itu kembalilah sebentar, hanya untuk menunjukkan wajahmu," ucap Avram menatap pemuda di depannya dengan memohon. "setelah itu kau bisa kembali ke dunia manusia," lanjutnya.

Semenjak kemunculan Avram setelah dirinya membasmi beberapa dexter yang berkeliaran, Linus belum menghilangkan pedangnya.

Begitu pula dengan Avram yang sedari datang sudah membawa senjatanya, berupa tombak dengan pegangan berwarna merah darah. Bagian besi sampai ujung tombak merupakan besi hitam yang memiliki kekuatan Fallen Angel.

Pegangan Avram pada tombaknya mengerat kala melihat Linus beranjak dari tempatnya. "Linus, jangan paksa aku untuk bertarung denganmu."

Langkah Linus terhenti. Tanpa menoleh ia berucap, "Kau mengatakannya seolah kau bisa mengalahkanku. Kau hanyalah Fallen Angel terkuat setelahku. Jangan tinggi hati hanya karena akhir-akhir ini kau selalu ditugaskan langsung oleh Tuan Azazel," ucap Linus dingin. Sekejap Avram bisa merasakan aura gelap melingkupi pemuda bersenjatakan pedang hitam berbilah tipis tersebut.

"Aku tidak seperti itu!" geram Avram mulai kehabisan kesabaran. Perlahan tangan kanannya yang menggenggam tombak terangkat. "Kau yang memaksaku, Linus."

Sebuah petir berwarna merah muncul dari langit biru yang cerah dan menyambar tombak milik Avram. Dengan cepat, pemuda berambut hitam sepunggung itu memutar tombaknya di tangan dan membuat pusaran petir yang menembak langsung tubuh Linus.

Linus membuat perisai dengan kekuatannya. Setelah berbalik, ia mengayunkan pedangnya ke depan untuk memecah pusaran petir merah dan kembali menyabetkan pedangnya ke samping untuk melancarkan api hitam. Api hitam milik Linus menyerang Avram tepat setelah pusarannya terbelah.

Belum sempat api hitam itu menyentuhnya, Avram segera mengelakkan tombaknya untuk menahan serangan itu. Beberapa detik kemudian pemuda itu berteleportasi ke samping agak jauh dengan tempatnya berdiri tadi.

Avram muncul dengan napas terengah. "Kau tidak menahan kekuatanmu?" tanyanya tak percaya.

"Untuk apa?" jawab Linus dengan seringai di wajahnya. "Aku yakin tidak ada manusia dalam jangkauan wilayahku yang bisa terluka karena terpengaruh kekuatan fallen angel."

Decakan terdengar dari Avram. "Kau ...!" serunya tidak terima.

Mengambil napas untuk meredakan amarahnya. Avram memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya menampakkan iris merah gelap yang tersembunyi dibalik kelopak matanya.

"Tempo hari kau tidak menghadiri festival purnama merah. Padahal kau sendiri tahu kalau saat itu semuan deman akan berkumpul untuk memberikan pemujaan. Dimana kau saat itu?"  ucap Avram dengan tenang. Ia tidak mau membuat masalah lebih besar lagi dengan rekannya dalam menjadi Fallen Angek tersebut.

Kemana?

Kemana lagi, kalau bukan bersama Attila. Linus terdiam saat pemikiran itu hinggap di otaknya.

"Aku ... mencaritahu tentang manusia yang memiliki jiwa seperti denoir," jawab Linus. Netra hitamnya menatap pemuda beranting cincin hitam di telinga kirinya.

The Guardian Angel #ODOCThewwg [✓]Where stories live. Discover now