beritahu tidak?

2.8K 324 6
                                    

M A R K terus menerus melihat jam tangannya. Sudah mau jam pertama pelajaran, tapi Haechan belum datang juga.

Dan Jaemin datang terlambat.

"Tumben terlambat?" Mark bertanya sambil membalikkan tubuhnya ke belakang.

"Haechan sakit."

Mark membulatkan matanya dengan jidat yang dikerutkan.

"Apa?"

"Tadi pagi, dia muntah-muntah, aku harus mengurus nya dulu. Ibu sedang di luar kota."

"Sejak kapan?"

"Kemarin."























"Ingin berbicara apa sih?"

Mark sedari tadi menahan Jeno untuk tidak pulang dulu sampai kelas sekaligus sekolah benar benar kosong.

Ingin berbicara sesuatu, katanya.

Mark berjalan keluar kelas, dan melihat kanan kiri lorong, dan kelas sebelah untuk memastikan apakah para siswa sudah pulang atau belum.

Lalu ia kembali ke hadapan Jeno.

Sedikit bimbang jelas di wajahnya. Jeno bisa membaca raut wajah Mark. Benar, ia sedang bingung untuk berbicara sesuatu yang katanya sangat penting.

"Apa.."

Jeno mendengar dengan serius.

"Buah tangan yang biasa di bawa untuk orang sakit?"

Wajah Jeno memucat seketika.

"Aku menunggu satu jam lebih, dan kau hanya menanyakan itu?"

"Ya.." Mark mengangguk kecil.

Untung sahabat. Untung, Batin Jeno.

"Beli kan saja buah-buahan."

Mark sedikit berpikir.

"Untuk siapa, hm?" Tanya Jeno menyelidik. Karena Mark tidak pernah sepeduli ini pada orang yang sakit. Sekalipun pada nya.

"Haechan?" Jeno menaik turunkan alisnya.

"Ya."

Seketika Jeno tertawa.

"Jangan tertawa." Mark menatap nya dengan malas.

Pandangan Jeno menatap jam tangan yang menunjukkan pukul 5 sore. "Begini Mark, kau harus tau apa makanan kesukaannya, apa makanan yang ia tidak suka."

"Kenapa?"

"Tega tidak ketika Haechan tetap memakan makanan yang kau bawa, meski sebenarnya ia tidak suka, huh?" Kata Jeno.

"Makanan kesukaannya hanya Kue, seperti Cheese cake, Pie, Black forest,"

"Dan Americano? Apa karena itu kemarin kau pesan Cheese cake di Cafe Johnny?"

Mark tidak sadar jika ia menyebut makanan kesukaan Haechan. Salah satunya cake yang ia pesan kemarin.

"Jadi kau tengah jatuh cinta?"

Tentu saja kau tengah jatuh cinta, batin Jeno.

"Ayo berpikir pendek. Jangan terlalu jauh."

"Maksud mu?"

"Jangan terlalu memaksakan untuk menyukai apa yang orang lain suka. Jika tidak bisa, ya jangan. Itu akan menyiksa dirimu sendiri."

"Bukan seperti itu,"

"Ayolah, Mark."

"Kau pernah tidak tahu." Jari Mark mengetuk meja.

"Apa?" Nada bicara Jeno sedikit meninggi.

Mark menarik nafasnya, "Aku tidak bisa mengatakan ini sekarang." Ia beranjak meninggalkan Jeno, tapi Jeno menahan tangannya.

"Katakan."

Wajahnya berpaling. "Tidak bisa."

"Katakan."

















Votement for next.'v

Markhyuck - Sebangku [END]Where stories live. Discover now