Love In Silent-21

193 7 0
                                    

Author POV

"RAY?!? BANGUN RAY!! "

Dua orang laki-laki menggendong tubuh seorang gadis yang tak sadarkan diri. Semua orang menatapnya iba. Termasuk Anita yang sudah mulai tenang dan menerima kenyataan pahit bahwa Rexy,adiknya telah pergi untuk selama-lamanya.

Anita mengusap lembut sisi wajah Ray yang masih terbaring tak berdaya di atas ranjang di kamar Rexy. Wangi khas Rexy masih terhirup jelas di penciuman semua orang.

"Ray,bangun sayang. Ayo buka mata-mu." Ucap bunda Ray yang juga sudah sampai di mansion Rexy.

Athaya juga menatap miris ke arah adik kandung nya itu. Dia tidak bisa membayangkan jika Ray bangun. Gadis itu pasti akan menangis lagi dan terus berteriak bahwa Rexy nya masih ada. Dia masih hidup.

Padahal siapapun tidak tau bagaimana keadaan Rexy saat ini. Polisi belum bisa menemukan bukti bahwa Rexy telah tiada. Tapi polisi juga tidak bisa memastikan jika Rexy masih hidup.

Pencarian terhadap nya masih dilakukan. James,kakak ipar Rexy juga sudah mengerahkan tim mata-mata ahli nya untuk mencari keberadaan Rexy.

Tapi sejauh ini hasilnya masih nihil. Karena itulah Anita tidak berharap banyak. Wanita 30 tahun itu sudah menganggap separuh jiwanya telah tiada.

Bahkan dia belum sempat melihat senyuman di wajah adiknya. Andai saat itu dia pulang ke Indonesia,pasti dia dapat menikmati sisa harinya yang indah bersama Rexy.

"Rex. T-rex ku dimana? Kembalikan dia ku mohon." rintih Ray setengah sadar.

Perlahan dia membuka matanya. Air mata kembali mengalir. Raut sedih kembali terpatri jelas di wajahnya. Gadis itu menatap tak percaya ke hadapan orang-orang disekitarnya.

"Ku mohon jangan bercanda dengan ku kak. Aku tau aku salah karena tidak bertemu Rexy di taman waktu itu. Tapi ku mohon kembalikan Rexy sebentar saja aku berjanji akan membahagiakan dia."

"Ray. Maaf kakak juga tidak bisa mengembalikan Rexy. Jikapun bisa pasti sudah kakak lakukan dari tadi." jawab Anita.

Ray tertawa disela tangisnya. Dia tidak percaya dengan semua yang terjadi saat ini. Bahkan dia sangat berharap jika ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir jika dia bangun dari tidur nya.

"TIDAK KAK TIDAK. REXY TIDAK MENINGGALKAN AKU. DIA, DIA PASTI KEMBALI KAK PASTI."

"Ku harap juga begitu Ray. Hanya Tuhan yang tau Rexy sekarang."

"Tidak kak. Ku mohon jangan katakan itu. Polisi belum membuktikan jika Rexy tiada. Karena itu kita harus yakin dan mencari tau dimana Rexy saat ini. Kak James,tolong bantu aku. Kakak percaya padaku kan?"

James dan Anita hanya berusaha tegar dan memeluk tubuh mungil Ray. Mereka berusaha mempercayai Ray. Ucapan gadis itu ada benarnya juga. Jasad Rexy belum juga ditemukan kan? Berarti Rexy mungkin masih bisa ditemukan.


*****

Seorang gadis menggunakan jaket kulit lengkap dengan jeans dan sepatu boot hak tingginya berjalan di taman dekat rumahnya sambil menyapu pandang setiap inci nya.

Menatap sebagian kenangan yang tersisa di benaknya. Gadis itu terkesan sangat cantik namun juga sangat dingin. Raut ceria diwajahnya telah tiada entah kemana perginya.

Dia terus saja menatap bangku taman yang kosong. Bangku itu mungkin menjadi saksi pilu sebelum terjadinya insiden itu.

Gadis itu meletakkan sebucket mawar putih yang telah digenggamnya sedari tadi. Dia tersenyum dan sesekali berusaha mengusap air matanya yang turun.

Ini sudah terhitung 4 bulan setelah kepergian Rexy. Ray sangat merasa kehilangan dan juga hampa. Bahkan dia tak lagi menemui Ryan yang selalu mencarinya.

Penampilannya bahkan berubah drastis. Dia yang dulunya selalu berpenampilan girly dan imut,sekarang justru berpenampilan simple dan dingin.

Dia selalu menjauh dari orang-orang yang ada di dekatnya termasuk keluarganya. Bundanya dan Athaya selalu bingung apa yang terjadi pada putrinya itu.

Entah sampai kapan gadis itu terus saja diam dan mengurung dirinya. Dia bahkan sangat jarang keluar kamarnya selain bekerja di perusahaan nya dan datang ke tempat ini.

Taman.

Taman yang seharusnya menjadi d saksi kebahagiaan Rexy dan Ray,justru menjadi tempat terakhir bagi Rexy. Ray sudah merelakan kepergian Rexy nya. Gadis 23 tahun itu menundukkan kepalanya sejenak dan memejamkan matanya.

"Ray." Sebuah panggilan memecahkan pikiran nya.

Ray menatap datar ke arah lelaki yang tersenyum manis dan memanggil nya itu. Tanpa aba-aba lelaki itu duduk di samping Ray.

"Apa?" Balas Ray singkat.

"Hmm.. mau ikut aku tidak Ray? Aku mau membuat kamu tersenyum lagi seperti dulu." Balas Ryan.

"Caranya?"

"Ada deh. Ikut aku ya Ray. Nanti malam. Ku mohon."

Ray menghela nafas berat lalu kemudian mengangguk tanda setuju. Ryan telah mengajaknya keluar rumah dari berbulan-bulan yang lalu namun baru kali ini Ray menyetujui keinginannya.

Ryan tersenyum penuh semangat dan kemudian kembali menatap ke arah Ray dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ray yang merasa risih mulai berdiri dari tempat duduknya lalu mengangkat tas nya dan meninggalkan sebucket bunga mawar tadi di bangku taman itu.

"Untuk apa ini Ray? Kau membuang uangmu hanya untuk meletakkan bunga ini di bangku taman. Yang pada akhirnya bunga ini pasti akan layu dan lusuh." Balas Ryan.

Ray menahan emosi nya yang sudah memuncak. Dia dengan wajah seram dan dinginnya berbalik ke arah Ryan dan memberinya tatapan membunuh.

"Apa? Apa aku salah? Seharusnya kau sadar Ray jika Rexy telah pergi. Sementara aku? Tidak kah kau melihat aku,aku selalu sabar menunggu mu untuk kembali mencintai ku seperti dulu? Ray come on, jangan stuck di satu lelaki. Masih banyak yang menginginkan kau. Termasuk aku."

"Sudah bicaranya? Kau tau? Aku memang mencintaimu. Tapi itu dulu. Aku tak menyadari jika sebenarnya aku hanya terobsesi padamu,bukan mencintai mu. Karena aku-"

"Aku apa Ray? Jawab!!"

"Aku mencintai Rexy. Dan selamanya akan begitu. Tak ada yang bisa gantikan posisinya di hatiku. Walau itu berarti aku harus hidup seorang diri tanpa pasangan seumur hidup. Aku tak akan ragu,yan."

"Bodoh. Itu ucapan terbodoh yang pernah ku dengar dari gadis sepandai kau Ray."

"Itu bukan sekedar ucapan,Yan. Kau pikir aku main-main? Itu komitmen ku. Aku akan hidup bahagia jika aku hidup bersama Rexy seumur hidupku."

Ray pergi meninggalkan Ryan yang terdiam dan merenung. Ryan menghela nafas panjang dan menetralkan detak jantung nya lalu diam-diam Ryan mengusap sudut matanya yang mengeluarkan butiran putih.

"Gini ya ternyata rasanya mencintai seseorang yang orang itu bahkan tidak mencintai kita sama sekali."

-gumam Ryan.


*******

Maaf.
Maafkan diri ini yang terlambat menyadari jika aku mencintaimu. Dan saat aku menyadari nya,kau bahkan telah pergi jauh dariku dan tak kan kembali lagi.

-LoveInSilent(21)-

Love In Silent(END)Where stories live. Discover now