Love In Silent-27

156 10 0
                                    

Author POV

Suara ketukan heels menggema dan berangsur mendekat ke arah ruangan seorang pasien bernama Rexy Alexandro, pengusaha muda yang terbaring beberapa bulan lamanya di sebuah rumah sakit elit.

Ceklekkk....

Rexy terkejut menatap pintu yang terbuka tanpa ada aba-aba dari orang yang hendak masuk ke dalam ruangan nya. Lelaki yang semula sedang memainkan ponselnya itu,  kini duduk bersandar pada brankar nya.

"siapa kau? Mau apa kau datang kemari?"

"Rexy ada apa dengan mu? Tidakkah kau ingat aku? Aku gadis yang sama yang menolong mu saat kau terjerembab penuh darah di sebuah jurang kala itu. Apa kau ingat?" ucap gadis itu di sertai senyuman sinisnya.

"awhh.. Sakit." ucap Rexy sembari memegang kepalanya yang sakit saat akan berusaha mengingat kejadian lamanya.

"Oh, nampaknya kau masih sering kambuh ya sayang. Kau sungguh tak mengingat ku? Kau yakin heh? Aku yang bahkan rela pakaian ku ternodai karena kau. Pakaian ku penuh darah saat membawa mu keluar dari jebakan jurang itu,  sayang."

"Ah cukup. Siapa kau sebenarnya?  Aku tak mengingat mu. Lebih baik kau pergi, kau akan hanya menyakiti ku saja. Cepat pergi."

"Tidak. Hari ini,  malam ini aku akan menghabiskan malam bersama dengan mu Rexy Alexandro. Tak kan ku biar kan siapapun mengganggu malam kita ini. Sama seperti saat itu,  kau menghabiskan malam yang panjang bersamaku. Bahkan kau-,"

"Arrrghh cukup. He-hentikan. S-sakit awhh."

Rexy mengadu kesakitan karena lagi-lagi ucapan gadis berpenampilan seksi itu membuatnya mengingat-ingat apa yang dia alami beberapa bulan sebelumnya. Padahal keadaan itu dapat berakibat fatal untuknya.

Gadis di depan nya itu malah tertawa mengejek di depan wajah Rexy. Bahkan dia sangat tau langkah apalagi yang alan ditempuh nya untuk mendapatkan hati executive muda di depannya itu.

"Maaf sayang, aku harus lakukan ini padamu agar tak ada yang mampu memisahkan kita nantinya." -bisik Gadis itu.

Beberapa saat kemudian, gadis itu mendekati Rexy yang masih memegang kepalanya. Dia menyuntikkan sesuatu ke tubuh rexy nya itu. Rexy yang tak siap, tak mampu mendorong gadis itu dia hanya dapat menendang beberapa barang di sekitarnya.

Luna, gadis itu mulai menghitung dan...

"Satu..."

"Dua... "

"Tiga... "

Seketika tubuh lelaki tampan itu menegang  dan terasa kaku. Bahkan nyeri di kepala nya semakin menjadi. Lalu pandangan nya berangsur memburam. Dan seketika keadaan di sekitar nya menjadi gelap gulita.

******

Anita berjalan tenang menuju ruangan adik nya. Wanita itu telah selesai berbicara dengan dokter di ruangan nya. Beberapa menit kemudian, wanita itu kembali ke ruangan adiknya untuk menjaga adiknya.

Namun, matanya membulat sempurna saat menatap isi ruangan yang semula tertata rapi, kini berubah menjadi seperti kapal pecah.

Dia menatap tubuh adiknya.

"Rexy tertidur lelap, lalu siapa yang melakukan ini semua?" gumam anita.

Dia menghubungi salah satu perawat untuk menanyakan sesuatu kepada nya. Anita sangat takut jika tadinya ada orang yang berniat mencelakai adiknya.

"suster, apa tadi ada yang masuk ke dalam ruangan adik saya kecuali saya? "

"ya, tadi ada seorang  wanita memakai dress merah mencolok masuk ke dalam ruangan ini, nyonya. Tapi saya tak melihat kejanggalan, jadi saya kira dia adalah salah satu kerabat anda. Apa ada masalah yang bisa saya bantu? "

"Oh tidak. Ini hanya masalah kecil. Terima kasih dan maaf mengganggu."

Anita kembali berjalan sambil menimang nimang kiranya siapa yang berkunjung menggunakan dres warna merah mencolok itu? Seingatnya, dia dan keluarga suaminya, tak memiliki kerabat di sekitar rumah sakit ini.

Ray? Gadis itu sangat jarang memakai dress dan bahkan dia enggan untuk memakai dress warna merah mencolok seperti yang di katakan si perawat. Beberapa jam yang lalu Ray juga telah mengunjungi Rexy dan dirinya untuk berpamitan karena akan mengurus beberapa bisnis nya di London.

Tapi, sudahlah. Yang terpenting,  Rexy baik-baik saja saat ini. -batin Anita.

****

London, Inggris.

"Bunda, Ray berangkat dulu."

"Iya sayang hati-hati."

Ray berjalan menuju mobil hitam yang telah terparkir di depan gerbang mansion milik kakaknya, Athaya.

Gadis itu tersenyum cerah menatap potret seorang gadis berseragam SMA di tengah dan dua lelaki di sisinya. Dia ingat saat itu. Foto itu diambilnya saat hari pertama Adit, Rexy dan dirinya bersahabat.

Tak lupa dia merogoh sesuatu di dashboard mobil nya. Ada benda lagi di situ. Ray tersenyum manis menatap liontin yang di selipkan Rexy di tas nya sesaat sebelum dia pergi ke bandara.

Jemari lentiknya kembali mengurai membuka lembaran kertas yang ada di dalam kotak liontin itu.

Untuk Natasha,
Terima kasih telah menunggu ku selama itu.
Terima kasih telah sabar menanti ku walau saat itu aku ragu akan dirimu.
Sekali lagi, terima kasih karena kau telah menjadi bagian dari hidupku.
Ku mohon jangan pergi lagi, walau hanya sekejap.
Baik-baik di London. Kembalilah cepat Ray.
Aku menyayangimu.

❤Rexy

Ray kembali menghela nafas kemudian fokus ke depan dan menjalankan mobilnya menuju kawasan perkantoran elit milik kakaknya.

"Huh pagi ini panas sekali." Gumamnya saat menatap sang Surya yang telah terbit sedari tadi.

"Pagi nona."

"Pagi." Balasnya sembari mengangguk singkat.

Ray memasuki ruangannya. Dia terkejut saat menatap kertas-kertas dengan tinta merah tak beraturan berceceran begitu saja di lantai nya.

Aku kembali.

Dulu dia merenggut segalanya dariku.

Aku mau kau sebagai gantinya.

Matahari tak akan terbit lagi untuk menyinari dunia.

Gelap akan segera menerpa.

Kau akan menerima nya.

Dahi gadis muda itu mengerut menatap tulisan yang dia temukan dengan noda-noda merah pula di sekitarnya. Seperti noda darah.

"A-apa ini semua? Ulah siapa? Kenapa dia menginginkan aku?"
-gumamnya.

Dengan sabar gadis itu memungut setiap lembaran yang tercecer di lantai. Kemudian di simpannya di dalam laci meja nya.

Gadis itu masih berfikir kenapa ini semua terjadi. Apa kesalahan nya dia tak tau.

Tak mau ambil pusing, gadis itu lantas menyuruh office boy di kantornya untuk segera membereskan kekacauan yang terjadi di ruangan nya.

Gadis itu kembali duduk tenang dan diam memikirkan segalanya.

Matahari tak akan terbit lagi untuk menyinari dunia.

Kata itu seakan terngiang-ngiang di telinganya. Perasaan nya tak tenang. Gadis itu mulai gelisah. Tetapi entah kenapa pikirannya melayang kepada seseorang yang ada di Indonesia.

Diapun memencet beberapa angka di ponselnya lalu kembali diam karena tak kunjung mendapat jawaban atas panggilan nya. Hanya ada suara operator di sebrang sana.

Hatinya semakin Gunda saat kak Anita juga tak dapat dihubunginya. Sekarang, dia hanya dapat berdoa agar Tuhan selalu melindungi Rexy nya.

"Ku mohon tuhan, jangan pisahkan dia dari hidupku lagi." -batinnya.

Love In Silent(END)Where stories live. Discover now