Love In Silent-37

103 5 2
                                    

Dorr...
Dorr...

Dua peluru menyambut senyuman nya yang tak lagi mengembang.

Tubuh Ray tergolek tak berdaya saat peluru menembus dada dan perut Aldrich. Tepatnya tak ada yang menopang tubuhnya yang tak sadarkan diri.

Adit memegang perutnya yang berkali-kali mendapat pukulan keras dari Aldrich dan mencoba bangun.

Dia menghampiri Ray yang masih dengan luka-luka ditubuhnya. Dia menggenggam jemari mungil Ray yang sedingin es.

"Ray, buka mata mu, ku mohon." Bisik Adit pada Ray.

Tetap pada posisi, tanpa balasan dari Ray, dia menggendong tubuh mungil gadis itu yang penuh luka.

Sedangkan dokter Ferdinand mencoba untuk memeriksa aldrich yang tertembak oleh petugas karena melawan.

"Dia masih hidup." Ucapnya.

Kemudian polisi membawa tubuh aldrich yang berlumuran darah itu.

Sedangkan, Ray yang digendong oleh Adit yang juga masih sempoyongan, segera mendapat perawatan medis untuk mengembalikan kesehatan nya dan mengobati luka-luka ditubuhnya.

*****

"Saudara Rexy, sudah siap?" Ucap seorang laki-laki lebih tua 5 tahun dari Rexy yang diketahui adalah saksi dari Luna.

"Hmm.. aku-,"

"Ya, aku tau kau gugup, aku dulu juga mengalami hal seperti ini saat akan menikahi istri ku jolyn. Ayolah, kau pasti bisa." Sambung lelaki itu.

Rexy terdiam kemudian menuju altar pernikahan nya dengan Luna. Pernikahan yang digelar tertutup dan hanya pihak keluarga saja yang menatap mereka berdua.

Acara janji suci segera dimulai, Luna menggandeng lengan kokoh milik calon suaminya yang sangat tampan, Rexy.

Senyuman miring tercetak jelas diwajahnya. Mata jalang nya menatap rahang kokoh Rexy yang lebih muda beberapa tahun darinya.

"Ya, aku menang Athaya. Aku telah menghancurkan satu-satunya pilar kehidupan mu, adikmu, kehidupan mu, kesayangan mu." -batin Luna.

Secuil lagi pernikahan mereka berdua dinyatakan sah. Namun, hal menarik tiba-tiba terjadi.

"Tunggu. A-aku... Aku belum siap menikah. Ku rasa aku sangat ingin menikah, tetapi bukan saat ini, dan juga bukan.."

"Rexy, apa yang kau lakukan." Bantah Luna yang masih mengamit lengan kokoh Rexy.

"Maaf Luna, aku.. aku tidak bisa menikah dengan mu. Ku rasa aku mencintai seseorang dari masa lalu ku. Walaupun aku tidak tau siapa dia."

"Kau.. kau sudah gila Rex, sama saja kau mempermalukan dirimu dan juga keluarga mu." Luna menatap kedua manik mata Rexy dengan sarkas.

Rexy diam lalu turun dari altar nya. Menuju ke barisan belakang. Matanya menangkap sosok yang tak asing dimatanya. Orang yang membuatnya tersadar dan menghentikan pernikahan nya.

"Bagaimana? Kau lega karena melakukan apa yang benar menurut mu?" Tanya lelaki itu.

"Ya Mr. Atha. Aku tau aku tidak mencintai dia. Dan aku tidak bisa menikahi orang yang tidak ada di hatiku. Walaupun dia bilang aku adalah tunangan nya." Ucap Rexy.

"Lalu kau sudah percaya dengan ucapan kakak Rex?" Anita menyahuti ucapan adiknya.

Rexy terdiam beku menatap wajah manis kakak kandungnya yang berusaha menahan air mata agar tak tumpah. Rexy melangkah cepat dan memeluk tubuh mungil kakaknya dan terus mendekapnya.

Lelaki itu lagi-lagi menangis karena wanita. Rexy meminta maaf pada kakaknya atas perbuatannya selama ini dan bahkan dia dengan sengaja tak mengundang kakaknya itu pada acara pernikahan nya.

"Kakak, aku mohon maafkan aku. Aku sadar hanya kakak yang aku punya saat ini dan selamanya." Ucap Rexy disela isakan nya.

"Tanpa meminta maaf pun, kakak sudah memaafkan adik kakak, Rexy."

Anita tak kuasa menahan air matanya lebih lama lagi. Perlahan, bulir putih jatuh dan terus saja membuat bulu mata lentik nya itu basah akan air mata.

"Ehemm.. Rexy, aku harus pergi, ada yang belum terselesaikan Rexy." Ucap Athaya kepada Rexy,rekan bisnis nya.

"Apa? Apa kau butuh sesuatu?"

"Aku harus menemui Ray, dia dalam bahaya."

"Ray? Kau kenal dengan nya?"

"Ya, aku sangat menyayangi dia."

Degg...

Sesuatu yang keras seakan menghantam dada Rexy. Lelaki itu tersentak mendengar ucapan Athaya.

"Hmm... Hati-hati Mr. Atha, semoga kau bahagia bersama Ray."
Balas Rexy.

Anita menahan tawa nya menatap kelakuan adiknya yang seperti nya sangat sedih mendengar Athaya menyayangi Ray.

"Rexy...." Suara serak itu mengiris hati Rexy.

Dia membalikkan badannya dan muncul lah wanita yang sudah berada di kepala tiga puluhan. Dia menatap wanita itu dengan terkejut. Sama seperti Athaya dan Anita.

"Ada apa Luna?"

"Aku... Ingin kau." Ucap Luna sembari menodongkan pisaunya kepada Rexy.

Dengan sigap, lelaki berbadan kekar itu mencekal tangan Luna. Pisau terhempas begitu saja saat Luna terjatuh.

Suasana didalam gereja menjadi sangat mencekam saat Rexy berusaha menghentikan Luna. Anita berteriak histeris meminta tolong dan menelpon polisi.

Anita sangat ketakutan saat Luna mengambil pisaunya dan mengarahkan pisaunya ke arah Rexy. Luna yang berapi-api bahkan tak mampu dilumpuhkan oleh Rexy dan Athaya.

Rexy sedikit lengah saat pisau hendak menusuk perutnya. Tapi dengan sekuat tenaga, Athaya mendorong nya dan...

"Atha awas..." Anita terdiam beku.

Sesaat setelah Athaya tertusuk oleh pisau yang dibawa Luna. Disamping Athaya, tergeletak Rexy yang pingsan karena kepalanya terbentuk keras ke dinding Gereja.

Anita takut, dia menatap Luna yang tertawa keras dan menatap lapar ke arah Anita.

"Coba lihat... Kau sangat cantik kakak ipar. Tapi aku tidak suka.."

"Karena kau selalu menghalangi rencana ku untuk membunuh Athaya dan Rexy. Ya, kau... Aku benci kau Anita... Enyahlah kau!!"

Dorr....

Pisau yang masih berlumuran darah itu tergeletak di lantai.

Bersamaan dengan darah yang terus mengalir dari perut Athaya.

*****

Jika sebuah cinta erat dengan pengorbanan, maka biarkan aku yang terluka setiap saat untuk melihatmu bahagia.

-Love In Silent-

Love In Silent(END)Where stories live. Discover now