Love In Silent-33

194 9 0
                                    

Happy reading guys❣
Jangan lupa vote and comment
_
_
_
_
_
_

Suara dering telpon membuat Ray yang sedari tadi duduk diam menoleh ke arah nakas kamar tidurnya.

"Halo... Siapa ini?" Ray mulai membuka suara.

"Aku Aldrich. Ray apa kita bisa bertemu untuk membicarakan masalah proyek yang telah gagal itu?"

"Hmm.. aku sedang sibuk Al. Ku harap kau mengerti."

"Oh ayolah aku tidak punya banyak waktu di London. Lusa aku akan pergi ke Amerika dan mengurus bisnis. Anggap saja ini salam perpisahan dari seorang sahabat. Ku mohon..."

Ray diam dan tampak berfikir. Gadis itu tak bisa menolak permintaan seseorang yang didasarkan perpisahan. Di sangat takut karena perpisahan itu. Seperti yang terjadi padanya dan Rexy dulu.

"Ahh kenapa harus Rexy lagi." Ray membatin.

"Baiklah." Satu kata dan Ray mengakhiri perbincangan mereka.

Ray melangkahkan kakinya menuju lemari pakaian nya. Gadis itu menurunkan kopernya yang berdebu lalu membersihkan nya. Tak lama kemudian dia juga memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper.

Dia membuka laci nakas nya. Menatap dua potret manusia yang tersenyum bahagia. Jemari lentiknya kembali membuka surat itu. Manik matanya menatap liontin pemberian Rexy.

Bulir bening kembali turun membasahi pipinya.

Dengan satu usapan kasar, gadis itu berdiri tegak. Dia menatap bayangan dirinya di cermin besar itu. Guratan dibawah kelopak matanya mulai terlihat menghitam.

Sejak kejadian tempo hari, gadis ini memilih mengurung diri di kamar dan tidak menyentuh sedikitpun makanan. Membuat tubuhnya semakin terlihat kurus.

Tok.. tokk.. tokk..

Mata nya teralih ke arah pintu bercat putih bersih itu.

"Apa?" Teriak nya dari dalam kamar.

"Keluarlah sayang. Bunda khawatir dengan mu. Ada seseorang yang mencari mu juga." Bunda Ray mulai berbicara.

Tak ada sahutan lagi dari putrinya itu. Membuat bunda Ray semakin sedih dibuatnya. Athaya mengelus pundak wanita paruh baya di depan wajahnya itu.

"Belum mau keluar juga?" Adit menatap Athaya.

Adit menghela nafas berat menatap Athaya dan bunda Ray hanya menggeleng lemah.

"Ray, ini aku. Keluarlah. Aku sudah membelikan mu tiket ke Indonesia." Adit berucap.

Mendengar kata "Indonesia", Ray mendekat ke arah pintu dan memutar kenop nya. Dia menatap wajah orang-orang yang di sayang nya terlihat muram dan tanpa semangat.

"Adit..." Ucap Ray lemah.

Gadis itu melangkah mendekati Athaya dan Adit yang berdiri sejajar. Langkah gontainya terlihat karena beberapa hari tidak makan ataupun menyentuh minuman.

Brukk...

"RAY!?!" Pekik semua orang bersamaan saat melihat tubuh mungil itu limbung.

❣❣❣❣❣

Adit menatap iba gadis dengan selang infus yang menempel di tangannya yang sangat kurus itu. Bahkan wajahnya terlihat lebih tirus dari sebelumnya.

"Adit, tolong jaga Ray. Bunda, akan menebus obat."

Adit hanya mengangguk menyanggupi ucapan bunda.

Love In Silent(END)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin