Love In Silent-38 (END)

211 4 3
                                    

Dorr....

Pisau yang masih berlumuran darah itu tergeletak di lantai.

Bersamaan dengan darah yang terus mengalir dari perut Athaya.

Anita shock sekaligus panik. Dia membeku ditempatnya menatap darah yang bercucuran dimana-mana. Dia menatap Luna yang tergeletak dengan keadaan perut yang tertembus peluru.

Setelahnya, mata indah itu melirik ke arah Rexy yang pingsan dan Athaya yang tergolek bersimbah darah karena tancapan pisau yang melukai nya itu.

Anita tak mampu meneteskan air matanya sedikit saja. Wajahnya pucat pasi masih menatap ke lurus ke depan.

Bau anyir darah yang tercium, tak dapat mengusik dan mengalihkan pandangan Anita.

Sirine polisi semakin kencang dan menjadi-jadi saat beberapa mobil polisi menghampiri gereja itu, menyusul dibelakang mobil silver itu.

Anita menyorot lemah ke arah suami nya yang masih memegang pistol nya dan juga sama-sama lemas tak berdaya.

James tak bergerak sedikit pun saat menatap Luna yang seperti nya sudah tak bernyawa. Niatnya menembak lengan Luna meleset mengenai jantung wanita itu saat Luna berusaha melukai Anita, istrinya.

"Saudara James, anda ikut kami ke kantor polisi untuk memberikan keterangan." Suara bariton itu memecahkan lamunan kacau Anita dan James.

"Tidak..." Anita berucap kemudian pingsan dan lemas karena menatap semuanya sendirian.

_________________


Ray mengerjapkan matanya berkali-kali. Pandangannya mengabur berkali-kali, seakan berusaha menyeimbangkan antara nyata dan ilusi.

"Aku... Dimana?"

"Ray, kau bangun sayang?"

Suara riuh terdengar ditelinga Ray saat gadis itu mendapat cek kesehatan dari dokter. Saat ini disekelilingnya terdapat banyak orang dengan peralatan medis dan juga anastesi yang disuntikkan ke infus gadis itu.

"Bagaimana keadaan anak saya dokter?"

"Anak nyonya baik-baik saja. Hanya perlu penyesuaian setelah koma berminggu-minggu."

"Terima kasih dokter."

Ray kembali menyesuaikan gelap dan terang disekitar nya. Dia menatap wajah wanita paruh baya yang tak asing lagi di matanya.

Bundanya.

Tapi dia mencari sesosok lelaki bertubuh tegap yang selalu menjaganya. Athaya, dimana lelaki itu. Dia tidak menemukan kakaknya.

"Bunda, kakak dimana?"

Degg...

Seperti ada sesuatu yang menajam dan menusuk dijantung bunda Ray saat kata-kata itu keluar dari mulut Ray.

"Kakakmu sedang sibuk." Balas bundanya dengan tersenyum getir.

"Kakak kerja? Tumben sekali. Biasanya kalau aku sakit kakak selalu libur."

"Tidak. Kakak sedang sibuk dengan urusan nya, dia berbeda dengan kita."

Ray semakin bingung dibuat bundanya. Dia hanya diam dan kemudian menatap cahaya remang yang muncul dari celah-celah jendela rumah sakit.

Ray mengernyit menatap pintu rumah sakit yang terbuka perlahan menampilkan wajah cantik yang semakin tirus dari biasanya.

"Hai... Apa kabar Ray?" Ucap wanita itu membuat Ray mengingat seseorang.

Love In Silent(END)Where stories live. Discover now