Begitulah Kira-Kira

5.8K 442 6
                                    

Mulmed: John Mayer - Gravity

"Oh twice as much ain't twice as good
And can't sustain like one half could
It's wanting more that's gonna send me to my knees"

Suara merdu homeband di sebuah cafe di bilangan Senopati semakin membuat suasana cafe menjadi meriah apa lagi Dimas yang tengah duduk di sudut cafe yang semakin senang ketika mengetahui si homeband menyanyikan lagu favoritnya dari penyanyi idolanya, John Mayer.

Dimas tampak menikmati alunan lagu yang dinyanyikan sehingga tanpa sadar ia memejamkan matanya. Dimas malam itu tidak sendiri, ada Mas Kukuh yang memang mereka berdua sengaja untuk pergi hang out sebentar setelah pulang kantor. Awalnya sih tidak sampai dini hari seperti ini tapi mungkin karena mereka berdua sudah lama tidak berbincang-bincang alhasil tidak terasa waktu sudah menujukkan pukul 1 dini hari.

Berbeda dengan Dimas, Mas Kukuh menenggelamkan dirinya pada ponselnya. Jarinya sibuk men-scroll layar ponsel ketika ia membuka Instagram miliknya tapi jarinya terhenti ketika melihat sebuah unggahan foto terbaru dari Ian.

Awalnya Mas Kukuh tidak begitu menggubris tapi matanya langsung tertarik akan seorang lelaki muda yang juga turut berada di dalam foto tersebut. Lelaki itu tampak berdiri di samping Ian dengan senyum yang merekah begitu juga dengan Ian yang juga melemparkan senyum terbaiknya.

"Dim, liat deh!" Mas Kukuh menyodorkan ponselnya ke hadapan Dimas. Dimas yang sudah tidak memejamkan matanya langsung menerima ponsel Mas Kukuh dengan penuh tanda tanya. Seketika mata Dimas terbelalak melihat foto surprise ulang tahun ibunda Ian yang terdapat Angkasa di foto tersebut.

"Kata Ian mereka tetanggaan ya? Tapi masa sih seakrab itu untuk ukuran tetangga doang." komen Mas Kukuh. Dimas hanya mengangkat bahunya cuek, ia juga sama bingungnya dengan Mas Kukuh.

Dimas terdiam seribu bahasa. Ia merasa cemburu kepada Angkasa yang sudah masuk lebih dalam ke ruang lingkup kehidupan Ian. Jujur, Dimas sendiri juga merasa pergerakannya terhadap Ian belum banyak hanya sebatas perhatian-perhatian kecil saja. Karena Dimas yakin Ian bukanlah tipe perempuan yang bisa didekati dengan to the point. Tapi mengingat tentang perasaannya pada Ian, Dimas seolah langsung diingatkan oleh pembicaraannya dengan Sasa beberapa waktu yang lalu.

"Kok bengong?" tanya Mas Kukuh sambil menepuk lengan Dimas.

"Apa Mas?"

"Lo kenapa, sih, kaya perempuan lagi mens. Moody." ujar Mas Kukuh bete. Dimas tertawa singkat.

"Cuma banyak pikiran aja, Mas." jawab Dimas yang justru membuat Mas Kukuh menjadi curiga.

"Jangan coba sekali-sekali bohongin gue ya!" mendengar perkataan Mas Kukuh membuat Dimas tergelak.

"Mas menurut lo, Abriana seperti apa sih?" tanya Dimas yang sontak membuat Mas Kukuh mematikan puntung rokoknya.

"Lo nanya serius?"

"Iyalah!" Dimas menganggukkan kepalanya mantap.

"Abriana cewek smart, lucu, gak banyak ngomong tapi dia tahu apa yang harus dia lakukan, baik, dan mungkin-" Mas Kukuh menggantungkan kalimatnya.

"Mungkin apa, Mas?" tanya Dimas tak sabar. Mas Kukuh menaikkan sebelah alisnya jahil, sepertinya dia tahu arah pertanyaan Dimas ini.

"Lo suka sama Ian?" tebak Mas Kukuh yang membuat Dimas nyaris tersedak oleh salivanya sendiri. Mas Kukuh terbahak-bahak melihat sahabatnya satu ini.

Dimas si desainer grafis di Paras Ayu merupakan salah satu di antara cowok-cowok yang sering digaet oleh karyawan perempuan lainnya yang bekerja satu gedung dengan Paras Ayu. Dimas memiliki perawakan yang cukup tinggi, tingginya mencapai 186cm dengan tubuh yang atletis sehingga perempuan mana yang tidak jatuh hati setiap pertama kali bertemu dengan cowok tersebut. Ditambah lagi dengan wajah tampannya, ibunya asli Minang sedangkan ayahnya asli orang Jawa. Perpaduan yang pas sekali. Banyak juga yang sangat menyukai jika Dimas baru mencukur kumis dan janggutnya karena dengan hal itu maka timbul bayangan abu-abu kehijauan yang semakin mempertegas rahang Dimas.

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang