Dilema

4.5K 330 4
                                    

Kabar putusnya Ian dan Dimas sudah tersiar ke seantero Paras Ayu. Mbak Anita yang mendengarnya turut terkejut akan hal tersebut begitu pula dengan beberapa karyawan lainnya yang padahal sangat berharap hubungan Ian dan Dimas bisa berlanjut sampai ke jenjang berikutnya.

Sedangkan hubungan Ian dan Dimas masih terbilang dingin, belum terlihat lagi keduanya bercengkrama hangat. Pikir Ian lebih baik seperti ini terlebih dahulu daripada harus repot-repot beremeh temeh setelah putusnya hubungan mereka. Bukannya apa, ia takut akan terbawa suanasa. Ian juga bukanlah tipe perempuan yang harus berlama-lama bermuram durja hanya karena patah hati.

Siang ini Ian dan Mas Kukuh makan siang hanya berdua saja tanpa Dimas ataupun Sasa. Awalnya Ian justru ingin menunda makan siangnya, entah kenapa sudah beberapa hari belakangan ini ia selalu merasa tak enak pada perutnya.

Keduanya memutuskan untuk makan di Kopi Tiam, Ian memesan Nasi Lemaj sedangkan Mas Kukuh memesan Lontong Cap Gomeh.

"Kerjaan baik-baik saja, kan?" tanya Mas Kukuh.

"So far so good hanya saja ada beberapa kendala yang tidak begitu berarti untuk mencocokan waktu yang pas dengan Ibu Menteri," jawab Ian.

Tak lama pesanan mereka datang dan tanpa menunggu lama keduanya langsung menyantap pesanannya masing-masing.

"Mas," panggil Ian tiba-tiba disela kunyahannya. Mas Kukuh hanya bergumam sebagai jawaban.

"Sebelumnya lo sudah tahu?" tanya Ian yang mendapat sambutan ekspresi bingung dari Mas Kukuh.

"Dimas dan Sasa,"

Mas Kukuh otomatis ber-oh ria.

"Sama sekali gue clueless tentang mereka berdua tapi memang, sih, beberapa kali gue pernah melihat mereka mengobrol berdua dan gue pikir mungkin tentang pekerjaan," terang Mas Kukuh.

"Tapi, Yan, terlepas dari itu semua apa lo tidak sebaiknya memberikan Dimas kesempatan untuk menjelaskan yang sebenar-benarnya?"

Ian hanya bisa tersenyum getir mendengar pertanyaan Mas Kukuh.

"Gue mengenal Dimas cukup lama dan gue sangat mengenal lelaki itu. Dan kalaupun ia mengatakan hal yang tidak pantas gue rasa ia benar-benar khilaf," tambah Mas Kukuh lagi.

"Sebenarnya gue bisa saja membiarkan Dimas untuk mengatakan hal yang mungkin belum gue tahu tapi mengingat itu semua membuat gue sakit hati sekali Mas, terlebih lagi ada Sasa yang seolah-olah mengambil andil dibeberapa bagian,"

"Sebenarnya ada hubungan apa,sih, Mas, antara Sasa dan Dimas?"

Kali ini Mas Kukuh yang tergelak oleh pertanyaan Ian. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam ia ingin menunjukan foto-foto tersebut kepada Ian tapi ia juga tidak ingin Ian semakin sakit hati.

"Mas," panggil Ian.

"Ngh?"

"Kok melamun?"

Mas Kukuh tersenyum singkat yang membuat Ian memiringkan kepalanya.

"Mas tahu, kan?" tanya Ian lagi.

"Yan, tapi setelah gue menunjukan ini semua lo harus berjanji untuk menahan diri lo. Oke?" kata Mas Kukuh yang membuat Ian semakin penasaran. Ian menganggukan kepalanya mantap tanda setuju.

Sesaat kemudian lelaki itu menyerahkan ponselnya ke hadapan Ian. Ian langsung menerimanya dan seketika matanya terbelalak dengan apa yang telah ia lihat.

Foto kebersamaan Dimas dan Sasa di salah satu kamar hotel yang Ian tidak tahu di hotel mana tepatnya.

Di foto-foto tersebut tampak Dimas dan Sasa tengah menikmati malam mereka dengan panas. Sasa malam itu tampak menawan dengan dress hitam yang melekat pas di tubuhnya yang ideal sedangkan Dimas hanya mengenakan kemeja yang sudah berantakan.

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang