Because I Love You

5K 360 7
                                    

Ian menautkan alisnya ketika ia tiba di mejanya. Tak ada sticky note yang tertempel di mejanya seperti pada pagi sebelum-sebelumnya. Ya, meskipun yang lain sudah tahu tentang hubungannya dengan Dimas bukan berarti prosesi tukar-menukar sticky note menjadi berhenti, bahkan suatu hari hal tersebut dilakukan semakin intens.

Ian melirik ke arah kubikel Dimas dan lelaki itu tidak ada di tempat. Biasanya Dimas akan selalu menunggu Ian datang dan mereka akan pergi ke pantry untuk sekedar membuat kopi hitam bersama diselingi obrolan ringan.

Ian melihat Sasa yang sudah mulai berkutat di kubikelnya dan Mas Kukuh yang baru muncul dari ruang kerja Mbak Anggit.

"Morning, Yan." sapa Mas Kukuh seraya tersenyum ketika melihat Ian yang baru sampai.

"Morning, Mas. Dimas ke mana, ya?" tanya Ian pada Mas Kukuh. Mas Kukuh memutar tubuhnya guna melihat kubikel Dimas yang kosong yang hanya terdapat tas kerjanya saja.

"Dari awal gue sampai sih, gue belum lihat dia. Sa, lo lihat Dimas?" Mas Kukuh bertanya pada Sasa. Membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Sori, mas?"

"Lo pagi-pagi sudah bengong. Ian nyariin Dimas, lo lihat dia gak?"

Sasa tersenyum kikuk yang diiringi dengan gelangan kepalanya.

"Mungkin panggilan alam kali, Yan. Tuh anak kan emang punya masalah sama pencernaan kalau pagi begini." terang Mas Kukuh yang kini sudah mulai memfokuskan konsentrasinya pada Imacnya. Ian mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Mas Kukuh barusan.

***

Dimas sudah kembali bertengger di kubikelnya tepat pada pukul 10 pagi di mana ia telat satu jam dari waktu masuk kantor. Beruntung Dimas yang hari ini tidak ditegur oleh Mbak Anita karena beliau sedang liburan ke Maldives bersama suaminya. Ian yang merasakan ada sedikit perubahan di diri Dimas merasa khawatir, ia ingin bertanya ada apa dengan lelaki itu tapi ia urungkan niatnya sebentar. Jam makan siang nanti ia berencana bertanya pada Dimas.

Akhirnya, jam makan siang tiba. Beberapa karyawan sudah ngeloyor pergi meninggalkan pekerjaan mereka untuk mengisi perut mereka yang kelaparan dan ada juga yang tetap stand by di tempatnya karena memang membawa bekal atau delivery order.

"Maksi, yuk!" Mas Kukuh sudah berdiri di depan kubikel Ian sembari menggeliatkan tubuhnya yang letih akibat seharian berkutat di depan Imac. Ian langsung menganggukan kepalanya setuju dan langsung menyambar ponsel serta dompet miliknya.

"Aku absen ya, mas." kata Sasa dari balik kubikelnya.

"Kenapa?" tanya Mas Kukuh.

"Banyak kerjaan, aku delivery saja." jawab Sasa bohong karena jauh di dalam hatinya ia sedang tidak ingin berinteraksi dengan Dimas ataupun Ian.

"Lo, Dim?" tanya Mas Kukuh pada Dimas yang belum berkutik dari kubikelnya. Dimas mengangkat wajahnya seraya melepaskan kacamatanya.

"Yuk." jawab Dimas singkat dan mulai mengekori Ian dan Mas Kukuh untuk makan siang.

"Dim," panggil Ian ketika mereka berdua berjalan di belakang Mas Kukuh menuju tempat makan siang. Siang ini ketiganya memilih makan masakan Jepang yang restonya baru buka yang masih berada di area gedung perkantoran mereka.

"Kenapa, Yan?" jawab Dimas sambil menoleh ke arah Ian.

"Kamu tidak lagi sakit kan?" tanya Ian yang kini mulai memeriksa suhu tubuh Dimas dengan menempelkan punggung tangannya di leher Dimas. Dimas yang terkejut buru-buru menghindar yang membuat Ian bingung.

Fat Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now