Ada Cerita Di Bawah Meja Kintan

5.4K 471 7
                                    

Halo semuanyaaaaa!!!!
well, hari ini aku update 2 part ya soalnya untuk beberapa hari kedepan yang belum tau sampe kapan aku bakal istirahat dulu hehehe.
sebelumnya aku mau ucapin banyak-banyak terima kasih buat kalian yang sudah setia baca Fat Love dari awal sampe part ini. Dimulai dari komen ataupun vote kalian, bener2 terharu sekali😭😭😭 aku juga mau bilang mohon maaf jikalau masih banyak typo atau ada cerita yg kesannya terburu2 krn jujur kadang2 aku ngetiknya di handphone😂 baiklah itu saja dulu. sekali terima kasih ya! tetep baca cerita aku dan dukung aku dengan komen (komen ttg apapun boleh kok!😉) vote atau kalo perlu share cerita ini. hihihi.
Lots of Love,
renjanasendja💕

ps: baca juga dong ceritaku yang lainnya: Selamat Pagi, Alya! 🤗🤗

***

Akhirnya Paras Ayu edisi terbaru terbit juga dengan
Lyla Kim sebagai brand ambassador dan juga Wajah Paras Ayu 2018 dan siapa yang menyangka ternyata penjualan mengalami peningkatan nyaris 100% padahal kita sama-sama tahu bagaimana tingkah laku Lyla Kim sebenarnya.

Mbak Anita tampak senang dan bangga sekali maka ia memutuskan untuk mengajak seluruh karyawan Paras Ayu untuk makan malam bersama setelah pulang kantor di Shaburi & Kintan. Tentu hal itu mendapati sorak sorai gembira dari karyawan-karyawan Paras Ayu.

"Hari ini aku gagal diet lagi dong." celetuk Pipit sambil mengelus perutnya yang sama sekali tidak buncit. Mendengar ucapan Pipit membuat Mas Kukuh tertawa.

"Kamu mau diet kaya apa lagi sih, Pit? Badan udah kecil banget kaya tumbila." perkataan Mas Kukuh sukses membuat derai tawa dari karyawan lainnya. Pipit mengerucutkan bibirnya kesal.

"Aku kan pingin seperti Mbak Ian. Langsing, tinggi, cantik banget lagi." puji Pipit sungguh-sungguh yang membuat Ian salah tingkah.

"Kamu mau nyaingin Ian, Pit?" kali ini sebuah pertanyaan terlontar dari Beno anak magang yang terkenal sekali senang menggoda Pipit.

Pipit hanya mengangkat bahunya malas menjawab Beno yang selalu mengoloknya.

Sedangkan Ian, ia masih merasa jengah dipuji demikian.

***

"Kamu potong rambut?" tanya Dimas tiba-tiba sambil memainkan ujung rambut Ian ketika gadis itu sedang sibuk mengejar deadline kantor.

Ian hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

"Cantik. Aku suka." puji Dimas dan lelaki itu langsung berlalu kembali ke kubikelnya.

Mas Kukuh yang mendengar gombalan Dimas langsung terbatuk-batuk membuat Ian tersipu malu.

"Kenapa gak jadian aja sih?" tanya Mas Kukuh pada Dimas bisik-bisik.

"Sabaaar." jawab Dimas kalem.

"Sabar, sabar. Kalau diembat orang jangan rengek-rengek sama gue ya!" ancam Mas Kukuh sambil memukul tangan Dimas dengan pulpen yang berada di tangannya.

"Lo, kok seneng banget sih melakukn kekerasan terhadap gue?" rutuk Dimas yang membuat Mas Kukuh nyengir lebar.

"Mas, mas, Ian punya gue ya. Lo jangan sampe jadiin Ian WIL. Gue aduin ke Chacha!"

"Punya! Punya! Emang Ian barang apah!"

"Siapa yang barang?" tanya Sasa tiba-tiba yang baru datang dari ruang kerja Mbak Anggit. Sontak membuat kedua lelaki tersebut menggelengkan kepalanya.

"Kalian main rahasia-rahasiaan ya sama gue?!"

"Boy's talk. Lo gak boleh tahu." kata Mas Kukuh lalu kembali ke kubikelnya yang malah membuat Sasa cemberut.

Tapi sejurus kemudian Sasa mendekati Dimas yang mulai sibuk dengan Imac di depannya.

"Dim, bisa ngobrol sebentar?" tanya Sasa.

Dimas menoleh sejenak tapi ia kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Sori Sa, tidak sekarang."tolak Dimas halus yang membuat Sasa sedikit kecewa.

***

Sesuai janji Mbak Anita hari ini mereka sudah berada di Kintan hendak menikmati makan malam. Ian dan ketiga sahabatnya juga turut hadir. Ian duduk di antara Mas Kukuh dan Dimas sedangkan Sasa berada di sisi lain Dimas.

Mereka makan dengan semangat yang sesekali  tergelak akibat Beno tak pernah berhenti menggoda Pipit yang justru hal itu sangat lucu.

"Beno naksir Pipit, yah?" tembak Marta lamgsung yang membuat Beno terbatuk-batuk. Sedangkan Pipit hanya mengerlingkan matanya.

"Iya nih Beno naksir Pipit, buktinya sampe batuk gitu." imbuh Mbak Anggit yang mendapati koor setuju dari karyawan lainnya.

"Saya sudah punya pacar tauk!" kata Pipit

"Siapa?!" tanya Beno nyaris berteriak yang justru semakin menyemangati koor ngecengin karyawan lainya yang  mengatakan Beno betul-betul naksir Pipit.

Melihat hal tersebut mau tak mau Ian tertawa. Bagaimana Beno dengan polosnya memperlihatkan kecemburuan.

"Ian makan ini, ini juga. Ian tangannya masih sakit?" tanya Dimas yang ternyata sedari tadi sibuk memberikan Ian daging-daging yang telah matang sehabis di bakar serta semangkuk penuh shabu-shabu.

Ian nyaris kewalahan tapi ia buru-buru menahan tangan Dimas yang akan memberikannya daging lagi.

"Cukup. Ini aja belum dimakan."

Dimas menurut saja dan kini ia mulai menikmati makanannya sendiru. Mas Kukuh yang melihat kelakuan Dimas hanya bisa tertawa dalam hati.

"Cinta mati nih bocah sama Ian."

Berbeda halnya dengan Sasa yang tampak tidak nyaman dan berkali-kali berusaha mencuri perhatian Dimas. Seperti, "Dim aku juga mau dagingnya, dong." ketika Dimas sibuk membolak-balikan daging yang tengah dibakar atau "Dim, bisa ambilin sumpit?" atau yang lebih rese lagi "Dim bisa anterin aku ke toilet?" yang sudah pasti Dimas tolak mentah-mentah.

"Lagi, ya?" Dimas menawari daging kepada Ian. Ian menggelengkan kepalanya.

"Nanti aku ambil sendiri."

Dimas menuruti kata-kata Ian tapi tiba-tiba ibu jarinya sudah mengusap sisa makanan yang tertinggal di sudut bibir Ian. Ian nyaris memekik tapi ia berusaha mengontrol degup jantungnya.

"Ng, thanks?" cicit Ian kepada Dimas yang dibalas lelaki itu dengan senyuman manis.

Mendadak Ian kehilangan selera makan. Ia tiba-tiba merasa kenyang akibat ulah Dimas barusan.

Ian terdiam mengamati satu persatu teman satu kantornya yang masih seru menikmati hidangan melihat Ian sedang terdiam, terbesit sesuatu hal gila di pikiran Dimas.

Dalam diam Dimas menggengam tangan kecil nan lembut milik Ian yang berda di bawah meja. Ian tersenyak dan ia menoleh sebentar ke arah Dimas tapi Dimas tetap memandang lurus ke depan menanggapi Mbak Anggit yang sedang mengajak berbincang-bincang.

Tak perlu waktu lama hingga akhirnya jemari mereka bertaut dan saling menggengam. Tangan mungil Ian bagai tenggelam di dalam genggaman tangan besar milik Dimas. Hangat tangan Dimas seolah menjalar ke relung hatinya. Begitu pula dengan Dimas.

Ia merasakan seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya.

Sebersit senyum terbit di wajah keduanya. Seolah menujukkan kedua anak cucu Adam ini saling jatuh cinta. Jatuh cinta yang berkali-kali.

Dan dari mulai malam itu Dimas berjanji pada dirinya dan seluruh isi jagat raya untuk tidak akan melepaskan Ian. Begitu juga dengan Ian, ia tidak ingin menyia-nyiakan genggaman hangat Dimas.

***

Fat Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now