Siapa Dia?

4.5K 361 3
                                    

Ian terbangun dari tidurnya tatkala ia merasa pusing serta mual yang luar biasa. Dengan terhuyung-huyung Ian berjalan menuju dapur guna mengambil air putih untuk meminum obat pusing.

Setelah meminum obat ia merasa lebih baik sedikit dan memutuskan untuk kembali tidur. Sebenarnya Ian merasakan kurang enak bedan setelah lamaran Dre. Ia juga merasa daya tahan tubuhnya menurun dengan seringnya ia lembur dan mungkin hal itu  berpengaruh tapi biasanya dengan beristirahat sejenak Ian akan langsung merasa enakan tapi tidak untuk saat ini.

Sambil menekan-nekan pelipisnya Ian mencoba untuk tidur karena besok ia harus meeting bersama Mbak Anita.

***

Ian melihat pantulan dirinya pada cermin di depannya. Wajahnya sungguh pucat pasi ditambah dengan bibirnya yang kering, meskipun rasa pusing serta mual sudah hilang namun bukan berarti kacaunya dirinya saat ini langsung hilang juga.

Akhirnya Ian memutuskan untuk memulas bedak sedikit dan mengulas lipstick guna menutupi pucatnya wajah dirinya.

"Kamu sakit, Yan?" tanya Dre yang sedang menyantap sarapannya.

Ian mengangguk sambil menjawab, "sedikit pusing tapi sudah mendingan, kok."

"Kamu cuti saja deh, mungkin kamu kecapekan."

"Hari ini aku ada meeting. Tapi, bener deh aku udah membaik." Ian meyakinkan Dre kalau dirinya tidak apa-apa. Dre hanya mengangkat bahunya saja, ia tahu sekeras apapun Ian dilarang pasti tak akan pernah dituruti.

"Aku berangkat dulu, ya. See you!" pamit Ian pda Dre.

"Safe drive!" seru Dre sebelum Ian benar-benar pergi.

***

Sebelum naik ke atas, Ian memutuskan untuk mampi sejenak ke Starbucks untuk membeli hot Americano. Ia pikir ia membutuhkan cairan kafein itu sekarang juga supaya ia kembali fresh.

"Yan?" panggil sebuah suara ketika Ian menunggu di konter pick up. Ian menoleh dan langsung didapatinya Angkasa beserta kedua temannya yang Ian belum tahu siapa mereka. Angkasa, Abdul, dan Reza.

"Kamu sakit?" tanya Angkasa yang langsung dijawab oleh gelengan kepala Ian. Karena Angkasa melihat wajah pucat Ian.

"Cuma banyak kerjaan saja kok." jawab Ian sambil tersenyum ramah.

Mungkin ini merupakan pertemuan pertama mereka setelah acara lamaran Dre. Diam-diam Ian melirik ke arah tangan Angkasa yang kemarin sempat digips dan syukurnya tangan tersebut sudah tidak digips lagi.

"Oh ini Abriana?" ujar Abdul tiba-tiba sambil tersenyum jenaka. Ian menganggukan kepalanya.

"Gue Abdul, ini Reza." Abdul dan Reza menjulurkan tangannya bergantian, berkenalan dengan Ian. Ian merespon keduanya dengan ramah.

"Angkasa banyak cerita tentang lo." kali ini kata Reza. Angkasa mengerlingkan matanya yang membuat Abdul dan Reza tergelak.

"Oh ya? Tentang apa saja?" tanya Ian penasaran.

"Banyak! Bahkan beberapa hari yang lalu, Angkasa patah hati berat ketika tahu-"

"Hot Americano, Kak Ian." seru seorang barista menyebutkan pesanan Ian. Abdul tampak kecewa karena dirinya belum sempat menuntaskan ucapannya.

"Sori, gue ke atas duluan ya. See you, Abdul, Reza, ng Angkasa?" kata Ian sambil berlalu meninggalkan trio tersebut. Angkasa hanya bisa tersenyum pasrah dan merelakan Ian pergi dengan menatap punggung Ian yang semakin menjauh lalu menghilamg.

"Baby I'm falling, head over heals." racau Abdul tiba-tiba yang menirukan gaya seorang penyair yang sontak membuat Reza terbahak-bahak namun tidak dengan Angkasa.

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang