I Want To Be Yours, Angkasa

7.2K 443 1
                                    

Ian menyetop taksi yang lewat dan langsung melompat naik dan menyebutkan tujuannya ke mana. Sang supir taksi langsung melajukan mobilnya membelah jalanan Senayan yang di hari sabtu tidak mungkin tidak sepi.

Ian mengotak-atik ponselnya untuk menghubungi Angkasa tapi nihil, lelaki itu tak menjawab panggilannya. Ian menggigiti kukunya gelisah berharap ia sempat bertemu dengan Angkasa.

"Waduh, macet apaan ya ini," ujar si supir taksi melihat jalanan yang mendadak macet. Ian melihat ke arah depan dan jalanan memang benar-benar macet yang membuat dirinya semakin risau.

Telapak tangannya mendadak berkeringat. Ian kembali mencoba menghubungi Angkasa tapi lagi-lagi lelaki itu tidak menjawabnya.

Kini hanya satu harapan serta doa yang hanya bisa Ian lakukan. Bertemu dengan Angkasa secepat mungkin dan mengatakan perasaan yang sesungguhnya kepada lelaki itu.

***

Setelah menempuh dua jam perjalanan, akhirnya Ian sampai di rumah Angkasa. Rumah Angkasa tampak sepi dan dilihatnya tak ada Harrier hitam milik Angkasa yang biasanya terpakir di garasi rumahnya.

Namun hal itu tidak membuat niat Ian surut. Gadis itu menekan bel rumah Angkasa. Tak lama kemudian Pak Malih keluar sambil tergopoh-gopoh.

"Angkasa ada Pak?" tanya Ian langsung tanpa basa-basi.

"Mas Angkasa ke bandara, barusan saja berangkat," jawab Pak Malih yang membuat Ian terkejut serta panik.

"Bandara?!"

"Iya, mau-" belum sempat Pak Malih menuntaskan kalimatnya, Ian sudah beranjak pergi yang menyisakan Pak Malih dengan wajah kebingungan.

***

Ian kembali menyetop taksi untuk mengantarkannya ke Bandara. Beruntungnya jalanan kali ini bersahabat.

Tanpa perlu waktu yang lama akhirnya Ian sudah sampai di Soetta. Gadis itu tampak menghubungi Angkasa lagi.

"Ian?" Angkasa cukup terkejut ketika mengetahui Ian menghubunginya.

"Kamu di mana?" tanya Ian setengah berteriak dengan suara yang bergetar.

"Aku di Soetta," jawab Angkasa pelan.

"Di mana? Aku ke sana,"

Angkasa menyebutkan keberadaannya. Setelah mengetahui di mana Angkasa, Ian langsung berlari untuk menemui Angkasa.

Ian mengedarkan pandangannya mencari Angkasa. Ia terus mencari tanpa ampun hingga akhirnya matanya jatuh kepada sosok Angkasa yang tengah terduduk sambil memainkan ponselnya.

"Angkasa!" seru Ian yang membuat lelaki itu menoleh dan langsung berdiri. Ian berlari berusaha memangkas jaraknya yang tersisa di antara keduanya.

Di wajah Angkasa tercetak kebingungan ketika melihat gadis itu berlari dengan kencang, Angkasa khawatir Ian akan terjatuh.

Semua terjadi dalam hitungan detik bagi Angkasa. Ia tidak pernah mengira hal ini akan terjadi pada hidupnya.

Ian sudah melompat memeluknya sangat erat sambil menangis sesenggukan di dadanya.

"Jangan pergi," gumam Ian disela tangisannya.

"Yan, kamu kenapa?" Angkasa bertanya bingung. Ian menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jangan pergi lagi, Sa," gumam Ian lagi yang masih menangis bahkan semakin kencang. Angkasa tidak bertanya lagi yang ia lakukan hanya membalas pelukan Ian dan menenggelamkan tubuh gadis itu dalam-dalam dan sesekali Angkasa mengecup puncak kepala Ian.

Fat Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang