Epilog

14.2K 636 37
                                    

"Mas Kukuh, Mbak Anita barusan nitipin ini buat lo," Ian menyodorkan sebuah map biru muda untuk Mas Kukuh. Tadi Ian sehabis dari ruangan Mbak Anita dan wanita itu meminta Ian untuk menyerahkan map biru muda tersebut untuk Mas Kukuh.

Mas Kukuh langsung menerimanya namun Mas Kukuh dengan gerakan cepat langsung menahan tangan kiri Ian yang membuat gadis itu tersentak kaget.

"Jangan bilang.." kata Mas Kukuh sambil melirik sebuah cincin berlian melingkar manis di jari manis Ian. Cincin berlian itu tampak berkilauan sangat pas di jari lentik Ian. Mas Kukuh tidak sanggup menaksir berapa harga cincin tersebut. Mungkin gajinya yang ia kumpulkan selama setahun tidak cukup untuk membelikan Chacha cincin seperti ini.

Ian tersipu malu sambil mengulum senyumnya.

"Jangan bilang apa?" ledek Ian yang membuat Mas Kukuh kesal.

"Yan! Yan!" panggil Mas Kukuh tatkala dilihatnya Ian sudah ngeloyor pergi menuju kubikelnya.

Di sisi lain Dimas yang tidak sengaja mendengar percakapan antara Mas Kukuh dan Ian kembali merasakan hatinya yang disayat-sayat lalu setelah dituangi cuka. Pedih. Tanpa sadar lelaki itu menyentuh dadanya kirinya. Sakit tapi tidak berdarah.

***

Ian tidak pernah bosan-bosannya melihat cincin yang diberikan Angkasa. Menurutnya terlepas dari berapa harga cincin berlian ini, Ian merasa kalau Angkasa memberikannya memang diperuntukan dirinya tapi ada sesuatu lain yang justru membuat Ian lebih jatuh hati. Kalung berliontinkan bunga Sakura. Awalnya Ian tidak tahu mengapa Angkasa memberikan liontin bunga Sakura tapi setelah mengetahui makna dari Bunga Sakura itu sendiri barulah Ian paham dan setelah gadis itu tak pernah henti-hentinya melengkungkan bibirnya menjadi sebuah senyum yang manis.

Sebuah tangan besar melingkari pinggang Ian ketika gadis itu tengah memesan Iced Americano di Starbucks sebelum berakhirnya jam makan siang. Ian sudah langsung mengetahui tangan siapa itu karena wangi parfum Angkasa langsung menyapa rongga hidungnya. Wangi kayu manis bercampur cengkih dan sedikit wangi musk yang sangat Ian suka.

Ian memutar tubuhnya hingga matanya bisa langsung menatap rahang Angkasa yang kali ini sudah ditumbuhi janggut-janggut halus. Kalau bukan sedang di Starbucks mungkin Ian sudah menciumi Angkasa.

"Katanya paling anti sama PDA, kok, sekarang malah peluk-peluk begini?" cetus Ian yang membuat Angkasa tergelak. Masa bodo dengan segelintir orang-orang yang melihat mereka berdua. Ada yang memberikan tatapan sinis namun tidak sedikit juga yang berusaha cuek.

"Aku kangen kamu, kamu tidak tahu kalau aku kangen sama kamu?" tanya Angkasa dengan nada suara yang dibuat-buat manja yang membuat Ian terkekeh.

"Kayanya belum ada sepuluh menit deh kita berpisah. Tapi aku emang ngangenin banget sih," ucap Ian sambil tersenyum manis.

"Iced Americano atas nama Kak Ian," ujar Barista di counter pick up ketika pesanan Ian sudah siap. Ian langsung berjalan menuju counter pick up dan mengambil minumannya.

"Kamu tidak balik ke atas?" tanya Ian ketika dilihatnya Angkasa masih setia berada di sampingnya.

"Kayanya aku demam deh," kata Angkasa yang membuat Ian langsung menoleh ke arahnya.

"Gak panas," ujar Ian ketika mengecek suhu tubuh Angkasa.

"Demam karen rindu sama kamu,"

Mendengar kata Angkasa barusan berhasil membuat kedua bola mata Ian berputar.

"Sana balik ke atas, aku juga harus menyelesaikan kerjaanku," titah Ian yang mau tak mau dituruti Angkasa. Lelaki itu berjalan lebih dulu sambil memasang wajah merajuk yang membuat Ian tertawa.

"Kiss jauh dong," kata Angkasa yang langsung mendapat delikan dari Ian. Tapi akhirnya gadis itu tetap mengamini permintaan Angkasa. Angkasa langsung tersenyum sumringah.

Dilihatnya Angkasa sudah memasuki lift yang memang diperuntukan hanya untuk karyawan OP. Angkasa tak berhenti-henti melambaikan tangannya kepada Ian yang pasti dibalas juga oleh Ian.

Hingga tubuh Angkasa menghilang di balik pintu lift yang sudah tetutup rapat.

Ian tidak menyangka kalau dirinya akan menjalin sebuah hubungan dengan Angkasa. Seingat Ian, Angkasa hanyalah tetangganya. Lelaki most wanted yang tidak mungkin ia gapai. Tapi ternyata Ian salah, Angkasa sangat memperlakukannya dengan istimewa seolah Ian sesuatu yang berharga yang siapapun di dunia ini tidak boleh menyakitinya ataupun mendekatinya.

Angkasa memang bisa mendadak menjadi lelaki posesif yang menyebalkan. Terkadang Ian suka komplen dengan apa yang Angkasa lakukan tapi Ian tersadar kalau lelaki itu melakukannya hanya semata-mata meyakinkan Ian untuk tidak berpaling darinya. Meski tanpa Angkasa melakukan hal itupun sebenarnya Ian juga enggan berpaling dari Angkasa.

Buat apa? Terlepas dari Angkasa merupakan pewaris dari semua usaha Dwija Nasution, Angkasa merupakan lelaki yang bertanggung jawab yang penuh akan kerja keras. Ian sangat menyukai lelaki yang pekerja keras yang tidak hanya mengandalkan harta kekayaan yang dilimpahkan oleh kedua orang tuanya.

***

Senyum Angkasa tak pernah lepas dari wajah tampannya. Jeje yang melihat bosnya itu tersenyum manis nyaris terjungkal dari tempatnya tapi di dalam hati ia bersyukur dan ingin berterima kasih dengan Ian yang telah membuat bosnya itu tersenyum di setiap harinya. Mengapa demikian, karena jika sudah berada di balik singgah sananya bosnya itu berubah menjadi monster yang bisa meledak-ledak jika sudah berurusan dengan pekerjaan. Makanya andil Abdul dan Reza sangatlah berguna untuk meredam Angkasa.

Angkasa masuk ke ruang kerjanya sambil bersenandung. Tidak lupa ia menyeduh Earl Greynya terlebih dahulu. Angkasa menyesap Earl Greynya yang sebelumnya ia hirup dulu wangi dari tehnya itu. Sangat menenangkan.

Angkasa mendudukan tubuhnya di salah satu arm chair yang berada di dalam ruangannya. Ia merasakan hari-harinya sekarang ini tidak lagi kelabu melainkan menjadi candu. Siapa lagi yang membuat harinya terasa indah kalau bukan Abriana. Angkasa tak pernah mengira kalau pada akhirnya Ian akan menjadi miliknya. Mungkin perkataan miliknya itu kurang pantas jika ia sematkan pada hubungannya dengan Ian namun hal itu memang sangat teramat membuat Angkasa senang bukan kepalang.

Seolah gayung bersambut, segala pengorbanan dan sakit hati yang dideranya tatkala gadis itu memilih Dimas seolah terbayarkan sudah. Kini Angkasa hanya bisa berdoa dan berusaha. Berdoa agar hati Ian tidak akan pernah terasa hambar kepadanya dan berusaha akan terus menjaga Ian hingga benar-benar menjadi pasangannya hingga menikah dan akhirnya hanya maut yang bisa memisahkan mereka berdua.

Dirinya terlalu menyanyangi Ian hingga rasa-rasanya barang hanya semenit, ah tidak bahkan sedetik saja jika raganya sudah berjauhan dengan Ian, Angkasa merasa tubuhnya langsung merasa sakit maka dari itu sebisa mungkin Angkasa selalu menjaga Ian agar tetap bisa berada di sisinya.

***

Halo teman-teman followersku atau pembaca setiaku. Alhamdulillah, Fat Love sudah selesai dan sangat teramat tidak menyangka kurang dari waktu sebulan Fat Love mempunyai 2k lebih pembaca, yeay!!!

Mohon maaf bila ada typo atau cerita yang kesannya terburu-buru. Maaf bangeetttt🙏🏼😢

Tapi jangan sedih, kelanjutan cerita dari Ian dan Angkasa masih ada kok! hehehe. Nah, supaya kalian tetap update dengan cerita kelanjutan mereka. Follow aku dong supaya kalian bisa langsung dapet kabar kalo edisi terbaru Fat Love udh aku up. Oke? hahahaha.

Baiklah. Sekali lagi aku mau bilang terima kasih banyak ya! Semoga segala kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan. Aamiin.

Salam sayang, renjansendja.
Abriana&Angkasa💕

Fat Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now