26. MUSIM GUGUR

883 29 7
                                    

Setelah membereskan sisa makanan pagi,  aku berjalan keluar menuju kebun belakang.

Aku melihatnya,  memperjuangkan semuanya untuk aku. Melihatnya dengan sungguh sungguh mengambil hasil panen dikebun membuatku sedikit bangga dan bahagia. Dia berubah benar benar berubah tak seperti dulu.

Aku berjalan perlahan mendekatinya. Aku memperhatikan setiap kegiatan yang dia lakukan.  Dia benar benar hebat bekerja sendirian mengelola ladang.

Mulai dari memetiknya, memisahkannya sesuai dengan kualitas,  lalu menyiapkannya untuk di jual.

Aku berjalan mendekatinya lagi,  dan aku memeluknya dari belakang. Aku memeluknya dengan erat.  Merlyn terimakasih kau sudah benar banar baik terhadapku.

" hei apa yang kau lakukan disini?  Kembali ke rumah sebentar lagi aku akan kembali. "

"  tidak,  aku ingin disini melihatmu dan menemanimu. Oh lihat pohon itu! Daunnya sudah mulai berguguran.  Sepertinya musim gugur akan tiba. "

" ya kau benar, dan angin musim gugur tak baik untukmu. Oh ayolah,  kau butuh istirahat lagi.  Lihat? Perutmu semakin membesar, dan aku tidak ingin terjadi sesuatu kepadamu."

Dia membalikan badannya dan kini dia memelukku dengan erat. Aku menatap matannya dengan intens.  Mata kelabu yang sedikit lelah,  muka yang di penuhi keringat. Aku memberikan senyum simpulku.

Dalam benakku tak akan pernah ku bersyukur se bersyukur ini. Aku memeluknya lagi,  dan mempererat pelukanku.

" kau kenapa? Apa ada masalah? "

Aku mendongakan kepalaku,  menatapnya lalu tersenyuk dan memeluknya kembali.

" sebenarnya ada apa? Tak seperti biasanya kau seperti ini? Apa ada hal yang mengganggu pikiranmu? "

Aku melakukan hal yang sama. Mendongakan kepalaku lagi,  menatap sebentar matanya, tersenyum.  Dan membenamkan kepalaku lagi ke dadanya.  Entahlah,  aku hanya bisa mengekspresikan ini. 

" baiklah kalau kau tidak ingin mengatakannya."

Dia membalas pelukanku dengan erat.  Dan mengusap lembut kepalaku.

"aku tau,  banyak sekali hal yang kau pikirkan. Akupun begitu,  tak usah cemaskan apapun. Kau akan aman bersamaku. Aku akan menjaga keluarga kecil kita. Tidak akan seorangpun yang akan menyakitinya. Aku mencintaimu, mencintai anak kita. Kau tak perlu risau. "

Aku melonggarkan pelukanku. Dan mengusap lembut pipinya.

" tenanglah, aku tidak mengkhawatirkan apapun. Aku tau,  aku akan aman bersamamu. Aku hanya ingin memelukmu seperti ini. Entahlah,  mungkin rasa syukurku memiliki dirimu. Terimakasih sudah mau berjuang untuk diriku.  Oh! Bukan hanya untukku,  tapi untuk bayi ini juga. "

Senyum kembali terlihat dari bibirku. Lalu dia mengangkat daguku ke atas, sehingga mata kami melihat lagi lebih dalam. Lalu dia melumat bibirku dengan lembut, perlahan membiarkanku merasakan perasaan yang dia rasa juga.

" kau tau? Aku lebih bersyukur dari dirimu. Kau, adalah anugrah untukku. Dan aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti, melukai bahkan menyentuh ujung rambutmu dia akan mati ditanganku."

Aku hanya menganggukan kepalaku dan lagi lagi tersenyum.

***********************************

Sore hari menjelang malam,  aku masih berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam. Draco masih membersihkan dirinya di kamar mandi.

Tak banyak menu yang aku siapkan untuk makan malam,  hanya daging yang ku olah sedemikian rupa dan tak lupa mengolah sayur dari kebun hasil panen.

PLEASE GIVE ME A CHOISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang