Karena dia...

656 93 28
                                    

Ku pandangi bouquet tulip yang merah merona itu, cantik sekali. Jujur ya, sebagai wanita, pasti senang sekali ketika ada yang memberikan hal romantis macam ini. Walau aku sebenarnya lebih suka kalau dikasih makanan, karena bunga itu mahal tapi gak bisa dimakan, setelah layu dibuang.. mubazir aja rasanya.. kalau kata orang Paris (van Java)  "Lebar artosnaaa".

Semenjak aku bilang aku membuka kesempatan, sikapnya mulai kayak ABG yang lagi PDKT. Suka tiba-tiba kasih coklat, ngajak nonton, ngajakin belanja bareng kalau weekend, walau dua kegiatan itu selalu diikutin sama para anak curutku dan berakhir ngasih makan mereka semua di restorant atau di night market. Biarin. Dia ini yang bayar hehehe.

Lamunanku terbuyarkan ketika suara dengkuran halus terdengar di belakangku. Matt masih lelap tertidur di atas kasurku yang gak seberapa besar itu, untuk ukuran orang mabok, tidurnya gak rusuh sama sekali.

Wait!!!

Kalau Om Minyak taruh bunga di kamarku, berarti dia ngeliat Matt tidur di sini? Oh..God.. Semoga gak ada drama lagi, si Minyak kan kadang suka ngambek gak puguh kayak anak kecil.. Duh!

Aku mendengar suara Rian dan Rachel di ruang makan, aku memutuskan bergabung dengan mereka dan bilang kalau Matt di sini. Benar saja mereka sedang menyantap grill cheese untuk sarapan, plus bacon untuk Rachel.

"Hi, Lan.. Want some?" Sapa Rachel.

"No, I'm good. I'll just grab bunch of fruits later."

"Wah.. biasanya makan nasi kamu, kok tumben hari ini cuma mau buah."

"Lagi gak mau aja, tapi Matt kayaknya mau sih, biar nanti aku bikinin aja kalau dia udah bangun"

"Matt nginep?"

Aku melirik Rian yang nampak tak peduli dengan obrolan kami. Kan, pasti ada apa-apa!

"Iya, ada masalah sama Mitchy. Kayaknya mau cari flat baru, jadi beberapa hari dia di sini kayaknya".

"Oh.. no problem. Dia bisa pakai guest room selama belum dapat flat. Atau, udah deh dia balik ke sini lagi aja, guest room-nya juga jarang banget dipakai."

Ya, flat kami memang punya guest room, untuk jaga-jaga kalau orangtua Rachel mau datang atau kami punya tamu yang harus tidur terpisah. Karena flat ini punya Rachel, dia gak pernah kasih extra charge kalau ada yang pakai guest room, hanya kami harus bersihkan kembali ruangannya dan mencuci seprai, selimut setelah dipakai.

"That's awesome! Aku akan bilang Matt nanti."

"Alright. Aku harus ke rumah orangtuaku nih, besok malam baru balik. See you guys tomorrow!"

Aku mengambil apel lalu menarik kursi untuk duduk di depan Rian. Jujur, aku bingung bagaimana memulai percakapan ini ketika aku melihat air muka Rian sudah sangat tidak bersahabat. Otakku sudah sulit diajak berpikir karena masih butuh tidur beberapa jam lagi sepertinya.

"Masih ngantuk?" Tanyanya.

"Iya.. Baru tidur sebentar.."

"Kenapa begadang?"

"Ke club, jemput Matt, baru tidur abis subuh"

"Masih ingat sholat ternyata.. STMJ ya.."

"Hah? Maksudnya?"

"Kamu tau STMJ kan? Ya itu maksudnya.."

Iya, aku tahu kalau STMJ itu bukan Susu Telur Madu Jahe minuman anti masuk angin itu, tapi Sholat Terus Maksiat Jalan. But my question is "WHY THE F DID HE SAY THAT TO ME???"

WellyLoveWhere stories live. Discover now