01. Aku Butuh Teman

5.2K 235 16
                                    

"Kamu nggak bosan main sama aku?" tanya anak berumur tujuh tahun itu.

"Tidak," jawab seorang wanita.

"Kalau aku dewasa, kita akan sulit bertemu. Aku nggak mau itu terjadi."

Anak itu menundukkan kepalanya, belum siap bila suatu hari nanti mereka harus berpisah. Teman bermainnya lantas berkata, "Jangan pedulikan aku. Pikirkan saja sekolahmu."

"Kalau nanti kamu kesepian bagaimana?" ujarnya gelisah.

"Aku masih bisa ajak nenekmu bermain. Jangan khawatir, aku tidak akan mengajaknya berlari. Tahu kenapa? Karena dia sudah tua!"

Melihatnya tertawa, perempuan itu lega. Ia lega telah berhasil menepis kegelisahan anak itu.

Namanya Adi Kurniawan. Dia hidup bersama nenek bernama Fatimah di kota Jakarta. Bukan cuma Fatimah, Adi juga punya sepupu bernama Rinna. Dulu Adi anak yang periang, namun setelah orang tuanya meninggal, sikapnya berubah. Ia menjadi pendiam sekaligus penyendiri. Ia belum bisa relakan kepergian ayah dan ibunya. Nenek memang bisa dijadikan teman, namun ia tidak selalu ada. Ada masanya nenek sibuk bekerja dan sepupu Adi pulang begitu libur selesai.

Dalam kesehariannya Adi berteman dengan sosok Noni Belanda bergaun putih mekar, dengan rambut pirang kecoklatan. Wanita itu sudah lama menghuni rumah mereka, bahkan sebelum tempat itu ada. Begitu bersekolah, Adi semakin jarang bertemu wanita itu. Lama-lama ia benci sekolah dan sering menyendiri. Sering Adi berjumpa anak seusianya, namun ia benci mereka yang menghilang saat diajak bicara.

"Kamu mau ngobrol nggak sih?!" keluh Adi saat melihat lawan bicaranya berwajah buruk rupa, dengan mulut penuh jahitan.

Merasa anak-anak di sekitarnya tidak normal, Adi diejek anak-anak lain.

"Padahal yang nggak normal itu dia."

"Dasar kelainan!"

"Kalian pikir aku nggak dengar?"

Merasa jengkel, Adi melempari mereka dengan batu sehingga anak-anak itu kabur.

"Kenapa nggak ada yang mau bicara sama aku sih?"

Beberapa saat kemudian, seorang anak perempuan menghampirinya sambil menangis sesengukkan.

"Kenapa kamu nangis?" tanya Adi.

"Aku dipukuli papa," jawab anak itu sambil memperlihatkan tangannya yang memar.

"Sudah, jangan nangis."

Sama seperti yang sudah-sudah, sosok itu menghilang setelah diajak bicara. Tidak lama Adi dipertemukan dengan sosok berbeda. Kalau sosok lain menjauhinya, dia malah mendekatinya.

"Kamu mau apa?" tanya Adi.

"Aku mau berteman sama kamu."

Adi tertegun. Baru kali ini ia menemukan sosok yang mau berteman dengannya. Anak laki-laki itu kemudian menjulurkan tangan. "Namaku Fahri Akbar."

"Adi Kurniawan," sahut Adi menyambut juluran tangannya.

Merasa takjub, Adi merasa Fahri berbeda dengan sosok yang ia jumpai sebelumnya. Tangannya tidak tembus saat disentuh.

MATA KETIGA [TAMAT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat