10. Sompral

1.4K 83 1
                                    

Yang terlihat mengerikan belum tentu jahat, yang terlihat baik belum tentu elok. Seperti halnya sosok tadi. Bila dideskripsikan, sosok itu memiliki rambut yang kusut seperti tidak pernah disisir. Wajahnya hancur dengan seragam berlumur darah. Kaki yang berbentuk X membuatnya terlihat tidak normal.

Ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari peristiwa ini. Banyak orang yang mengakhiri hidupnya sebab tidak sanggup menghadapi masalahnya sendiri. Apabila melihat dari kacamata supranatural, rasa sakit akibat perbuatan di masa lalu; akan tetap ada setelah meninggal.

Sosok yang mengakhiri hidupnya sendiri tidak bisa dibantu. Lalu, kenapa sosok tadi bisa dibantu? Karena dia tidak bunuh diri. Sosok yang meninggal karena tragedi berbeda dengan sosok bunuh diri. Perbedaan ini akan terlihat bila sosoknya didoakan. "Mereka" yang meninggal karena kecelakaan tidak akan meraung ketika didoakan. "Mereka" yang bunuh diri tentu akan mengerang kesakitan. Kenapa begitu? Karena itu buah dari perbuatan mereka dahulu. Mereka akan terus tersiksa dengan rasa sakit itu hingga terjebak; selamanya.

~OoO~

Setelah didoakan, energi negatif yang menguasai sosok itu telah ternetralisir. Dia merasa tenang karena pesannya telah tersampaikan. Pagi itu, Fahri, Adi, Niken dan Bayu berkumpul di kantin. Mereka menyantap makanan berupa rawon.

Setelah merasa kenyang, keempat anak itu pergi dari kantin dan jalan-jalan di koridor sekolah. Akan tetapi, tiba-tiba saja Fahri mengeluh sakit kepala.

"Kok kepala gue sakit, ya?"

Adi lalu menanyakan hal yang menimpa Fahri belakangan ini. Fahri bilang, tubuhnya tiba-tiba sakit dan ia tidak tahu apa sebabnya. Anak itu kemudian diantar ke UKS, kemudian diberi obat oleh petugas yang sedang berjaga.

"Nih, airnya," kata Niken sembari menyodorkan air putih.

"Makasih."

Ketika sedang minum, Fahri gelisah dan terus mengusap wajahnya. Niken pun menyadari ada sesuatu yang janggal. Mereka bertiga keluar, meninggalkan Fahri yang tengah beristirahat. Terlihat sosok wanita berpakaian putih, dengan rambut panjang menjuntai menghalangi wajah Fahri.

Ya, itu si Kuntilanak!

Bayu yang terkejut lantas mengelus dada. "Astaga, Kuntilanak dari mana ini?!"

Niken curiga kalau Fahri telah melakukan sesuatu sehingga ditempeli seperti itu. Niken lalu menyarankan Adi mencari tahu apa yang telah Fahri lakukan, sebab Adi adalah orang terdekatnya. Namun, Adi ragu menanyakan hal itu karena sahabatnya skeptis. Mereka pun mengubah rencana dan akan menginterogasi Fahri bersama-sama.

Ketika pulang, Adi menolak tumpangan Fahri karena Kuntilanak itu masih menempel padanya.

"Beneran enggak mau ikut?" tanya Fahri.

"Sorry, gue ada janji sama Bayu sama Niken. Ada tugas kelompok!" jawabnya.

"Oke, gue duluan kalo gitu."

Fahri pergi, kemudian mereka mengekor dari belakang. Ketiga anak itu berkumpul di dalam mobil, membahas rencana mereka tadi.

"Yang nanya ke Fahri enggak gue doang, 'kan?" tanya Adi.

"Iya, nanti kita berdua bakal ikut nanya juga kok!" jawab Niken.

Bayu tiba-tiba menghentikan mobilnya. Mereka melihat Fahri hampir menabrak seorang ibu dan anak yang sedang menyeberang. Ketika hendak ditolong, anak itu tiba-tiba menangis. Bukan tanpa alasan, sebab anak itu melihat sesuatu di belakang Fahri. Ya, sesosok Kuntilanak yang kini tersenyum lebar!

~OoO~

Ketika sedang berbincang, terdengar pintu diketuk. Tanpa mereka duga Fahri datang dengan alasan mengembalikan novel Adi yang ia pinjam tiga bulan yang lalu, jauh sebelum Adi menderita amnesia. Sudah tidak mampu menahan keponya, Niken putuskan bertanya.

"Lo ngapain aja baru-baru ini?"

"Maksudnya?" Fahri balik bertanya.

"Mungkin lo enggak bakal percaya, tapi kita bertiga ngeliat Kuntilanak di belakang lo!" ucap Bayu terang-terangan.

Fahri yang tertawa mendengar perkataan Bayu lantas mengaku ketika tengah melintasi toko baju kemarin, ada kain putih yang menurutnya mirip Kuntilanak. Kemudian, ia bersikap sompral dengan meniru suara tertawanya. Lantas, Kuntilanak yang entah dari mana asalnya itu senang sehingga mengikuti Fahri. Yang terlihat saat ini, Kuntilanak itu sedang mendekap erat Fahri dari belakang.

Niken memperingati agar jangan melakukan hal itu lagi atau makhluk yang datang akan semakin banyak. Fahri yang skeptis meninggalkan mereka begitu saja. Mustahil Fahri percaya, kecuali ia melihatnya sendiri.

Ketika Bayu dan Niken pulang, Kayla baru menampakkan diri. Tampaknya, ia juga takut dengan sosok Kuntilanak itu.

"Kamu dari mana, Kayla?" tanya Adi.

"Aku sembunyi. Aku takut sama perempuan itu," jawab Kayla ketakutan, namun terlihat imut karena pipinya yang gemuk.

~OoO~

Pukul 21:10, Fahri menghubungi Adi. Dia menceritakan hal yang ia rasakan ketika berada di rumah. Ia mengaku diperhatikan oleh "sesuatu yang tak terlihat" dari ventilasi kamar. Adi pun mencoba membaca situasi yang Fahri alami. Adi mendeteksi aura tidak sedap dari rumahnya. Akibat kesompralannya kemarin, banyak sosok yang terundang. Di balik pintu kamar, Adi melihat sosok pocong yang sedang berdiri dengan kain kafan setengah terbuka. Sambil berbalas pesan, Fahri melaporkan kalau ia baru saja mendengar suara gelas pecah dari arah dapur. Adi ingin saja membantu, tetapi ia juga takut, terlebih ia sangat membenci pocong.

Adi pun menghubungi Bayu, melaporkan hal yang baru saja terjadi. Bayu pun memberitahu Niken agar datang rumah Fahri secepatnya. Tidak lama kemudian, suara klakson terdengar. Fahri membuka pintu, mempersilakan mereka masuk. Ketika masuk, terdeteksi energi jahat di sana. Mereka juga mencium aroma busuk seperti darah.

"Kalau tujuan kamu di sini hanya untuk mencelakai, sebaiknya kamu pergi!" ucap Niken.

Tak lama setelah Niken bicara, terdengar suara wanita tertawa. Ajaibnya, Fahri juga mendengarnya. "S... suara apa barusan?"

"Itu suara dari makhluk yang lo sompralin kemarin," jawab Niken.

Nyatanya, sosok itu sempat mencoba mempengaruhi Fahri untuk bunuh diri. Niken tiba-tiba tersungkur, Adi dan Bayu ditampar. Kini, sosok itu kembali mempengaruhi Fahri untuk mengulangi aksi bunuh dirinya. Kuntilanak itu mengarahkan Fahri ke balkon. Beruntung, mereka sempat mengagalkan hal tersebut. Niken pun menitahkan ke sosok yang terundang karena kesompralan Fahri agar segera pergi.

"Udah pergi semua, Ken?" tanya Fahri.

"Udah," jawab Niken.

Hawa tidak enak tadi telah kembali normal. Tampaknya Fahri kapok setelah menerima dampak dari kesompralannya. Ia benar-benar tidak tahu kalau mengejek sesuatu yang mirip dengan "mereka" akan berpengaruh sebesar ini. Ia pun berjanji akan menjaga lisannya dan tidak sompral lagi.

MATA KETIGA [TAMAT]Where stories live. Discover now