07. Kayla

1.4K 90 2
                                    

Kekhawatiran Adi yang takut bernasib sama ditepis Niken dan Bayu. Mereka pastikan Adi tidak akan mengalami hal pahit seperti mereka dulu.

"Enggak usah khawatir. Lo punya kita, Di," kata Niken.

"Makasih, ya."

Selepas kekhawatirannya terluapkan, Niken meminta Adi menceritakan masa lalunya, namun sayang, ia tidak mengingat apa pun.

"Benturan ya, apa jangan-jangan..."

Bayu dan Niken saling berpandangan. Mereka baru sadar benturan yang Adi maksud menyebabkannya lupa ingatan.

"Beneran enggak inget apa pun?" tanya Bayu.

"Enggak," jawab Adi.

Niken menarik kesimpulan kalau benturan yang Adi terima menyebabkannya amnesia. Pun hal itu dibenarkan Adi. Mereka yang baru tahu fakta sebenarnya; terkejut. Karena tidak bisa berbuat apa-apa, mereka berharap Adi cepat sembuh dan bisa mengingat hal yang ia lupakan.

Bel berbunyi, pertanda pelajaran kedua dimulai.

"Eh, udah mau belajar nih," ucap Niken sembari melihat jam tangan.

"Istirahat kedua nanti makan di kantin, yuk! Gua laper," usul Bayu seraya memegangi perutnya yang keroncongan.

"Emang lo tau letak kantinnya? Kita kan orang baru di sini," sahut Niken.

Bayu sempat minta tolong ke Adi agar dituntun menuju kantin, namun mengingat anak itu amnesia, ia mengurungkan niatnya. Oleh sebab itu, Adi harus bertemu Fahri. Hanya ia yang tahu letak kantinnya. Adi juga bercerita kalau tadi ia diantar Fahri ke kelas. Tanpa bantuannya, ia mungkin akan tersesat.

~OoO~

Kejenuhan menyelimuti Adi ketika mengikuti pelajaran Fisika. Ia juga sempat tertidur. Bel istirahat kedua berbunyi, sudah saatnya pergi ke kantin.

"Di, bangun! Katanya mau ke kantin," tegur Niken, membuat Adi bangun dari alam bawah sadarnya.

"Iya."

Setelah kesadarannya terkumpul, Adi beranjak dari tempat duduknya. Di saat bersamaan, Adi berpapasan dengan Fahri yang kebetulan lewat.

"Eh, Ri, anterin kita ke kantin dong. Kita pengen makan siang!"

Fahri menggeleng sambil berkacak pinggang. "Bener-bener kek murid baru lo. Letak kantin aja enggak inget."

"Mau gimana lagi. Lo kan tau, kalau gue itu-"

"Lupa ingatan? Ya udah, sekalian aja. Gue juga laper."

Fahri menuntun mereka ke kantin melalui koridor. Mereka masuk kantin, kemudian memesan menu yang sama, yakni nasi goreng. Bayu yang lapar langsung melahap makanan di depannya. Fahri pun mengajak mereka ngobrol.

"Kalian berdua pindahnya bareng?" tanya Fahri.

"Enggak direncanain sih, cuma si Bayu ini ikut kakaknya. Kalau gue sih ikut orangtua," urai Niken.

Fahri mengangguk, lalu melanjutkan makan. Pada saat makan, Adi tiba-tiba pusing. Benaknya melukiskan sebuah memori, namun tidak jelas.

"Kenapa, Di?" tanya Bayu.

"Nggak tau, tiba-tiba pusing."

Pandangannya tertuju ke luar kantin. Ia terkejut lantaran melihat seorang perempuan jatuh dari atas, lalu lenyap.

"Ada apa, Di?" tanya Fahri.

Adi tidak merespon dan langsung tertuju pada Bayu dan Niken. Mereka juga lihat apa yang ia lihat. "Kalian liat juga?"

Niken dan Bayu mengangguk dan memasang wajah takut. Kelihatannya mereka juga terkejut.

"Kalian kenapa, sih?" tanya Fahri kebingungan.

"Enggak papa, kok," sahut Niken gelagapan.

Ketiga orang itu mengangguk; memberi kepastian ke Fahri kalau tidak terjadi apa-apa. Ia sempat curiga kalau mereka menyembunyikan sesuatu, namun setelah diberitahu semua baik-baik saja, Fahri melanjutkan makan.

Huh, hampir aja, batin Adi.

~OoO~

Karena masih lupa letak rumahnya, Adi memerlukan bantuan Fahri dengan mengantarkannya ke rumah. Sejak tadi yang Adi pikirkan hanya Kayla. Ia sangat meragukan anak kecil itu dan khawatir rumah berantakan seperti kemarin.

Sesampainya di rumah, Adi mengecek gudang; memastikan Kayla benar-benar menepati janjinya. Ternyata Kayla anak yang pintar. Ia mampu memegang omongannya. Mainan-mainan itu tidak berserakan.

"Kayla? Kamu di mana?"

Adi membuka gorden, siapa tahu Kayla bersembunyi seperti kemarin. Namun, tiba-tiba saja baju Adi ditarik dari belakang.

"Kak?"

Adi terkejut ketika melihat anak itu muncul di belakangnya. "Kamu ini bikin kaget aja!"

"Habisnya Kakak lama sih. Kayla bosen nunggunya," keluhnya.

"Aku kan sekolah."

Adi pergi ke kamar, lalu berbaring. Kayla mengekor dan melompat-lompat di kasur. Adi yang merasa pusing menyuruh anak itu berhenti melompat.

Kayla turun dari kasur, kemudian memperhatikan meja belajar. Foto pria dan wanita yang mengapit anak laki-laki berumur enam tahun itu mencuri perhatiannya.

"Ini keluargamu?" tanya Kayla.

"Nggak tau, aku belum bisa ingat apa pun," jawab Adi menggeleng.

Adi turun dari kasur, menyaksikan Kayla yang sedang menyentuh foto itu. Ia berbalik badan dan Adi menatap lekat-lekat wajahnya.

"Kayla kenapa?" tanya Adi.

"Aku kangen sama mama," jawabnya.

Kayla spontan memeluk dan Adi membalas pelukannya.

"Bukannya Kayla bilang sering dipukuli mama, ya?"

"Dia bukan mamaku. Mamaku beda! Mama sayang sama aku."

Tampaknya Kayla adalah korban perceraian orang tuanya. Ia berasal dari keluarga tidak harmonis. Ibunya berusaha mempertahankan hak asuh anaknya, namun sang ayah memaksa Kayla ikut bersama kekasihnya yang baru. Itulah mengapa Kayla benci ibu tirinya, yang selalu memukulinya hingga memar.

"Sabar, Kayla. Mamamu pasti sama kangennya kayak kamu."

"Kira-kira kapan mama akan datang?" tanya Kayla.

Adi yang tak tahu apa-apa menggeleng kepala. Mungkin itu sebabnya Kayla tidak bisa pergi, sebab ia ingin sekali bertemu ibu kandungnya.

MATA KETIGA [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora