14. Asal Usul Keluarga

1K 63 2
                                    

Ketika anak-anak lain gembira saat pulang, Adi malah sebaliknya. Sepanjang perjalanan, ia selalu menunduk. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam benaknya.

Setelah kembali ke rumah, ia terdorong untuk membongkar isi gudang. Berharap disambut Kayla seperti dulu, namun hanya terdapat kehampaan di sana.

"Kenapa barang-barang tidak berguna ini nggak dibakar aja, sih? Huh!"

Entah apa yang sedang ia cari, namun di balik tumpuk-tumpukan barang itu ia menemukan beberapa koran yang menuliskan tentang pabrik milik keluarganya. Hal yang paling mengejutkan, koran itu memuat foto berupa penampakan. Bayangan hitam berbentuk tangan itu membuatnya ketakutan, karena sama persis dengan sosok besar yang ia lihat semalam.

Ia segera menutup gudang, namun tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu di luar.

Ia pikir itu temannya, namun ternyata orang asing yang mengaku sebagai sepupunya. Seorang perempuan berambut pendek dengan tas selempang.

"Udah lama nggak ketemu, ya," ucapnya.

"Lo siapa?"

Padahal dahulu mereka sering bersama, bagaimana mungkin ia bisa lupa. Adi pun mempersilakannya masuk, menceritakan peristiwa yang mengakibatkannya lupa pada sepupunya.

Namanya Rinna, ia adalah sepupu Adi. Mereka tumbuh bersama sejak kecil dan usia mereka hanya terpaut dua tahun. Sekarang, Rinna berusia 20 tahun.

"Kamu serius?! Sekarang, apa masih lupa?"

"Udah mulai pulih. Aku bakal inget sesuatu kalau ada pemicunya. Aku cuma harus pergi ke tempat yang pernah aku kunjungi dulu."

Rinna kemudian menyampaikan maksud kedatangannya. Ia mengaku diutus oleh neneknya kemari. "Sudah saatnya kamu untuk tahu, Di."

"Maksudnya?"

Rinna mendeteksi energi jahat di dalam rumah. Tampaknya, ia kenal siapa sosok bertanduk itu. Korban-korban yang meninggal di sekitar rumah Adi pun ia tahu penyebabnya. Suhu berubah panas ketika ia hendak menceritakannya. Lantas, Rinna mengajak Adi pergi ke rumah nenek.

"Ke rumah nenek? Buat apa?"

"Kita nggak bisa berlama-lama di sini, ada sosok jahat yang sedang menagih janjinya sama kamu!"

Tanpa basa-basi, Rinna mengajaknya pergi. Adi yang tidak tahu apa-apa hanya manut-manut saja. Ia tampak pasrah saat Rinna "menculiknya."

Di rumah kayu itu Adi disambut sosok Noni Belanda berambut pirang dengan gaun putih mekar. Dia hanya melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Dia siapa?" tanya Adi.

"Teman kita dulu," jawab Rinna.

Dari jauh, terlihat seorang nenek yang sedang duduk sambil menjahit pakaian. Ya, nenek itu yang telah merawat Adi sejak kecil. Ketika cucunya datang, ia segera menunda aktivitas menjahitnya. Ingatan Adi kembali terpicu saat melihat sang nenek.

"Ternyata kamu sudah sebesar ini, ya. Ayo, Cu, masuk."

Awalnya Rinna membiarkan mereka berdua saja, namun ia malah disuruh bergabung. Nenek lalu menyimak apa yang Adi ceritakan perihal amnesianya, setelah itu mereka pun sampai ke topik yang sangat penting. Hal yang sudah lama diendapkan kini harus Fatimah sampaikan.

"Nenek tidak bisa menyembunyikan hal ini lebih lama lagi, jadi kamu harus tahu semuanya."

Ketika neneknya bercerita, terdapat visual yang sedang bermain di dalam otaknya. Sosok-sosok yang tertutup kabut itu seolah menunjukkan identitasnya. Tanpa sadar, Adi menutup mata. Seharusnya ia tidak terlalu menyelami dunia "mereka", namun Adi sangat penasaran siapa sebenarnya "mereka."

MATA KETIGA [TAMAT]Where stories live. Discover now