18. Tragedi Keluarga Beenhouwer

1K 67 1
                                    

Dua minggu sebelum Fahri melayat ke pemakaman...

Akhir-akhir ini Fahri merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Ia bingung, mungkinkah sensitivitas yang dirasakannya ini merupakan buah dari kesompralannya, atau karena energi mata batin teman-temannya? Karena secara mendadak, Fahri seperti menemukan sesuatu yang hilang. Ia teringat sebuah nama, yaitu Jane. Tanpa sengaja ingatan masa lalunya naik ke permukaan dan membawanya kembali menuju rumah tempat dahulu keluarganya mengadu nasib karena krisis moneter.

Tidak banyak yang berubah dari rumah Belanda itu. Masih sama. Yang membedakan mungkin hanya bagian dalamnya. Banyak yang dikunci, terutama di bagian bungker dan dapur.

"Ik been Jane."

Daun telinganya menegak. Fahri merasakan angin berembus menerobos tubuhnya.

"Tahun 2012, kali pertama aku membawamu ke pesta. Kamu ingat?" tanya pemilik suara itu.

"Aku tahu! Ini benar kamu, Jane? Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik. Dulu aku baru berani bicara denganmu setelah tubuhmu agak besar. Aku ingat pertama kali kamu ke rumah ini, kamu masih kecil sekali," kenang Jane.

"Kamu benar. Saat itu ibuku khawatir sekali karena aku terlalu asyik bermain denganmu."

Penampilan Jane masih sama seperti tiga belas tahun lalu. Bola matanya biru seperti papanya, sedang rambutnya bergelombang seperti mamanya.

Jane diperbolehkan menjadi pemberontak lagi. Kebebasan Jane memang berisiko, akan tetapi, ia diawasi oleh Opa. Opa memperbolehkannya berteman dengan pribumi, asal tidak mengajaknya ke pesta khusus kaum Netherlands lagi. Perbedaan Jane dan Fahri tampak kentara, dimulai dari warna kulit sampai rambut. Tetapi Jane tidak mempermasalahkan hal itu, sebab yang dibutuhkannya sekarang hanyalah teman mengobrol.

"Kamu tidak papa berkeliaran begini?"

"Kalau di sekitar rumah saja harusnya tidak masalah, Fahri. Akan jadi masalah jika aku meninggalkan wilayahku untuk mencari kebebasan sesungguhnya. Lagipula, aku tidak akan pernah bisa pergi dari sini."

"Kenapa begitu?" tanya Fahri.

"Sampai kapanpun aku tidak akan bisa pergi, karena jiwaku terikat bersama rumah ini."

"Lalu bagaimana dengan orang-orang Belanda itu?"

"Ya, mereka juga terjebak. Kematian di masa lalu yang telah menyatukan kami di rumah ini."

Fahri bertanya, "Sebetulnya aku sering lewat rumahmu dan tidak sengaja melihat anak seumuranmu di dekat jembatan. Wajahnya bule. Kamu kenal dia?"

Ketika Fahri membahas hal itu, tiba-tiba sesuatu bergejolak di dalam diri Jane. Seluruh tubuhnya pucat. Ia menangis, meskipun air matanya tidak keluar.

"Astaga, Jane! Kamu berdarah!"

Fahri yang terkejut melihat kondisi Jane buru-buru mencari kain untuk membersihkan lukanya. Tanpa sengaja Fahri masuk ke rumah lamanya dan melihat keadaan sudah berubah. Fahri yakin tadi Jane masih bersamanya, tapi sekarang perempuan itu malah duduk-duduk bersama tiga orang yang tidak dikenalnya.

"Apa yang terjadi?" batin Fahri.

Untuk kedua kalinya, setelah tiga belas tahun ia mengalami kejadian berpindah dimensi. Tanpa sengaja traumanya bangkit dan ada rasa takut bila nanti tidak bisa kembali.

MATA KETIGA [TAMAT]Where stories live. Discover now