15. Mengakhiri Kontrak Pesugihan

1K 69 4
                                    

Malamnya Adi kembali ke rumah. Ia terus memikirkan masalah tumbal menumbal. Sangat sulit baginya mencari solusi atas permasalahan ini.

"Kenapa harus tumbal?"

Tiba-tiba Adi merasa gerah. Udara terasa sangat panas. Setelah ditelusuri lebih jauh, rupanya rasa panas ini berasal dari makhluk yang selama ini menunggu pelunasan atas perjanjian yang dibuat di masa lalu.

"Tidak usah bingung."

Suara makhluk itu terdengar di seluruh penjuru rumah. Tidak muncul dengan wujud transparan atau hologram, makhluk itu tampil dengan fisik atletis, namun setengah binatang. Dia berkepala kambing, matanya merah menyala, lidahnya panjang. Air liur bahkan keluar dari mulutnya.

"Sudah lama aku menunggu."

"A-apa yang sedang kamu tunggu?" tanya Adi gemetaran.

"Perutku lapar. Sudah lama aku tidak makan."

Tiba-tiba Adi ingat pesan neneknya. Bila makhluk itu merasa lapar, ia harus memberi sesajen berupa telur. Kebetulan sebelum pulang dari rumah nenek, Fatimah menitipkan sesajen berupa sepuluh butir telur demi keselamatan cucunya, sekaligus sebagai bentuk negosiasi supaya nyawa Adi selamat.

"Aku sudah bawakan sepuluh butir telur untukmu. Makanlah!" ucap Adi sembari meletakkan sesajen.

"Aku tidak butuh telur-telurmu itu!"

Adi pikir semua akan berjalan lancar, namun rupanya, makhluk itu menolak mentah-mentah sesajen yang ia berikan.

"A-aku ingin membatalkan kontrak ini. Aku mohon, terimalah sesajen pemberianku!" ungkapnya pasrah.

"Kamu mau batalkan kontrak kita? Apakah kekayaan yang kuberikan kurang? Aku bisa membuatmu lebih kaya lagi!"

"Sudah, cukup! Aku sudah tidak mau meneruskan kontrak ini!" tegas Adi yang jelas-jelas tidak sudi menggunakan uang haram.

"Baiklah, apa gantinya?"

"Ganti? Apakah telur-telur itu masih kurang?"

"Aku sudah bilang padamu kalau aku tidak menginginkan telur-telur itu! Yang kuinginkan sekarang adalah manusia!"

Terkejut dengan permintaan makhluk itu, Adi lantas bertanya, "Apa yang akan terjadi jika aku tidak sanggup memenuhi permintaanmu?"

"Kamu harus jadi budakku selamanya. Hahahahaha!"

Mendengar jiwanya dijadikan tanggungan, bulu kuduknya berdiri. Adi semakin takut dan tidak sanggup membayangkan dirinya melayani makhluk yang disembah orangtuanya dahulu.

"Kuberi kamu waktu dua hari. Jika selama dua hari itu kamu masih belum bisa menemukan gantinya, kamu harus ikut denganku!" kecam makhluk berkepala kambing, lalu menghilang.

~oOo~

Esok paginya Adi kembali sekolah. Sungguh, hari ini ia tidak semangat sama sekali. Ia terus-terusan berpikir, berusaha mencari solusi tepat untuk mengakhiri perjanjian dengan setan ini. Adi pun berandai-andai, alangkah baik hidupnya bila orangtuanya dahulu mencari uang dengan cara halal dan tidak memilih jalan pintas. Sudah meninggal pun, sebagai anak yang tidak tahu apa-apa ia harus menanggung beban luar biasa berat. Seluruh hidupnya, seluruh kebahagiaannya dijadikan tanggungan sebagai pengganti pesugihan.

MATA KETIGA [TAMAT]Where stories live. Discover now