Ojol Kesayangan Aci (1)

6K 1K 69
                                    

Gemilang berlari menaiki tangga, menelusuri koridor, bahkan hingga memeriksa setiap kelas. Tapi dia tetap tidak menemukan Rachel.

Layar ponselnya sejak tadi menyala dengan latar line call Rachel. Gadis itu juga tidak menjawab satu pun teleponnya.

Langkah kaki Gemilang membawanya menuju ruang mading yang sudah hampir kosong. Hanya Shareen yang ada di sana.

"Gemilang? Nyari Rachel ya?"

Gemilang mengangguk. "Lo liat Rachel ga?"

"Hm tadi sih katanya mau pulang bareng Misa jadi dia--"

"Makasih!"

"--ke ruang padus." Belum sempat Shareen menyelesaikan kalimatnya, Gemilang sudah melesat diiringi tatapan bingung Shareen.

Sementara Gemilang kembali menuruni tangga dan berlari menuju ruang padus.

Tapi tidak ada siapa pun di sana.

Gemilang menghela napas. Ia mengadah menatap tanah lapangan yang mulai basah oleh hujan.



"Woi, Gem!"

Gemilang menoleh pada asal suara. Bara berjalan membawa tas dan sepatu sekolahnya.

"Nih! Bawa sendiri, emang gue babu lo." Ia menyerahkan barang-barang milik Gemilang.

"Thanks ya, Bar."

Bara mengangguk dan menepuk bahu Gemilang. "Gue duluan ya."

Gemilang hanya mengangguk singkat dan berjalan menuju gerbang belakang sekolah.

Tetapi seseorang membuatnya berhenti tepat sepuluh langkah di belakang.




Itu Rachel.

Ia tampak sedang mengusap wajahnya kasar dan menarik napasnya dalam-dalam.

Gadis itu baru saja akan berjalan menembus hujan ketika Gemilang berlari, menariknya dengan sigap.



"Rachel!"




Tubuh Rachel berputar, tertarik menjauhi tanah yang basah karna hujan. Ia mendongkak, terkejut mendapatkan Gemilang di sana.




"Pulang sama gue."



"Hah?"



Dengan mata yang masih merah dan berkaca-kaca, Rachel menatapnya penuh tanda tanya

Sementara Gemilang mengepalkan tangannya sekuat tenaga, merasa dialah yang bertanggung jawab atas alasan kenapa Rachel bisa seperti ini.



Ini kenapa gue bilang lo gak boleh jatuh cinta sama Juna, Chel. Nasib lo bakal sama kaya gue.



"Makannya, kalau lebaran tuh belinya korek kuping, jadi enggak bolot."

Gemilang menarik napas panjang, berusaha mengatur air muka agar tetap datar.

"Ayo pulang, Rachel."

Sesaat kemudian, Rachel tersenyum seolah dapat membaca pikiran Gemilang. Gadis itu memilih untuk bersikap acuh tak acuh.

Gemilang tidak perlu tahu bagaimana patahnya ia sekarang, begitu pikirnya.



"Kenapa lo serba tau dan selalu muncul di saat yang tepat sih? Lo Dewa Kejutan ya?"

"Bukan."

"Ibu Peri?"

"Ngasal."

"Terus apa?"

Eraser #YOURKIDUCE ✔Where stories live. Discover now