4. Aksi Penggagalan

143 14 0
                                    

Gue melangkah menuju ruang tamu. Di situ sudah terdapat segala pernak-pernik yang diperlukan untuk melangsungkan acara pesta ulang tahun April. Akhirnya gue putuskan untuk sedikit membantu Mama dan yang lainnya untuk mempersiapkan keperluan lain.

Setelah ikut membantu membereskan semuanya, gue pun langsung menghempaskan diri untuk duduk di sofa dengan April.

Sembari menunggu para tamu undangan, gue pun sekedar iseng memainkan ponsel. Namun, pergerakan tangan gue sukses terhenti ketika mendengar percakapan yang terjadi antara Mama dan Juna.

“Kamu jadi kan kenalin pacar kamu ke Mama hari ini?” tanya Mama.

Pacar? Pacar yang mana? Setahu gue, pacar Juna banyak.

Juna mengangguk. “Iya Ma, sekarang Juna mau chat dia dulu.”

Gue berpikir sejenak. Apa mungkin pacar yang dimaksud Juna itu, Natt? Kalaupun memang Natt, gue takkan membiarkan Juna membawanya kemari. Gue takkan membiarkan Mama mengenal Natt lewat Juna. Kalau itu sampai terjadi, makin besar peluang Juna untuk mendapatkan Renata. Lebih tepatnya bukan mendapatkan, tapi mempermainkan.

Lagi pula, Renata belum saatnya tahu kalau gue dan Juna bersaudara.

Akhirnya gue pun bergegas bangkit hendak keluar. Namun tangan gue tiba-tiba dicekal oleh April yang tadi duduk di sebelah gue.

“Kak Devin mau ke mana? Bentar lagi kan acaranya mulai.”

Gue lepas tangan April yang tadi masih menggenggam lengan gue. “Maaf Pril, gue ada urusan yang sangat penting. Gue harus pergi.”

“Emang penting banget, ya?” tanya April lagi. “Urusan apa sih?”

“Ini masalah Natt, Pril.”

Setelah berkata seperti itu, gue pun langsung melesat pergi meninggalkan rumah. Gue yakin April sangat mengerti jika gue sangat memprioritaskan Renata. Terlebih dia sangat jelas tahu perasaan gue ke Renata yang sebenarnya.

***

Gue mematikan mesin motor tepat di depan rumah Renata. Setelah melepaskan helm, gue merogoh ponsel dari dalam saku jaket. Pokoknya saat ini, gue harus berhasil bawa pergi Natt agar ia tak jadi pergi bersama Juna.

Akhirnya gue pun mengetikkan beberapa pesan.



Natt :
Donatt, makan yuk, gue laper!!!





Gue terus mengetuk layar ponsel ketika menunggu balasan pesan dari Natt. Gue harap, Natt tak menolak ajakan gue saat ini, apalagi gue sudah sangat sering mengganggu dia saat hendak pergi bersama Juna.

Akhirnya gue pun mendapatkan balasan juga dari Natt.





Natt :
Vin, kalo mau makan, makan aja sendiri sono!!
Jangan ganggu gue,
Gue ada urusan!





Gue mengeluh pelan. Sial! Natt tolak ajakan gue. Gue yakin, saat ini Natt sudah ada janji mau pergi ke acara ultah April dengan Juna.

Gue memutar otak berharap segera mempunyai ide untuk menggagalkan acara Natt dengan Juna. Akhirnya, gue pun mengetikkan pesan balasan lagi.




Natt :
Sok sibuk lo!
Emang lo mau ke mana?

Mau ke acara ultah sepupu Kak Jun.

Sayangnya lo telat,
Sekarang gue udah di depan rumah lo!






Gue tersenyum puas setelah mengirimi pesan itu.  Gue yakin, rencana gue berhasil kali ini. Gue pun mendongak menatap kamar Natt yang berada di lantai dua, dan jam segini biasanya dia sudah stand by di kamar.

Devino Xavier ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang