5. Dihukum Bareng Natt

113 12 0
                                    

Gue melangkah menuju perpustakaan hendak mencari beberapa buku untuk referensi. Karena hari ini hanya ada kelas pagi, makanya sekarang gue hanya bersantai di perpustakaan sambil menunggu Natt yang kebetulan ada kelas siang.

Gue jadi tersenyum sendiri mengingat kejadian semalam. Akting gue semalam keren banget, kan?

Gue benar-benar berbakat jadi seorang aktor. Tapi, kok gue malah merasa ada yang mengganjal, ya?

Akhirnya gue kembali mengingat kejadian semalam. Semalam gue mengirimi Juna pesan lewat ponsel Natt kalau Natt tak bisa datang di acara ultah April dan....

“Ahh! Gue lupa hapus pesan itu di ponsel Natt!” pekik gue sembari menepuk jidat sendiri.

Sial! Kenapa gue bisa lupa. Gue yakin, gue sudah ketularan penyakit lupa kronis yang dimiliki Natt.

Gue merasakan seseorang menyenggol pelan lengan gue. Gue pun otomatis langsung menoleh.

“Gak boleh berisik di sini. Tuh mereka jadi pada liatin lo semua.”

Gue pun mengedarkan pandangan ke sekeliling. Benar saja, para penghuni perpustakaan kini tengah menatap gue dengan sebal. Gue yakin mereka merasa terganggu karena teriakan gue tadi.

Sorry...,” seru gue pelan sembari sedikit menundukkan kepala.

Gue lirik seorang gadis yang tadi menyenggol lengan gue kini tengah cekikikan menahan tawa. Gue mengeryit bingung. Dia... gila?

“Kenapa malah ketawa?” tanya gue pada Indah, gadis yang kini berdiri di samping gue.

Indah menggeleng. “Nggak. Habis lucu aja ngeliat kamu minta maaf sambil malu-malu kaya gitu.”

Gue pun menatap Indah dengan pandangan aneh. Ahh... terserah dia mau tertawa atau tidak, toh tak penting buat gue.

“Lo lagi nyari apa?” tanya Indah.

“Cuma nyari sedikit referensi aja sih buat tugas.”

“Boleh gak gue pinjem buku catatan lo? Buku catatan gue gak lengkap.”

Gue mengeryit. “Kenapa gak pinjem ke yang lain?”

“Gue pengennya buku catatan lo. Secara, lo kan mahasiswa paling pinter di kelas. Udah pasti catatan lo lengkap, kan?”

“Kalo semisal gue gak pinter, gimana? Lo tetep mau pinjem catatan gue?”

Mendengar pertanyaan gue, Indah langsung menggaruk tengkuknya. “Mmm ... bukan gitu. Pokoknya mau lo pinter atau nggak, gue maunya pinjem catatan lo.”

Gue pun tersenyum tipis. “Oke.”

Gue pun mengeluarkan buku catatan dari dalam tas dan langsung memberikannya pada Indah.

Thanks....”

Gue hanya menjawab dengan deheman.

“Lo mau gue bantuin cari bukunya?”

Gue pun kembali melirik Indah lalu menggeleng. “Gak usah, kayanya guku yang gue cari gak ada di sini deh. Nanti gue coba cari ke toko buku aja.”

“Kebetulan hari ini gue mau ke toko buku, mau bareng cari buku?”

Gue sedikit membuka mulut menatap Indah tak percaya. Bukannya gue terlalu pede. Tapi gue yakin, saat ini Indah tengah mencoba melakukan pendekatan ke gue.

Sumpah! Cara pendekatan yang dilakukan Indah menurut gue terlalu kuno. Dan gue jadi merasa sedikit risih dibuatnya.

“Gak usah, gue nanti bisa cari sendiri.”

Devino Xavier ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن