21. Salah Paham

34 6 2
                                    

Saat ini gue tengah asyik bermain basket bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama gue main basket lagi semenjak ngampus. Gue juga nggak ngerti kenapa. Padahal dari jaman SMA, hobi gue ya memang main basket. Tapi entah kenapa semenjak ngampus gue tak pernah memainkannya lagi. Mungkin karena gue terlalu sering bergaul dengan Renata.

Ahh, gue malah jadi inget Donat lagi.

“Ara! Lo ke mana aja?!” teriakan Sesil berhasil membuat fokus gue teralihkan ke arahnya. Dan gue melihat Ara tengah berjalan menghampiri Sesil yang tengah duduk sendirian di pinggir lapangan basket.

Ara tidak sendirian, dia bersama Natt berjalan kemari.

Gue melihat yang lainnya satu persatu menyudahi permainan basketnya. Melihat mereka menghampiri para gadis, akhirnya gue pun memilih ikut menghampiri mereka juga.

“Natt, lo di sini?” Gue melihat Adin langsung menghampiri Natt dan duduk di sebelahnya.

Dan ketika Natt membalas ucapan Adin, gue mendapati diri memasang kuping selebar-lebarnya, sampai gue rasa titik fokus pendengaran gue hanya suara Natt. Namun sayangnya suara Natt tetap tak bisa menembus gendang telinga gue.

Gue hanya bisa melihat ekspresi terkejut Adin, lalu terlihat Adin yang berubah muram, dan ekspresi Natt yang sepertinya menahan kesal.

Ah, sial! Kenapa gue ngga bisa mendengar obrola mereka! Mereka ngobrol apaan sih?

“Kalian ngobrolin apa sih? Asik sendiri aja!” celetuk Dio. Dan ucapannya itu justru membuat Adin dan Natt malah terlihat memutar bola mata.

“Ada bau-bau mencurigakan di sini.” Joshua mengenduskan hidungnya ke arah Natt dan Adin bergantian.

Dan Natt dengan refleksnya memukul Joshua dengan tas yang membuat Joshua langsung meringis.

“Bukan bau mencurigakan!” tukas Natt. “Tapi bau asem, bau ketek lo!” tudingnya tepat menunjuk ke arah ketiak Joshua hingga membuat yang lain langsung tertawa.

Gue otomatis langsung ikut menahan senyum melihat kelakuan mereka berdua.

“Yuna mana?” tanya Natt yang langsung menatap gue. Gue otomatis langsung bingung. Bingung dan... Kikuk.

Kikuk karena sudah lama sekali Natt tak pernah bicara dengan gue. Dan saking kikuknya, gue hanya mengendikkan bahu untuk menjawab pertanyaan Natt.

Dan setelah bertanya seperti itu, Natt beralih menatap Malik dan Ridwan, membuat gue merasa sedikit lega karena Natt tidak terus bertanya ke gue.

"Malik! Tumben lo jadi pendiem banget hari ini?” Natt kini kembali bertanya pada Malik. Dan anehnya, Malik terlihat langsung kikuk setelah ditanya seperti itu.

“Ridwan! Walau pun lo udah putus sama Ara, lo gak usah canggung kaya gitu. Kita kan masih tetap sahabat,” celetuk Joshua ikut menimbrung karena sedari tadi Ara dan Ridwan hanya diam dan sesekali hanya saling mencuri pandang satu sama lain saja.
Dan gue rasa keadaan langsung terlihat hening. Gue sedikit merutuki ucapan Joshua karena membicarakan hubungan Ara dan Ridwan disaat mereka berdua baru saja putus. Dasar perusak suasana!

“Gue beli minum dulu buat kalian.” Akhirnya suara Natt mulai memecah keheningan di antara kami. Dan gue lihat ketika Natt baru beranjak dari duduk, Adin langsung menginterupsi Natt untuk duduk kembali.

“Gak usah, tuh si Yuna udah dateng bawa minuman,” seru Adin sambil menunjuk Yuna yang tengah berjalan ke arah kami dengan dagunya yang membuat semuanya langsung mengikuti arah pandang Adin.

“Hai!” sapa Yuna. “Gue bawa minum buat kalian, kalian pasti haus, kan?” serunya yang langsung dijawab dengan anggukan antusias oleh Joshua dan Dio.

Devino Xavier ✔Where stories live. Discover now