21. Pak Rizal Cemburu?

9.9K 325 6
                                    

Hari ini, pesan yang sudah masuk di notifikasi WhatsApp-ku adalah pesan dari pak Rizal. Dia menyuruhku untuk segera keruangannya.

Kudu jadi istri yang sholehah.

Seketika itu, aku sudah berada di depan pintu dan mengetuknya.

Tok... Tok... Tok...

Ku Ketuk seperti biasa. Sahutan dari dalam pun menyuruhnya untuk masuk.

"Masuk" ucapnya. Saat ini, aku segera membuka knop pintu, dan menutupnya kembali. Segera langkahku ke tempat meja dosenku, alia calon suamiku.

😒😒 enggak usah bahas dia bisa kali ya?! Soalnya udah trauma sama yang namanya pacaran. Yang ada pas nikah, dia ketemu mantan, ancur hatiku yang kedua kali.

"bapak tidak bosankah memanggil saya terus?"ucapku dengan jujur. Kalau aku sendiri, boleh enggak jujur! Aku udah 'BOSEN KETEMU DIA'.

"Oh.. Jadi kamu enggak mau di panggil saya!? Apalagi calon suamimu sendiri," ucapnya yang membuatku malas melihat wajahnya.

Ini orang suruh duduk gitu loh! Kejadiannya kembali ke beberapa waktu dulu! Enggak peka banget dah ni dosen kampret! Suruh duduk gitu calon istrinya kalau masih nganggep gitu??

"Duduk. Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu." ucapnya sedikit membuatku penasaran. Tumben-tumbennya dia pasang wajah serius. Wajah masam pula!

"Kamu kemarin kemana!" ucapnya seperti di intimidasi akunya.

"saya enggak kemana-mana kok pak. Dirumah," ucapku. Memang kemarin aku dirumah. Cuma pas kemarin mantan sialan mau ketemu, ya... Mau gimana lagi, kudu ditemui. Biar kelar masalahku sama dia.

"kamu enggak nyadar, kalau kamu punya calon suami!? Kamu anggap saya apa Ayu, patung!" ucapnya dengan suara sedikit keras.

"saya nyadar kok pak. Lagipula, bener kok saya dirumah kemarin. Dan saya, menganggap bapak calon suami saya," ucapku penuh keyakinan.

"Kemarin kamu sama siapa di Tunjungan Plaza?" seketika itu juga, aku membulatkan mataku. Kenapa dia bisa tahu aku di TP? Apa Jangan-jangan, dia....

"Ba-bapak tahu dari mana saya ada di TP?" ucapku sedikit terbata.

"saya lihat kamu di sana. Bahkan bersama laki-laki. Saya tidak sengaja melihat dia memegang pergelangan tanganmu." ucapnya yang sedikit membuatku ingin tertawa. Ternyata... Dosen Kutub ini bisa 'cemburu' ya? Lucu juga ternyata jadinya.

"Bapak cemburu!?" aku sedikit mengangkat alisku.

"Enggak!" ucapnya menghindar dari pertanyaanku.

"Bapak enggak usah bohong sama saya. Dilihat dari raut wajah bapak saja, sudah kelihatan kalau bapak itu cemburu,"ucapku. Hingga yang diajak bicara tidak ada sahutan. Mungkin memang dia sedang cemburu.

" Ya ampun pak...saya sampai enggak habis pikir loh ya, dosen kutub seperti bapak bisa juga cemburu. Saya kira enggak akan cemburu,"ucapku lagi. Aku memancing agar dia membalas pertanyaan pertama dan kedua.

" Iya, saya cemburu jika kamu berdekatan dengan laki-laki. Ingat, jangan sampai kamu mengulanginya lagi.

"Jika sampai itu terjadi, saya akan membuat perhitungan sama kamu."ucapnya dengan mengancam. Aku menelan salivanya.

" bapak ngancem saya?"ucapku.

" Kalau iya, kenapa?" ucapnya dengan satu alis terangkat.

" ya ampun pak, cuma seperti itu bapak ngancem? Iya saya tahu, bapak cemburu. Tapi jangan ngancem juga kali pak,"ucapku dengan memohon.

" Ancaman yang saya berikan tidak berat kok. Ringan sekali."ucapnya dengan senyum devilnya. Aku hanya bergidik ngeri melihat kelakuan dosenku satu ini.

Aku pusing kalau di ancem kayak gini. Apalagi dia dosen, plus calon suami. Ancamannya juga belum tahu juga akunya. Mau nanya juga males. Ya udahlah! Yang penting, aku baru tahu sekarang, kalau dosen dingin di depanku bisa cemburu.

Wiiii..

Pak Rizal bisa cemburu? Author kira enggak bakal bisa cemburu. Oh ternyata... Karena lihat si Ayu dengan Axa kemarin, akhirnya dia cemburu.

Dudududu... Bapak mah, bikin hati Author meleleh pak. Aseegg!

Halo halo...
Gimana guys ceritanya? Seru enggak!? Semoga seru ya! Doakan ya guys, semoga cepet selesai cerita ini. Dan bakal aku jadikan sebuah novel.

Sampai jumpa di cerita selanjutnya yaa..

See you.

Publisher ;
19 Pebruari 2019

Penulis ;

Sriwahyuolivm

SENKU (DOSEN KUTUB) Part Lengkap Edisi RevisiWhere stories live. Discover now