28. Datang!

8.5K 276 13
                                    

Pagi ini, kami sudah siap berangkat untuk mengajar. Saat ini, kelompokku mengajar di SD terlebih dahulu. Besoknya di Madrasah Tsanawiyah. Untuk MI atau Madrasah Ibtidaiyah, besoknya kami akan mengajar di sekolah tersebut. Dan rata-rata penduduk Madura kebanyakan juga cari pekerjaan di Arab Saudi. Mungkin sekitar 90% lah yaa?? Tak tanggung-tanggung jika melihat di Madura tersebut bangunan rumah yang bagiku tergolong bagus. Nah, setelah kelompok kami berpencar untuk mengajar yang sudah ditentukan titik kelasnya, maka kami langsung ke ruang guru terlebih dahulu. Setelahnya, aku masuk ke kelas. Kebetulan, aku masuk ke kelas lima. Dan sisanya, masuk ke kelas lain. Terkadang aku melihat anak-anak di SD dengan pakaian yang kurang baik. Maksudku, seperti lusuh dan menurutku, tidak di setrika. Sampai aku ingin menangis melihat di antara mereka ada yang mengenakan baju lusuh. Tapi aku bangga pada adik-adik. Semangat sekolah tidak akan membuatnya menyerah. Meskipun pakaiannya lusuh, tapi jiwa untuk menggapai citanya tidak akan putus. Sampai akhirnya, aku mengajarkan dengan telaten.

Beberapa jam kemudian...

Setelah mengajar, aku ke ruang guru. Dimana aku menunggu untuk jam pulang. Seketika itu, aku baca-baca buku. Untuk mengerjakan laporan, seperti biasanya. Aku mengerjakannya setelah isya'. Aku masih saja serius membaca buku yang ku baca. Dan seketika itu, suara ponsel menghentikan aktifitas ku membaca. Aku langsung mengambil ponsel di saku jaket KKN ku. Segera ku buka ponselku. Sesekali langsung membuka aplikasi WhatsApp. Dan membuatku lagi-lagi terkejut adalah, pak Rizal sudah ada di lokasi posko ku.

"Astaga ini orang. Aduh!" Ucapku membatin dan memasang wajah panik. Masak dirinya harus pamit pulang ke posko terlebih dahulu. Apalagi ini belum waktunya pulang. Mau tidak mau, aku langsung membalas pesan pak Rizal.

Me.

Maaf pak, saya masih di sekolah. Ngajar! (Sent).

Segera ku kirim pesanku padanya. Belum ada beberapa menit kemudian, pak Rizal membalas pesanku.

Pak Rizal laknat

Saya tunggu saja disini. Di dalam mobil. Jika sudah pulang, kabari saya. (Sent).

"Astaghfirullah.. bisa mati aku ini kalau temanku yang lain tahu kalau pak Rizal ada disini!" Ucapku dengan suara mengecil. Di ruang guru, memang tidak begitu ramai. Karena guru SD biasanya sedikit. Apalagi ini di kawasan desa. Jadinya, ada guru yang ijin, dan menjadi penggantinya adalah bagian kelompokku. Aku masih membalas pesan pak Rizal. Bahkan mencari alasan agar dirinya segera pulang.

Me.

Pak, saya tidak mau teman-teman yang lain mencurigai bapak dan saya. Saya tidak mau mereka menjauhi saya pak. Please... Tolong bapak mengerti perasaan saya. Apalagi, fans bapak itu banyak. Bapak dosen terhormat apa sudah lupa waktu saya berbicara pada bapak beberapa bulan yang lalu, kalau fans bapak itu melabrak saya. Yang ada saya harus menghindar dari bapak. Tapi bapak tetap saja bersikukuh. Tolong pak... (Sent).

Saat ini, aku mengetik panjang lebar. Dan itu langsung saya ku kirim pesanku. Biarinlah! Toh juga dia harus mengerti perasaanku. Tapi kalau sampai dia enggak ngerti juga... Bakal aku tendang aja sekalian ke dunia Digimon. Detik berikutnya, suara itu terdengar lagi.

Pak Rizal laknat

Saya tunggu kamu. Lagipula, saya rindu kamu. Jika ada yang macam-macam, saya yang nanggung. Biar saya yang bicara pada temanmu. (Sent).

Aku sudah menyerah. Ok! Bolehkah aku katakan saat ini, aku "menyerah". Karena bagaimanapun juga, dia tetap keras kepala. Mau tidak mau, aku membalasnya.

Me.

Baiklah. Jika itu kemauan bapak. Saya sebentar lagi pulang. (Sent)

Pesan kembali ku kirim. Tidak ada sepuluh detik, pesan itu masuk kembali.

SENKU (DOSEN KUTUB) Part Lengkap Edisi RevisiWhere stories live. Discover now