Prologue

2.3K 250 174
                                    

Distrik Shibuya. Pasti akan terbayang perempatan terbesar dari jantung Tokyo yang selalu sibuk dan penuh oleh para pejalan kaki. Langkah yang tak berirama, tergesa-gesa, dan diambil dengan jarak yang besar-besar. Semua orang mengejar waktu, seolah tak pernah habis kesibukan mereka dalam sehari.

Gedung-gedung tinggi akan diabaikan oleh para penduduk tetap. Biasanya segala macam lampu yang ditorehkan oleh gedung akan benar-benar mewarnai penuh perempatan. Belum lagi layar dan sejumlah hologram yang melayang-layang menampilkan iklan atau sekedar berita kecil.

Namun malam ini bukan malam yang biasa. Listrik nyaris seutuhnya dipadamkan, hanya lampu-lampu jalan yang diizinkan menyala. Dan benar-benar tidak ada pengunjung maupun penduduk yang melintas di perempatan besar.

Gedung-gedung kokoh separuhnya nyaris penuh menjadi reruntuhan yang tak berarti. Sementara beberapa tanaman di taman dengan tak sengaja terbakar karena ledakan. Belum lagi jalanan yang beberapa sudah hancur menyisakan lubang.

Suara senjata api saling bersahutan. Kemudian disusul dengan suara bom granat yang memekakkan telinga.

Prediksi dari para masyarakat benar-benar terjadi.

Bahwa suatu saat, anak itu akan menggila dengan eksperimen-eksperimen warisan sang ayah.

Anak itu akan benar-benar melampiaskan kebenciannya.

Anak itu akan melakukan balas dendam.

Tentu saja. Suatu saat, dua perusahaan militer ini akan benar-benar mencetuskan perang di sini. Di tanah air yang benar-benar damai, sebagaimana seharusnya. Orang-orang mengenal mereka. Alford Corporation dan Oohara Corporation. Yang satu hendak melindungi, yang satu akan menghancurkan.

Malam ini Oohara Corporation—perusahaan militer yang sudah mati itu—tak tanggung-tanggung mengerahkan seluruh kekuatannya demi menginvasi Tokyo. Ah, tidak ....

Bahkan nyaris seluruh wilayah di negara ini juga akan menerima kengerian yang sama besar.

Para monster dengan tubuh raksasa ciptaan mereka benar-benar membabi buta dan menghancurkan segalanya yang menghalangi. Yang bertubuh jangkung dan bersayap kelelawar mencabik-cabik habis prajurit yang mereka rasa adalah musuh. Sementara prajurit dari Alford melawan mereka yang juga menurunkan sejumlah prajurit manusia.

Kala itu merupakan malam yang sukses menorehkan trauma bagi seluruh masyarakat. Meski mereka berhasil dievakuasi, tentu saja mereka cemas terhadap rumah.

Alford Corporation yang dipercaya mampu melindungi negara ini tak akan tanggung-tanggung mengerahkan seluruh kekuatan yang mereka punya. Android, klon para prajurit unggulan, serangan drone persenjataan baru mereka keluarkan.

Semuanya benar-benar disibukkan dengan tragedi ini. Tidak ada yang diizinkan untuk tidur dengan tenang malam ini.

Angin musim gugur terabaikan oleh kulit yang sudah terlapisi baju zirah lengkap. Seorang wanita berdiri di depan gedung Alford dengan manik delima yang enggan berkedip menyaksikan kehancuran Shibuya dalam diam.

"Bagaimana, Kirika Alford? Senang dengan permulaannya dari akhir permainannya?"

Sebuah suara bariton yang diterima dari earphone si wanita melantunkan kalimat yang sukses membuat si wanita menautkan alis. Pelan-pelan bibirnya tertarik untuk mengulas senyum miring yang sinis.

"Kau benar-benar memulainya dengan cara yang bagus sekali lagi."

"Iya, 'kan?"

Kirika terkekeh.

"Mari kita mulai ...." Sebentar Kirika menjeda untuk memutuskan sambungan earphone dan menekan sebuah tombol yang mulai memasangkan helm pelindung untuk Kirika. "Perjalanan takdir yang tidak kita inginkan ini."

Ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ya. Halo. Saya harap Anda menyukai prolognya.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.


Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now