Chapter 1.14 [1/2]

129 34 59
                                    

Makan malam baru saja usai. Eleonor yang seharusnya beradaptasi sebab tengah bertamu di rumah orang, begitu cepat mengakrabkan diri lebih dekat dengan Adam dan Daniel.

Ya, dia benar-benar ikut berpulang ke Nagano bersama Cyclone Team untuk menikmati libur natal barang sejenak. Tidak ada salahnya ia menyanggupi permintaan kecil dari Adam.

Di ruang tengah ada Nina yang bermain-main dengan Ming Ming di kotatsu* dan baru saja melemparkan bantal kepada Edward yang spontan berteriak karena kalah bermain game. Mereka adu mulut, berakhir kejar-kejaran sampai Nina harus menyerah karena Edward lebih cepat sampai masuk kamar.

Sementara Hikari menemani Aoi yang tengah mencuci piring seraya berbincang berdua.

"Apa androidnya sudah siap?"

Begitu Hikari memulai pertanyaan, Aoi sejenak menyelam dalam pikiran kepada kejadian beberapa hari silam.

Pasalnya Kirika memang menerima Akira meski ia mengalami kegagalan dalam mengeluarkan air mata. Bukan karena hendak meringankan, tetapi sang Madam memang merasa air mata tidak terlalu dibutuhkan.

Aoi berpikir, mungkin saja Akira juga punya tingkat kesedihan macam apa yang ia miliki. Barangkali merupakan hal yang wajar jika Akira tidak bersedih sama sekali semasa percobaan.

Namun ... tetap saja, Aoi mengernyit resah sebab sekali lagi ia harus dihadapkan dengan Akira yang mesti dilukai tepat di kantor Kirika.

Manik delima itu memandang cukup lama android yang sempat meringis sebab telapak tangannya disayat. Masih Kirika perhatikan darah yang mengucur dari sana, Di kerangka dalam Akira, selang yang terpotong mulai disumbat dengan pengatup sehingga darah berhenti mengalir.

Pun, lapisan dalam mulai menutup perlahan untuk meminimalisir darah yang keluar. Tak lama dibarengi oleh kulit yang beregenerasi begitu lamban. Demikian luka mulai menutup Kirika segera menurunkan tangan Akira dan tersenyum kecil. Lantas ia melemparkan pandangannya kembali ke tim robotika.

Kontan saja Adam merasakan panas di pipinya kala ia mendapati senyum yang merekah dari sana. Jika saja Edward tidak menyenggolnya dengan siku, barangkali dia belum bisa menurunkan adrenalin sendiri yang sempat memuncak.

"Kerja yang bagus. Seperti yang kuharapkan, orang yang kurekrut lebih senang berpikir ketimbang harus terus-terusan bekerja sesuai perintah." Begitu Kirika berujar. "Anak ini lulus."

Ujaran itu tentu saja membuat mereka menghela napas lega. Namun, segera mereka memasang telinga sebab Kirika hendak kembali berbicara.

"Kita akan mendiskusikan proyek selanjutnya seusai pelantikan resmi kalian di tahun baru," kata Kirika. "Kalian boleh berlibur sampai hari itu tiba."

Para pekerja yang sudah menyusun rencana untuk liburan segera berkemas dan berpulang ke kampung halaman dengan suka cita, termasuk Aoi dan teman-temannya. Perasaan lega mereka bawa pulang, bersyukur bahwa waktu luang yang diberikan masih lapang.

Aoi sempat memikirkan Akira yang tidak pulang bersama mereka. Dalam hati ia berdoa agar Akira baik-baik saja dengan Kirika selagi ia meluncurkan dengkusan singkat.

Bersama dengan sang ibu saat ini, ia berbincang mengenai Akira. Tentu, sebagai seorang ibu, Hikari patut berbangga terhadap hasil kerja keras sang anak. Tak pernah ia melewatkan kegiatan perbincangan mengenai hasil karya Cyclone Team. Dia selalu menanyakan perihal apa pun mengenai itu, seperti yang ia lakukan saat ini.

"Akira hampir sempurna." Aoi menjawab pertanyaan Hikari setelahnya. "Kirika bilang dia bisa dipanggil untuk perombakan sewaktu-waktu. Jadi mulai sekarang Akira akan bekerja"

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now