Chapter 1.13.5

116 35 51
                                    

Waktu terasa bergerak lebih lambat ketika musim dingin. Meski hari libur hampir dekat, masih banyak yang beraktivitas. Masyarakat tampak enggan bermalas-malasan. Pasalnya hal ini juga terjadi di gedung pusat BM Corp. yang bertempatan di Anadyr, Rusia.

Langkah demi langkah menciptakan jejak basah di atas trotoar tepat di antara salju yang menimpa tanah. Napas hangat yang dihembuskan berulang kali menciptakan uap ketika bersentuhan dengan udara dingin yang menurunkan salju.

"Terima kasih sudah mau datang, Nona Alford." Begitu pada akhirnya Sergei bertutur. "Padahal tidak masalah jika kau datang ketika musim semi."

"Akan lebih baik jika saya mengurus segalanya secepat mungkin," sahut Kirika. "Tidak ada yang tahu kapan waktu akan berhenti berputar."

Lantas sepasang manik biru pudar itu melirik wanita di sampingnya. Berakhir ia tarik ujung bibirnya yang bersembunyi di balik syal biru yang cukup kontras dengan warna mantel tebal yang ia kenakan. Tak lama ia berpaling kepada jalanan yang hampir tak tampak oleh karena hawa dingin menciptakan kabut es.

Kala itu langkah mereka terhenti tepat di depan gerbang. Barulah tampak sebuah mobil menghampiri. Segeralah Kirika berpamitan kepada Sergei sebelum berlalu.

"Sampai berjumpa lagi, Nona Alford," celetuk Sergei sekali lagi sebelum Kirika menarik knop pintu mobil. Wanita yang tengah ia ajak bicara bahkan menyempatkan diri untuk menoleh. "Berhati-hatilah dengan tiap langkahmu. Tidak ada yang dapat memprediksi kapan kita akan terpeleset atau bahkan tersungkur karena jalanan yang licin."

Yang menerima petuah tersenyum tipis. Kemudian ia menganggukkan kepala sebelum undur diri.

~*~*~*~*~

Langkah memburu kecil nyaris tak bersuara melenggang di koridor yang dihuni beberapa orang di tiap sisi, pula dengan jarak yang berbeda. Sementara sang empunya baru saja sampai kembali di laboratorium elektronika dan beralih begitu cepat menuju bagan robotika.

Terengah-engah dirinya, tetapi masih Aoi kerahkan seluruh tenaga agar sampai kepada kerumunan untuk kembali bergabung menyelesaikan diskusi. Pada akhirnya Nina sukses mendapatkan napas lega mendapati Aoi sampai pada tepat waktu.

"Kau datang tepat pada waktunya," bisik Nina. "Kami baru saja membahas beberapa ide tambahan."

"Apa?"

"Profesor Alford mendapatkan ide mengenai program air mata."

Segera Aoi memecah fokus. Sembari mendengarkan Aleah tengah menjelaskan diagram alir yang ia gambar, Aoi akan berbisik mengantarkan tanya kepada Nina jika diperlukan.

Orang yang tengah berdiri saat ini amat sangat cepat tanggap mengenai hal yang melibatkan diri dan bagannya. Begitu Aoi memercayakan perihal mengenai Aleah dalam hati. Aoi sendiri merasa iri hati kepada Aleah mengingat usia profesor itu hampir setara dengan Silvis. Namun haus akan ilmu di dalam diri Aleah tak pernah pudar.

Barangkali kecantikan yang dimiliki Profesor Alford merupakan sebuah hadiah atas kerja keras yang ia lakukan.

Diam-diam Aoi menghela napas. Tantangan ini cukup sulit, tetapi ia begitu menikmati kala ia harus bekerja. Sekali lagi manik obsidian itu menerawang kepada hologram yang tengah menampilkan cara kelenjar mata bekerja.

"Kurasa tidak ada salahnya jika kita diharuskan untuk menciptakan hal ini," celetuk Aoi, setengah berbisik kepada Nina. "Sebisa mungkin kita harus menyembunyikan identitas Akira sebagai android sehingga lebih memudahkan dirinya melindungi Madam."

Nina mengangguk setuju. Namun demikian, maniknya serupa dengan milik Aoi yang masih tertuju pada penjelasan Aleah. "Sesuai dengan tujuan kita, tentu saja."

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now