Chapter 1.9

168 43 66
                                    

Sepertinya sudah cukup tidur selama dua jam setelah beribadah. Sudah saatnya bagi Adam untuk bangun.

Dia membuka mata dengan malas. Pemandangan buram sudah menjadi tamu pertama di setiap pagi si pemuda. Sambil kembali memejamkan mata, tangan kirinya meraba dengan asal ke salah satu rak portabel di samping untuk meraih kacamatanya.

Tepat ketika tangan itu sukses mendapatkan kacamata, ia memejamkan sekali lagi matanya erat-erat untuk menyesuaikan pandangan ketika mengenakan kacamata. Perlahan seiring manik terbuka, ia mendapatkan pandangan dengan pencahayaan minim.

Segera Adam memutar tombol lampu, mengatur pencahayaan lampu agar lebih terang. Sebuah ketukan dari samping kamar kapsulnya sukses membuat pemuda itu tersentak, justru refleks menoleh.

Benar saja. Setelah membuka penutup dinding kaca, ia mendapati Edward dengan kelopak mata yang masih membengkak tepat di kamar kapsulnya. Ya, Edward justru masih sempat-sempatnya menyapa Adam di sana.

"Pagi, bro." Begitu ia berujar.

Adam hanya menguap seraya menggeleng, tersenyum lemah hendak menertawakan mimik pagi Edward yang jelek. Dia lebih memilih untuk menutup dinding kacanya dan beralih ke salah satu penutup jendela.

Hanya dengan dua kali ketukan, menggeser secepat kilat memperlihatkan pandangan dari jendela.

Sepertinya dia tidak akan pernah bosan untuk menikmati sejumput pemandangan tentram dari Tokyo baik ketika pagi atau pun malam dari sini. Yah, meskipun kaca jendela sama sekali tak bisa dibuka, ini bahkan sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan sinar matahari.

Suara bel mengusik kegiatan Adam. Lantas ia berbalik setelah menutup kembali jendela. Cepat-cepat ia membuka pintu dan mendapati Aoi berdiri di sana dengan baki yang penuh dengan menu sarapan.

"Selamat pagi!" sapa Aoi. "Makanlah. Hari ini masih bebas dari pekerjaan, tetapi setidaknya kita harus mulai berbaur dengan penghuni sekitar dan itu akan menguras banyak tenaga."

Dengan riang, Adam menerima baki. "Terima kasih, Kak."

Tampaknya Adam sangat puas dengan baki yang diisi penuh hari ini. Sebelum Aoi meninggalkannya, maka segera Adam bertanya, "Kak, bagaimana dengan jadwal ibadahku? Apa aku diizinkan untuk mengambil jeda empat kali?"

"Ya, tentu saja. Profesor Eleonor bilang asalkan tidak memotong waktu rapat atau diskusi. Lagi pula masing-masing jadwalnya punya waktu yang cukup panjang, 'kan?"

Adam mengangguk-angguk. "Terima kasih!"

Barulah setelahnya Aoi meninggalkan kamar kapsul Adam sebelum pemuda itu menutup pintu. Ia menoleh ke lantai atas, mendapati Eleonor yang tengah berdiri menunggunya di sana. Tak lupa si profesor memberi sapaan hangat pada Aoi.

"Dua jam lagi berkumpul, ya. Aku akan memberikan seragam dan beberapa alat pelindung diri," kata Eleonor kemudian. "Sebaiknya kita mempersiapkan bahan untuk rapat bersama Madam sepuluh hari lagi."

Manik obsidian itu berkedip. "Kenapa sepuluh hari?"

"Madam akan melakukan pelatihan kemiliteran bulanan selama lima hari di Nemuro," jawab Eleonor. Sebelum menunjukkan terlihat bahu dan alisnya yang naik bergantian. "Dia juga harus siap untuk memimpin pasukan kita jika Oohara melakukan serangan besar, 'kan? Tak heran dia ikut. Almarhum Sir Hardy bahkan melakukan hal yang sama ketika masih menjabat."

Setelahnya langkah cepat menggema menghampiri Eleonor. Tak lama Aoi berhenti di tepat di bawah Eleonor dan menengadah dengan mimik khawatir. "Bolehkah Anda bercerita sedikit mengenai hal itu? Tentang ... apa pun yang terjadi menimpa kedua perusahaan ini dan juga Madam."

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें