Chapter 2.10

77 21 73
                                    

"Tidak ada pilihan lain, aku harus menggunakan rivanolmu dengan dosis tinggi."

Kedatangan Silvis langsung disambut dengan diskusi. Kirika tentu saja tidak mengharapkan kekhawatirannya membumbung semakin tinggi, jadi jelas mengapa ia mengabaikan setiap manik biru laut yang mematri khawatir itu.

"Atau kau mau aku menggunakan cairan baru yang kau ciptakan sebelum kau vakum dari biogenik?" Pun, Kirika agaknya sama sekali enggan menunggu Silvis menimbang lebih lama. "Kita tidak punya banyak waktu meski aku bisa mempercepat regenerasi pada luka-lukaku. Beruntung jahitan di perutku tidak lepas ...."

Terang-terangan Silvis melotot, segera menciptakan tatapan enggan dari Kirika.

"Nyaris," koreksi Kirika sembari berpaling. Lalu ia meneruskan, "Ada banyak hal terkait perusahaan yang harus kukerjakan. Kau pun tidak akan bisa terus-terusan menggantikanku, bukan?"

Memang. Mustahil selamanya Kirika harus bersembunyi dari publik, hanya karena serangan yang terus berdatangan padanya. Di samping itu, akan sangat banyak pekerjaan yang tertinggal. Konon lagi seusai acara seminar, banyak sekali taman rekreasi yang mengajak Alford untuk bekerja sama.

Silvis melemparkan pandangan kepada Akira. Nihil, tak ada jawaban yang akan ia temukan dari si android. Berakhir ia mengembuskan napas, pula mengembalikan pandangan kepada Kirika.

"Rivanol tidak akan bekerja begitu efisien untukmu sekarang. Ditambah punggungmu yang mendapatkan cedera," tutur Silvis pada akhirnya. Dia mendesah. "Aku memang tidak bisa memikirkan jalan pintas lain, jadi ...."

~*~*~*~*~

Semua rencana berjalan sesuai keputusan. Dua hari setelahnya, Kirika hadir. Bahkan ia memimpin rapat hari ini, berdiri tegak seolah hari-hari lampau tak terjadi apa-apa.

Pembahasan rapat kali ini hanya sekadar diskusi mengenai kerja sama dengan taman rekreasi di prefektur Kanagawa, Yokohama. Dalam seminar, Silvis memang menemui empunya taman rekreasi yang berkunjung langsung. Dia sempat mengatakan bahwa ia tertarik untuk menggunakan salah satu tipe robot Human Helper dari Alford.

"Itu merupakan satu langkah yang bagus jika percobaan pertama pada museum nasional benar-benar berjalan dengan baik," tanggap Kirika sembari mengangguk-ngangguk di belakang kedua tangan yang tengah menyatukan jemari-jemarinya. "Barangkali kita juga bisa mempersiapkan Human Helper versi percobaan yang baru bagi mereka. Bagaimana menurut Anda, Profesor Radiovalenka?"

"Tentu, Madam," balas Eleonor cepat. "Kita bisa melakukannya dengan menyesuaikan program ke robot-robot yang dibutuhkan dalam taman rekreasi."

"Tidak perlu terburu-buru. Saya terlebih dahulu akan melakukan kunjungan ke sana untuk berdiskusi dengan Tuan Yoshitaka mengenai hal ini. Dengan begitu kita tidak perlu mengeluarkan dana lebih banyak." Demikian Kirika beralih kepada Sayo Nakamura di seberangnya, lengkap dengan senyum samar. "Saya harap Anda tidak akan mengecewakan saya nantinya, Nona Nakamura."

Senyum merekah dari empunya cangkang manik lebar yang berapi-api penuh semangat. Barulah Sayo membalas, "Mohon dukungannya, Madam."

Sebentar Kirika berkutat kepada tablet yang lebih dulu menyediakan informasi mengenai taman rekreasi yang merupakan target selanjutnya. Sementara, Luciana menuturkan anggaran yang telah diberikan pemerintah untuk menjalankan percobaan ke museum.

Pasalnya pemerintah benar-benar memberikan hampir delapan puluh persen dari proposal yang telah diajukan. Mendengarnya Kirika mengulum senyum penuh kemenangan, tetapi tak sedikit pun meningkatkan minat untuk beralih tatap pada Luciana.

Tak heran, negara ini memang banyak mengambil keuntungan dari pariwisata, batinnya dalam hati.

Beberapa masalah kecil lain ikut dibahas di dalam sana. Namun, itu tak berlangsung lama.

Fate : A Journey of The Bloody Rose [END]Where stories live. Discover now