3.

2.7K 425 36
                                    

Pagi datang menyambut matahari yang bangun dari tidurnya. Jam alarm pun berbunyi tepat jam lima pagi.

"Aaahh" aku menguap dan mulai bangun dari tidur lelapku. Segera mematikan jam alarm yang memekakkan telinga.

Aku segera menuju kamar mandi. Tiga puluh menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan wajah segar.

"Sekar," teriak ibu dari dapur.

"Iya buk, bentar." Jawabku dan segera turun untuk sarapan bersama.

Makanan sudah tertata di meja makan. Aku langsung membuka piring yang tengkurap dan segera mengambil nasi dan teman-temannya. Sarapan diawali dengan doa bersama yang dipimpin ayah. Setelah berdoa kami segera melahap makanan yang sedari tadi membuat perutku semakin keroncongan.

15 menit telah berlalu aku aegera mangambil tas dan segera berangkat sekolah. Memang, jam masih menunjukkan pukul 05.45 pagi. Tapi hari ini adalah hari senin. Sebagai petugas upacara, aku harus datang lebih awal.

"Buk ayo berangkat!" Teriakku kepada ibu yang sedari tadi ada di kamarnya. Entah apa yang dia lakukan, mungkin mencari sesuatu yang tertinggal.

Tanpa ada jawaban dari ibu. Ibu langsung menghampiriku yang sedang berdiri di halaman dekat garasi.

"Ayo kita berangkat." Ajak ibu.

"Kakak mana?" Tanyaku karena merasa ada yang kurang.

"Kakak..." teriakku yang membuat semua terkejut.

"Eh iya iya bentar. Ini lagi sisiran." Ucap kakak yang sedang sisiran sambil menghampiriku.

"Cepet dong nanti telat. Kakak kan juga harus nyiapin peralatan upacara. Kakakkan ketua osis." Omelku yang tak berkesudahan.

"Iya iya bawel."

Akhirnya setelah perjuanganku untuk teriak-teriak di waktu yang masih pagi. Kamipun berangkat bersama. Ayah yang mengemudikan mobil.

"Kak," Panggilku memecah hening kepada kakak yang sedang membaca buku.

"Apa," jawabnya singkat.

"Kakak punya simbol apa?" Tanyaku yang seketika membuat kak Tito terkejut.

"Simbol apa?"

"Malah nanya balik, simbol kekuatan itu lo..." ucapku sambil menaik turunkan alis.

"Kamu udah tau?" Tanyanya dengan nada terkejut.

"Ya taulah siapa dulu, Sekar," jawabku dengan nada sombong.

"Sejak kapan?" Tanya kakak lagi.

"Kakak kepo banget sih."

"Biarin, kamu juga kepo sih."

"Ya ampun kakak, aku tau juga baru kemaren, gara-gara nemu buku ayah di perpustakaan." Jelasku.

Kakak yanya ber oh.

"Terus simbol kakak apa?" Tanyaku.

"Simbol kakak itu bintang." ucap kak Tito sambil memperlihatkan tanda bintang dilehernya.

"Loh kok sama, punya aku juga di leher." Ucapku terkejut.

"Memang sama, kita itu keturunan dari keluarga kerajaan, jadi tandanya dileher." Jelas kak Tito.

"Kalau yang bukan dari keluarga kerajaan."

"Simbol itu tempatnya sesuai dengan kasta masing masing. Kalau misalnya bi Mimi, itu simbolnya di tangan karena dia pegawai kerajaan. Yang kastanya paling rendah, simbolnya ada di telapak kaki." Jelas kak Tito sambil menunjuk tangan dan kaki bergantian.

"Gitu to. Baru tau aku."

"Ya kamu memang gak diberi tau. Karna kalau kamu dikasih tau sedikit aja informasi, kamu pasti nanya terus kaya tadi. Ya maleslah jawabin pertanyaanmu yang banyak."

"Ih kakak jahat deh."

"Jahat-jahat ginikan juga kakakmu yang paling ganteng kan." ucapnya dengan percaya diri.

"Iya deh kakak ganteng. Percaya kok, aku percaya." Jawabku dengan nada meledek.

"Dasar adik kakak," ucap kakak sambil mencubit pipiku gemas.

My Mysterious Magic (Selesai)Where stories live. Discover now