41.

727 83 4
                                    

Bel pulang berdering, semua bersorak. Berjam jam di kelas, inilah hal yang paling di tunggu tunggu oleh semua siswa dan siswi. Aku teringat jika aku punya janji dengan kak Rio. Pasti dia punya banyak pertanyaan tetang kak Tito. Sebenarnya aku juga malas, tapi tak ada kegiatan lain di rumah. Hanya untuk mengisi waktu luang.

Aku dan Rara berjalan menuju gerbang. Kak Rio belum di sana, sedangkan sopir pribadi Rara sudah menjemput.

"Masuk sini Kar," panggil kak Farel yang berada di dalem.

"Ih kakak, kok aku gak di ajakin masuk. Lagian Sekar lagi ada janji," Rara menoleh padaku. "Maaf ya Kar aku gak bisa nemenin. Kalian berdua aja biar romantis. Kak Rio lumayan kalau kamu gak mau aku mau kok, bye." Belum aku menjawab, Rara berjalan menuju mobilnya.

"Janjian sama siapa Kar?" Tanya kak Farel.

"Aduh kakak, gak usah ikut campur. Mendingan kita pulang. Aku pulang dulu ya Kar," mobil Rara melaju.

Baru saja mobil Rara meninggalkanku aku baru teringat. Aku tak punya uang apa lagi handfone. Ya ampun, kenapa secerobo ini. Jalan kaki nanti aku pulang.

Tin tin, aku menoleh. Ternyata kak Rio. Dia turun dari motornya menghampiriku. "Berangkat yuk,"

"Kemana?"

"Bicaranya jangan di sini, kita cari cafe deket sini," aku mengangguk. Kami menaiki motor.

Motor melaju kencang, aku lupa kapan terakhir kali menaiki motor. Tapi rasanya tak jauh berbeda ketika menaiki pegasus milik Arka di dunia sihir. Astaga, Arka lagi Arka lagi. Kenapa tak henti hentinya aku memikirkannya. Akhir-akhir ini banyak hal kulalui dengan Arka mana mungkin aku melupakannya.

"Kar, kar,"

"Eh iya ada apa kak,"

"Jangan ngalamun, bentar lagi sampai,"

"Iya kak,"

Setelah lima belas menit, motor berhenti di salah satu halaman cafe. Kami memasukinya dan memilih tempat duduk di dekat jendela.

"Kamu mau pesen apa?"

Satu yang aku pikirkan, aku gak bawa uang. Untuk pulangpun gak ada uang.

"Enggak kak, aku gak pesen."

"Tenang aja, kakak traktir. Kebetulan ini cafe punya papa. Jadi pesen aja, gak usah segan-segan."

Aku tersenyum.

"Kamu mau minum apa?" Kak Rio memberikan daftar menu.

"Terserah kakak,"

"Yaudah, bentar,"

Kak Rio memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan. Entah apa yang dia pesan. Dia hanya bilang menu seperti biasa. Mungkin dia sudah sering di sini, inikan kepunyaan papanya.

"Gimana urusan kalian?"

"Urusan apa?"

"Keluarga,"

"Oh, belum selesai kak."

Seorang pelayan membawa nampan berisi dua minuman dan sepiring kentang goreng.

"Kamu minum ya, kalau di sini aku suka minum kopi susu dingin. Terus dikasih es krim deh. Enak, coba kamu rasain."

Aku menyerutup minuman, benar rasanya enak. Aku mengangguk mengiyakan jika minuman itu enak.

"Kamu udah punya pacar?"

Aku yang sedang minum terbatuk karena tersedak. Kenapa akhir-akhir ini pertanyaan itu sering di ajukan padaku.

"Maaf,"

"Iya kak gak papa."

"Kamu punya?"

"Kakak mau tanya apa soal kak Tito," aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Malas dengan topik pembicaraan seperti itu.

"Eh, iya gimana kabar Tito?"

"Ba baik," ucapku ragu. Kebohongan yang pertama.

"Sebenarnya ada masalah apa sih?"

Aku hanya diam.

"Oh, maaf. Prifasi ya,"

Aku mulai bosan. Kak Rio berhenti mengajukan pertanyaan. Keadaan menjadi lenggang diantara kita berdua. Yang terdengar hanya bisingnya pengunjung lain yang sedang berbincang-bincang. Mungkin Kak Rio sedang berfikir apa yang akan di tanyakannya.

My Mysterious Magic (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang