42.

693 80 7
                                    

"Kak, aku mau pulang."

"Aku antar ya,"

"Gak usah kak,"

"Kan aku yang ajak kamu kesini, jadi aku yang harus mengantarmu pulang."

Untung saja Kak Rio mengantarku pulang ke rumah Rara, kalau tidak. Pegel semua kakiku.

***

"Gimana tadi kar,"

"Gimana apanya,"

"Kak Rio,"

"Gak papa, cuma tanya-tanya yang menurutku gak penting. Kepo banget dia jadi cowok,"

"Jangan galak-galak, lumayan lo Kak Rio, kalau kamu gak mau buat aku aja ya,"

"Ambil aja," aku memakan camilan yang aku bawa.

"Beneran," aku mengangguk.

Pintu depan berbunyi, Rara memintaku untuk membukanya.

"Hai,"

"Kan masih dua hari lagi,"

"Iya, aku cuma mau ngasih ini. Aku lupa kasih uang jajan ke kamu. Aku pergi ya," Kara memberiku beberapa lembar uang ratusan ribu. Aku tersenyum dan kembali masuk ke rumah.

"Siapa Kar,"

"Kara," ucapku tersenyum.

"Kamu itu beneran putus gak sih, kayaknya masih saling sayang. Jangan paksain hati, kalau masih sayang bilang aja gak usah gengsi. Jaman sekarang udah banyak wanita  yang nyatain cinta terlebih dahulu."

"Apa sih," aku pergi ke kamar Rara.

Aku memikirkan perkataan Rara tadi. Namun nyaliku tak sampai untuk menyatakan perasaan. Aku takut jika Kara menolakku. Itu hanya membuatku malu.

Aku menoleh ke arah pintu, seseorang membukanya. Kak Farel masuk dengan santai, dan langsung mengajakku ke dapur untuk masak bersama. Aku ingat aku punya janji dengannya.

Rara masih di depan TV tak sadar jika aku lewat di belakangnya.

Kak Farel begitu sabar mengajariku. Menu malam ini adalah nasi goreng. Kata kak Farel ini adalah menu yang mudah. Di bantu kak Farel aku menyiapkan bumbu bumbunya. Kak Farel menyuruhku untuk mengulek bumbunya. Sedangkan dia mencuci kol untuk campurannya. Tak butuh lama nasi goreng pertamaku jadi, walaupun tidak seratus persen aku yang buat.

Kami berdua makan di meja makan. Cukup lezat bagi pemula sepertiku. Hanya ada suara gesekan antara piring dan sendok. Lainnya, sepi, samar-samar terdengar suara orang membacakan berita dari televisi yang di tonton Rara.

"Loh, kok udah abis. Aku gak di sisain,"

Aku yang mau menyuap satu sendok terakhir terhenti. "Ini kamu mau," aku menyodorkan sendok berisikan nasi goreng itu.

"Gak, kamu makan aja. Aku mau masak sendiri."

"Mau aku bantu?"

"Gak usah,"

Aku dan kak Farel menahan tawa melihat Rara yang kesal. Aku membereskan piring kotor dan mencucinya di wastafel. Sekali kali melirik Rara yang mengulek bumbu dengan kesal.

Kara tak salah mengirimku ke sini. Aku bahagia untuk tiga hari yang diberikannya. Dan aku harap kebahagiaan ini berkelanjutan walau aku tidak di sini lagi.

My Mysterious Magic (Selesai)Where stories live. Discover now