45.

667 77 1
                                    

Seketika aku terbangun, namun keadaan masih sama seperti sebelumnya, Ayu belum juga sadar. Aku mengamatinya dengan seksama, jari jarinya bergerak perlahan. Aku memanggil manggil namanya, dan dengan perlahan matanya mulai terbuka. Aku menjadi lega, akhirnya Ayu tersadar.

"Eh gue dimana, lo ngapain di sini," Ayu memegangi kepalanya.

"Maafin aku Yu,"

"Apaan sih, kenapa aku di sini. Aku mau ke kelas."

"Kamu gak papa Yu," aku membantu Ayu berdiri. Aku bingung dengan sifatnya yang aneh. Aku membantu Ayu berjalan ke kelas.

Aku mengetuk pintu, seorang guru membukakannya dan mempersilahkan kami duduk. Tatapan seisi kelas tajam kecuali Rara dan guru yang sedang mengajar. Namun aku berusaha untuk tidak mempedulikannya. Tak lama bel istirahat berbunyi, ternyata aku dan Ayu cukup lama di UKS. Aku dan Rara pergi ke kantin untuk membeli bakso.

"Aku traktir Ra," Rara tersenyum aku meninggalkan Rara yang sudah duduk di bangku. Aku memesan dua porsi bakso dan dua gelas es teh.

Aku membawa nampan menuju tempat duduk Rara. Suasana di kantin cukup ramai. Namun aku tak peduli, perut ini lebih penting dari pada mereka yang tak tau apa apa dan hanya bisa berkomentar.

'Bruuk' aku terjatuh beserta bakso yang berceceran. Tanganku terkena kuah bakso yang panas. Semua yang ada di sana tertawa. Tanganku ke panasan, namun kerumunan yang banyak membuatku tak bisa pergi dari sana. Ayu, dia tertawa dengan terbahak bahak, pasti ini ulahnya. Kenapa dia begitu benci denganku.

"Ini hukuman untuk seorang pelakor,"

Pelakor? Apa maksut Ayu.
Tiba tiba uluran tangan seorang laki laki di berikan padaku. Semua terdiam, aku mendongak. Ternyata kak Rio. Aku menerima uluran tangannya, di bantu kak Rio aku pergi ke UKS. Rara yang berada di belakang kerumunan langsung panik melihat tanganku yang memerah.

***

Setelah di bersihkan dengan air, tanganku di oleskan obat supaya tidak ada bekas. Kak Rio begitu hati hati mengoleskannya. Sedangkan Rara hanya melihatnya dengan wajah yang masih panik.

"Maafin aku Kar," kak Rio tiba tiba meminta maaf.

Aku mengernyitkan dahi.

"Ayu itu pacarku,"

Aku terkejut, jadi ini pokok masalahnya. Aku mengangguk, ini bukan seluruhnya salah kak Rio. Ayu saja yang terlalu cemburuan. Entah bagaimana dia bisa melihat kami berboncengan atau saat di cafe.

"Dia itu terkenal, kau juga tau bukan. Semua kelakuannya akan mempengaruhi murid murid di sini. Mungkin ada yang memberi tahunya saat kita bertemu kemarin. Maafin aku ya Kar."

"Gak papa kak, di buat pelajaran saja."

"Oh iya tadi pagi kalian berantem ya,"

Aku mengangguk, "Maaf soal itu kak,"

"Kamu gak salah, aku sudah tau apa yang terjadi. Kamu membela diri kamu, itu bagus. Tapi aku heran kamu sekuat itu."

"Aku juga gak tau kak, mungkin karena aku kesal jadi aku menggunakan seluruh tenagaku," ucapku bohong. Mana bisa manusia sekuat itu. Apalagi perempuan.

Kak Rio mengangguk, entah dia benar benar percaya atau tidak. Tapi jika hanya kak Rio yang percaya bahwa aku tak bersalah, percuma. Murid di sekolah ini tak hanya aku dan kak Rio bukan? Masih banyak murid yang lebih percaya dengan Ayu si gadis famous itu.

My Mysterious Magic (Selesai)Onde histórias criam vida. Descubra agora