5.

2.3K 365 23
                                    

"Komandan saya menemukan sesuatu," teriak salah satu polisi yang membuat orang yang berada di lapangan terkejut dan penasaran.

Rasanya ingin mengetahui apa yang ditemukan, namun barang yang ditemukan langsung ditaruh di kantung dan akan diteliti di labolatorium.

"Kak itu apaan sih," ucapku sambil memalingkan wajahku ke arah kakak.

"Sebentar kakak trawang dulu," kakak memegang kepalanya. Entah apa yang dia lakukan.

"Kakak bisa nerawang ternyata." Ucapku kaget, semua orang disekitarku langsung menoleh ke arah aku dan kak Tito.

"Menerawang masa depan yang gak jelas," tambahku, aku mencoba mengalihkan mereka yang menatapku. Sedangkan kakak tetap fokus untuk menerawang. Malu? Tentu saja namun apalah arti malu bagiku yang tak punya malu.

"Kakak tau," bisik kakak di telingaku.

"Apa kak isinya?" Akupun ikut berbisik.

"Sebuah liontin berbentuk api, benar dugaan kakak, karna yang memiliki liontin api hanya bangsa sihir hitam yang memiliki kekuatan utama yaitu api." Jelas kakak. Aku hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Aku menggigit jariku. Peristiwa ini sungguh membuatku ketakutan.

Cerita ayah saat itu langsung terngiang-ngiang dipikiran. Mengingat cerita itu, aku semakin ketakutan. Takut jika bangsa sihir hitam menghabisi sisa keluargaku yang berhasi kabur saat peperangan dulu.

"Pulang yuk kak, aku takut." Aku menangis. Aku menarik tangan kak Tito untuk pulang. Namun kak Tito tetap berada ditempat. Tarikanku tak cukup kuat menarik badan kak Tito yang besar.

"Kak ayo pulang," tangisanku menjadi-jadi. Akhirnya kak Tito mengangguk.

Sebelum kami pulang, kami mencari ibu untuk pulang bersama. Tak sulit mencari ibu, karena ibu juga mencari kita.

"Bu ayo pulang," rengekku kepada ibu yang terlihat cemas.

"Ayo, keadaan ini semakin tak aman. Tito, ibu dengar tadi salah satu polisi menemukan barang bukti. Apakah kamu tau apa yang ditemukan polisi itu?" Tanya ibu sambil berjalan cepat menuju gerbang keluar.

"Tadi Tito trawang isinya liontin api," kami berhenti tepat di seberang jalan.

"Ini benar-benar darurat. Sebentar ibu telepon ayah. Supaya pulang sekarang dan sekalian menjemput kita."

Ibu menelepon ayah. Menjelaskan apa saja yang terjadi. Kebetulan jarak sekolah dengan kantor milik ayah tak jauh. Hanya membutuhkan waktu lima menit untuk ayah pergi ke sekolahan.

"Nak ayo masuk, cepat," suruh ayah yang baru saja datang. Aku, kakak dan ibu segera naik ke mobil. Mobil melaju dengan kencang meninggalkan keributan di sekolah yang menggemparkan jagat maya. Berhenti sejenak di rumah untuk memberi tau bik mimi. Tak lama ayah keluar dari rumah bersama bik Mimi dengan membawa sebuah peti yang tak pernah aku liat selama ini.

Bik Mimi dan ayah masuk mobil setelah menaruh peti itu di bagasi mobil. Mobil ayah kembali melaju dengan kencang. Entah kemana tujuan ayah. Aku tak berani bertanya. Raut wajah ayah begitu serius.

Hinga kami memasuki wilayah hutan. Pernah aku dengar bahwa hutan ini terlarang. Saat ini aku sangat ketakutan. Aku mencoba memejamkan mata untuk tidur sejenak melepas penat dan agar tidak melihat wilayah hutan yang menyeramkan ini.

My Mysterious Magic (Selesai)Where stories live. Discover now