37.

829 92 2
                                    

Mobil melaju menuju jalanan kota. Suasana masih sama sebelum aku tinggalkan. "Kar kita mau kemana?" Kara tak menjawab. Mungkin dia sedang fokus menyetir jadi tidak mendengar apa yang aku tanyakan tadi.

Mobil Kara memasuki sebuah perumahan, sebelumnya aku belum pernah kemari. Dia mau mengajakku ke rumah siapa. Kara menghentikan mobilnya di depan salah satu rumah.

"Untuk sementara kau menginaplah di sini. Ini rumah Rara, kau tak lupa dengan sahabatmu sendiri bukan. Tiga hari ke depan aku akan menjemputmu lagi. Oh ya, soal kamu dan keluargamu yang sudah lama di dunia sihir, aku sudah mengirim surat ke sekolah termasuk di kantor ayahmu. Aku memalsukan surat itu dan menuliskan jika kalian ada  urusan keluarga yang sangat penting. Ya, aku tahu pasti mereka kebingungan perihal alasan yang kurang masuk akal itu. Jadi nanti jika Rara bertanya padamu soal kepergianmu, tolong kamu cari alasan yang tidak membuatnya curiga. Sekarang kamu keluar, aku punya banyak urusan." Jelas Kara panjang lebar.

Aku membuka pintu dan keluar.

"Dan satu lagi, di kursi belakang ada tas berisi baju baju untuk kau pakai selama di sini, ambillah."

Aku membuka pintu kursi belakang dan mengambil tas berwarna hitam itu.

"Aku sudah menghubungi Rara jika kamu akan menginap di rumahnya. Jadi tak usah kau bilang jika kamu, ingin menginap karena Rara sudah tau," Kara mengegas mobilnya dan pergi begitu saja.

Aku menekan bel di samping pintu rumah Rara. Bagaimana Kara bisa tau keberadaan rumah Rara. Aku saja baru kali ini pergi ke rumahnya. Cklek, pintu rumah terbuka. Bukan Rara yang keluar, namun seorang laki laki seusia kak Tito.

"Raranya ada kak," ucapku canggung.

Namun dia hanya diam saja,

"Kak,"

"Eh, iya ada bentar aku panggilkan,"

"Ra, ada temenmu,"

"Iya kak,"

"Kamu masuk dulu aja,"

Aku mengangguk, rumah Rara terlihat luas. Dia anak orang kaya, tapi bisa ya dia berteman denganku.

"Eh siapa ya," ucap Rara dari belakangku. Aku menoleh dan tersenyum.

"Eh, ini Sekar. Sekar teman sebangkuku kan." Aku mengangguk.

Rara memelukku hangat. Sangat terlihat jika dia merindukanku. Padahal selama aku pergi tak pernahpun walau sedetik aku mengingatnya. Kejamnya aku.

Rara melepas pelukannya dan duduk di sebelahku. "Sebenarnya ada urusan apa sih kamu pergi lama banget. Dua bulan loh Kar,"

"Hah dua bulan," ucapku terkejut. Teryata lama sekali aku di dunia sihir. Aku kira baru satu atau dua minggu saja.

"Loh, kamu gak sadar, selama itu kamu ninggalin aku. Padahal sekolah hanya butuh waktu dua minggu untuk memperbaiki kerusakan pasca kejadian itu. Selama satu setengah  bulan aku duduk sendiri. Kau tau rasanya sedih banget. Gak ada teman curhat, teman pergi ke perpus. Sepi banget hidupku tanpa kamu Kar,"

"Maaf," aku menggaruk rambut.

"Oh ya, kamu pasti lelah. Tadi Kara meneleponku jika kamu habis pergi dari perjalanan jauh. Dan orang tua dan kakak kamu belum selesai mengurusi masalah keluarga kalian. Jadi kamu sebaiknya istirahat dulu. Kamu tidur di kamarku ya, jadi aku gak kesepian lagi. Aku juga mau tidur siang nih, mumpung hari libur," aku mengangguk.

Rara mengajakku ke kamarnya yang berada di lantai dua. Rara tak memberikan pertanyaan apapun, mungkin dia tahu kalau aku sedang lelah.



My Mysterious Magic (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang