34.

920 102 2
                                    

Pagi telah datang, aku mengerjap ngerjapkan mataku. Setelah benar benar terbuka aku baru tersadar jika aku tidur di pangkuan Kara. Kara juga masih tertidur dengan tangannya yang masih di kepalaku. Aku berfikir, apakah Kara yang mengelus rambutku semalam? Atau hanya mimpi?

Aku memindahkan tangannya, menggeser kepalaku dari pengkuannya perlahan. Aku duduk di sebelahnya, mengucek mata.

"Kar bangun kar, dah pagi," satu tanganku mengucek mata dan tangan yang lain menepuk pundak Kara yang sedang tertidur dengan keadaan duduk.

Dia belum terbangun juga. Aku melihatnya dengan seksama. Dia terlihat sangat lelah, aku mengelus rambutya pelan. Entah bagaimana bisa aku mencintai seseorang yang telah melukai keluargaku. Oh ya, aku baru teringat jika keluargaku masih di penjara. Aku harus menyelamatkan mereka.

Perlahan aku berdiri agar Kara tak terbangun. Aku berencana ingin menuju ke ruangan serba hitam milik Kara tempat perantara supaya aku bisa ke istana sihir hitam. Namun ada tangan menghentikannku. Kara, sial dia sudah terbangun. Gagal lagi.

"Kamu mau kemana," Kara masih setengah sadar, namun genggaman tangannya sangat kuat. Dia menarikku kasar. Bruk, wajah kami hanya berjarak satu kilan lagi, dengan sesegera mungkin aku berusaha untuk kembali berdiri. Aku tak mau kejadian semalam terjadi lagi, bisa bisa aku mati hanya karena detak jantungku yang berdetak terlalu cepat.

Kara mengucek matanya santai, berdiri dan menarik tanganku lagi. Dia membawaku ke meja makan. Makanan sudah tersaji di sana. Makanannya masih mengepul, masih hangat. Aku duduk diikuti Kara di sampingku. Perutku berbunyi, entah kenapa akhir akhir ini aku terus menerus lapar.

"Nah kamu makan dulu, terus kamu mandi. Sudah berapa hari kau tidak berganti pakaian," pipiku memerah. Benar, sejak pergi dari kerajaan Arka aku belum berganti baju apalagi mandi. Aku bahkan hampir lupa apa itu mandi.

Aku mengangguk dan melanjutkan makan, aku tak menyangka tanpa malu aku bisa meghabiskan hampir lima piring makanan. Kenapa aku jadi rakus begini? Seperti bukan aku saja.

Aku menoleh ke Kara dia tak makan, dia malah melihatku terkejut.

"Hai hallo," aku menaik turunkan telapak tanganku di depan muka Kara. Namun dia masih sama seperti tadi.

"Kar," aku menepuk pundaknya.

"Eh i iya ada apa," Kara terlihat salah tingkah. Aku tertawa melihat raut wajahnya yang terkejut bercampur malu.

"Kamu selesaikan dulu makanmu, keburu dingin, oh iya, maaf ya makanan kamu aku habisin," aku tersenyum. Kara mengangguk angguk.

"Dah ya, aku dah kenyang mau mandi," aku berdiri dan mendorong kursi makan.

"Eits tunggu, kamu minta baju ganti sama bibi dulu sana,"

Aku mengangguk dan menghampiri bibi yang berada di dapur. Bibi memberikan sebuah kotak berisi pakaian. Kata bibi pakaian yang di berikannya ini, sebenarnya adalah hadiah untukku. Namun belum di berikan karena ada masalah ini. Aku mengangguk dan pergi ke kamar mandi. Kata bibi pakaian ini belum diberikan karena masalah ini. Tapi bukankah semua masalah saat ini karena perbuatan Kara juga?

My Mysterious Magic (Selesai)Where stories live. Discover now