[1. Teman lama]

5.8K 428 32
                                    


Happy reading:)

📖📖📖

Wangi khas perkebunan di pagi hari menyeruak bersama tetesan embun yang menyentuh tiap permukaan dedaunan, kendaraan dengan roda empat itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah SMA Negeri tersebut. Seseorang turun dengan tas hitam yang bertengger di bahu sebelah kanannya, tanpa bicara apapun ia segera beranjak menutup pintu mobil dan masuk ke dalam sekolah.


"Diyo!"

Langkahnya mengambang di depan gerbang, dengan malas ia berbalik dan menatap papanya dengan alis yang saling bertaut.

"Kamu main pergi aja, gak sopan jadi anak, salam engga, ucapin apapun ngga."

Diyo menunggu, menunggu perkataan papanya selesai dan ingin cepat-cepat beranjak masuk.

"Nanti langsung temui kepala sekolah atau wali kelas kamu. Ingat jangan bolos dihari per---"

"Iya, saya bukan anak kecil lagi," potong Diyo dan langsung berbalik.

Antono menghela nafas melihat kelakuan anaknya. Salah didik? Menurutnya tidak. Ia rasa jika ia telah salah mendidik anak itu, maka Diyo tidak akan diterima di sekolah ini dengan begitu mudahnya.
Mobil itu kembali melaju meninggalkan sekolah saat Antono sudah yakin bahwa Diyo benar-benar memasuki sekolah.

Namanya Randiyo Erlangga, dipindahkan sang ayah dari Jakarta karena Diyo bertengkar adu fisik dengan 3 kakak kelasnya hingga 2 diantaranya sampai masuk rumah sakit sedangkan Diyo sendiri sempat mengalami pergeseran sendi pada pergelangan kakinya. Andai saja Diyo tidak melawan, maka pertengkaran tersebut dapat dikatakan sebagai pengeroyokan terhadap adik kelas. Namun sayangnya, bukanlah Diyo namanya jika hanya diam dan pasrah menerima semua perlakuan orang-orang itu.

Dalam masalah ini para orang tua dan pihak sekolah memilih jalan damai. Karena tidak ada yang bisa disalahkan disini. Mungkin memang Diyo yang membuat dua kakak kelasnya masuk rumah sakit, namun tiga senior itu yang menghajar Diyo terlebih dahulu dengan alasan yang tidak logis.

Diyo pun memilih tidak peduli dan tidak ingin mengingat masalahnya lagi. Toh, kini orang-orang bodoh yang mencari masalah dengannya itu juga sudah tidak satu sekolah dengannya.

Ia berdiri di depan sebuah pintu besar berwarna coklat tua. Di atas pintu tersebut bergelayutan papan keterangan yang mencantumkan tulisan "Ruang kepala sekolah" dengan tulisan tebal dan miring.

Diyo mengetuk pintu tersebut dengan pelan, hingga terdengar sebuah seruan dari dalam ruangan yang menyuruhnya untuk langsung masuk.

"Randiyo Erlangga? Pindahan dari Jakarta?"

Cowok itu hanya mengangguk.

"Mari duduk," tawar kepala sekolah dengan ramah.

"Sebelumnya saya sudah membicarakan ini dengan orang tua kamu. Seperti yang kita ketahui, sekolah sudah memasuki semester dua di tahun ajaran ini. Dan kamu pindah sekolah tepat seminggu sebelum ujian, dimana dalam seminggu ini kami para guru beserta karyawan tidak lagi memberi pembelajaran. Karena, kami disibukkan oleh kegiatan ujian yang akan berlangsung. Kami harus menyiapkan beberapa keperluan ujian berupa ruangan yang harus dipakai, nama dan biodata peserta ujian, kartu ujian, dan masih banyak lagi. Jadi intinya dalam minggu ini pembelajaran sudah ditiadakan, dan kamu baru masuk. Bagaimana kamu bisa menyeimbangkan antara pelajaran yang kamu pelajari di sekolah lama dengan soal yang akan kamu hadapi nanti? "

Smart or Genius ✓ Where stories live. Discover now