[12. Teman sebangku]

2.2K 250 0
                                    


Happy reading:)

📖📖📖

Keterlambatan adalah bencana, begitulah prinsip yang selama ini Diyo pegang dan kini prinsip itu menjadi kenyataan. Macet yang sungguh merugikan itu kini malah menyita waktu Diyo dan mengharuskan dirinya terlambat 10 menit setelah bel masuk berdering.

Kini ia berada tepat di depan kelas 12.1 IPA. Setelah mengetahui kelasnya, cowok itu langsung bergegas ke gedung kelas dua belas sambil berharap agar guru belum memulai perkenalan kelas, namun ternyata harapannya harus pupus dikarenakan sang guru kini sedang berdiri di depan kelas sembari memperkenalkan diri.

Baru saja Diyo ingin mengetuk pintu dan masuk, seseorang malah menghentikan aktifitasnya.

"Tunggu," ujar orang tersebut.

Diyo menoleh dan mendapati gadis yang ia jumpai di lampu merah tadi, tentu saja gadis itu juga terlambat. Mereka dilanda macet yang sama, di jalan yang sama, tadi mendapat hukuman yang sama, dan kini ternyata berada di kelas yang sama.

Setelah gadis itu berada di sampingnya, Diyo mengetuk pintu kelas membuat perkenalan yang dilakukan sang guru berhenti sejenak. Perhatian seluruh kelas pun tersita ke arah pintu masuk kelas di mana dua orang yang baru saja terlambat itu berdiri.

"Silakan masuk," titah guru muda itu.

Mereka masuk secara bersamaan dan menyalami wali kelas baru mereka.

"Kalian terlambat?"

Keduanya mengangguk.

"Sudah diberi konsekuensi?"

Lagi-lagi mengangguk.

"Kalau begitu kalian boleh duduk, ingat jangan diulangi lagi," ucap sang guru.

"Baik bu."

Hanya tersisa dua bangku kosong di belakang, mengingat ini tahun ajaran baru yang mengharuskan mereka bertukar tempat dan teman sebangku. Otomatis Diyo dan gadis itu akan menjadi partner sebangku selama satu tahun ke depan. Mereka duduk di bangku yang tersisa, bagaimana lagi, mereka harus menerimanya karena keterlambatan di hari pertama mereka yang sungguh tidak menguntungkan.

"Siapa namamu?"

Diyo menoleh ke arah gadis yang kini sedang tersenyum padanya.

"Diyo," jawabnya.

"Aku Fana, Syafana." dia mengulurkan tangan.

"Baiklah murid-murid, ibu rasa cukup sampai sini dulu perkenalannya. Hari ini belum ada pelajaran yang mengisi, jadi kalian bebas melakukan apapun selagi tidak mengusik para guru yang akan mengadakan rapat nanti siang. Ibu pamit dulu ya."

Perhatian Diyo teralihkan ke depan, bahkan ia tidak mengetahui nama wali kelasnya sendiri. Melihat Diyo yang mengacuhkannya, Fana menarik kembali tangannya.

Kelas menjadi ricuh setelah sepeninggalan wali kelas mereka. Diyo memilih keluar kelas, ia tidak terlalu suka suasana ribut dan ramai seperti ini.

"Kamu mau kemana?" tanya Fana menatap Diyo yang berdiri.

"Keluar," jawab cowok itu.

Smart or Genius ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang