[17. kunci jawaban]

2K 244 4
                                    

Happy reading:)

📖📖📖

Sedikit lagi, sedikit lagi kepalanya menoleh ke bawah meja dan pandangan mereka bertemu...

Namun, brukhhhh......

"Argh," erangnya. Wanita itu memegang kepalanya yang terhantuk ke sisi meja.

Dia menggeram kesakitan sembari menggosok-gosok keningnya yang memerah. Yora menghela nafas lega, ternyata ia tidak jadi ketahuan. Apakah Yora harus berterima kasih kepada meja yang baik ini?

"Ruangan ini memang sial!" umpatnya.

"Kemana map itu? Apa Sarja sudah mengambilnya?"

"Menyusahkan saja." Ia mengambil satu map dan berlalu dari meja.

Yora menghela nafas sembari melirik map biru dengan tulisan "Kunci jawaban matematika" di tangannya. Ia melirik punggung wanita yang baru saja masuk itu, sepertinya ia mengenal orang itu. Yang pasti wanita itu salah satu guru di sekolah ini, karena seragam yang ia gunakan adalah seragam khusus guru sekolahnya.

Setelah merasa aman, Diyo dan Yora keluar dari bawah kolong meja. Gadis itu meletakan kembali map yang sedari tadi ia pegang. Map tak bersalah namun membawa sial pada keduanya itu tergeletak begitu saja di atas meja tanpa dirapikan Yora.

Diyo mengajak Yora keluar sebelum ada yang kembali masuk dan memergoki mereka.

Yap, ternyata keberuntungan berpihak kepada mereka. Keduanya dapat keluar dari ruangan itu tanpa sepengetahuan siapa pun. Pak Sarja juga belum kembali, apalagi pak Zoni.

Omong-omong tentang pak Sarja, Diyo rasa jika ia tidak salah dengar, wanita tadi menyebutkan nama pria paruh baya itu. Jika dilihat dari ucapan si wanita itu, bisa jadi pak Sarja mengetahui tentang ruangan itu. Kenapa tidak? Bahkan yang biasanya berkeliaran di ruang CCTV hanyalah pak Sarja. Jadi tidak tertutup kemungkinan bahwa beliau mengetahuinya dan dengan leluasa keluar-masuk ruangan tersebut.

Pertanyaan yang masih abu-abu adalah, siapa wanita itu?

"Menurut lo siapa orang tadi?"

Yora menoleh ke Diyo, cowok itu tiba-tiba menanyakan hal tersebut.

"Hm, dari seragamnya, kayaknya guru deh," ujar Yora.

Diyo mengangguk, ia juga berpikiran seperti itu.
"Kenapa semua kunci jawaban itu ada di sana? Terus kenapa ruangannya aneh gitu?" gumam Diyo.

Pemikiran yang sama dengan Yora.

"Aneh, yang aku tau kunci jawaban hanya di pegang oleh guru mata pelajaran. Tidak ada yang boleh mengetahui isi kunci jawaban selain guru yang mengoreksi semua soal ujian, ulangan dan tugas lainnya. Tapi, kenapa semua kunci jawaban malah disatukan di ruangan aneh itu?"

Diyo mengerutkan keningnya heran. "Dari mana lo tau semua itu?"

"Guruku saat kelas 10 yang memberitahuku tentang peraturan sekolah ini mengenai kunci jawaban dan soalnya. Katanya, kalau kunci jawabannya sampai hilang, resiko bagi guru itu sendiri sangat besar," jawab Yora.

"Kalau gitu, gak mungkin tiap guru mata pelajaran mau ngumpulin kunci jawabannya di ruangan itu?"

"Seharusnya seperti itu, tapi kenyataannya tidak."

"Mungkin peraturan sekolah sudah berubah," ujar Diyo mulai tak acuh.

"Tidak. Biasanya jika peraturan berubah akan ada dikeluarkan daftar peraturan mengenai guru maupun murid. Jadi, itu tidak mungkin," sanggah gadis itu.

Diyo menyenderkan punggungnya ke dinding sambil menatap langit-langit ruangan.

"Apa itu bukan kunci jawaban yang asli?" tanyanya tiba-tiba.

"Bisa jadi. Tapi untuk apa? Dan siapa yang melakukannya?" tanya Yora.

"Untuk membantu pengoreksian ujian?" Diyo melirik Yora dengan tatapan bertanya.

"Tidak, ujian berbasis LJK. Yang artinya tiap lembar ujian akan diperiksa melalui komputer."

"Lalu? Untuk apa lagi? Mengoreksi ulangan?"

"Itu tidak perlu, tiap ulangan diwajibkan guru mata pelajaran sendiri yang mengoreksinya."

Diyo memainkan dasinya dan melirik benda apapun yang ada di dalam ruangan itu hanya untuk berpikir.

"Untuk bocoran?" ucapnya tiba-tiba.

Yora melirik cowok di sampingnya. Dengan santai cowok itu menberi opini tentang kunci jawaban yang masih mereka pertanyakan.

"Siapa pelakunya?"

"Yang jelas pak Sarja terlibat."

Bersamaan dengan itu, pak Sarja memasuki ruaang CCTV, Yora sempat kaget dengan kedatangan pak Sarja yang langsung duduk di tempatnya. Sedangkan Diyo, cowok itu santai saja, padahal ia baru saja menyebutkan nama orang yang bersamaan dengan datangnya orang tersebut. Tanpa muka bersalah, ia masih enggan mengangkat punggung dari dinding ruangan.

Suasana hening, tak ada yang ingin mengeluarkan suara sedikitpun. Semuanya sibuk dengan pemikiran masing-masing. Hanya suara otak atik keyboard komputer yang menggema pada ruangan sempit itu.

Tak lama, pak Zoni muncul dan langsung menginterogasi mereka yang berakhir di lapangan upacara.

📖📖📖


~Menghargai sang peninggal jejak

Smart or Genius ✓ Where stories live. Discover now