[19. Mind]

2K 240 7
                                    

Happy reading:)

📖📖📖

Yora mengambil langkah lebar dengan kesal ketika menuju kelasnya. Pagi ini sungguh mengesalkan, tadi pagi ia mendapat pesan bahwa kafe tempatnya bekerja ditutup sementara. Bagaimana dia bisa makan? Dari mana ia akan mendapatkan uang? 'Sementara' itu seberapa lama?

Gadis itu sibuk merutuki nasibnya yang sial tanpa menghiraukan sekitarnya. Beberapa orang yang melihat Yora lewat memandang aneh gadis yang sedang mengoceh sendiri itu.

"Awh," ringis Yora. Saking cepatnya berjalan, kakinya sampai tergelincir dan jatuh. Sungguh malunya tak tertahankan, ia menutup mukanya yang terasa panas dan memerah.

Suara tawa terdengar samar di telinga Yora, karena dia menutup wajahnya. Baiklah, kini ia menjadi bahan tertawaan di tengah koridor.

Selama beberapa saat menutup wajahnya, Yora memberanikan diri untuk mengintip keadaan sekitar. Gadis itu terkejut melihat seseorang yang berdiri di sampingnya sambil menatap dirinya lurus.

"Lo kenapa?" tanya Diyo.

"Ke,kenapa? Menurutmu aku kenapa?"

"Hm, jatuh?"

Yora menggeram kesal, orang ini semakin membuatnya malu saja.

"Me-nu-rut-mu?" kesal Yora.

"Lo jatuh."

Oke, Yora harus ekstra sabar hari ini. Gadis itu mencoba bangkit, namun bokongnya terasa sakit. Belum lagi pergelangan kakinya yang terasa ngilu.

"Diyo!" panggil seseorang.

Keduanya menoleh ke depan. Ada Ziko di sana yang berjalan menghampiri mereka.

"Lah? Yora? Kenapa?"

"Menurutmu?" Yora mengulang pertanyaannya kepada Diyo tadi. Ternyata dua sekawan ini tak ada bedanya, sudah jelas Yora terjelepak di lantai koridor pertanda jatuh masih saja ditanya. Tidak mungkin gadis itu sengaja duduk di tengah koridor dan melakukan hal memalukan seperti ini bukan?

"Jatuh ya? Kenapa gak hati-hati?" Ziko mengulurkan tangannya untuk membantu Yora.

"Gatau, lantainya licin," jawab gadis itu sembari meraih tangan Ziko dan berdiri.

"Yo? Kok gak kamu tolongin?"

Diyo menatap Ziko polos, "Dia gak minta tolong," ujarnya.

Yora dan Ziko hanya bisa menghela nafas. Ternyata sikap tidak peduli Diyo sudah mendarah daging alias sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa diubah.

"5 menit lagi bel masuk, kamu bisa jalan?"

Yora mengangguk, kakinya sakit namun tidak terluka, ia masih bisa berjalan. Toh dirinya hanya tergelincir saja. Sakitnya sih tidak seberapa, namun malunya?🙃

Mereka bertiga berjalan berdampingan. Bukan, hanya Yora dan Ziko yang berjalan berdampingan, Diyo berjalan duluan di depan mereka.

"Eh, Yo, kamu kemaren ngantarin Fana ya?" Ziko memulai obrolan.

Diyo hanya meliriknya dan mengangguk untuk menjawab pertanyaan Ziko. Karena penasaran, Yora ikutan nimbrung dan mendengarkan percakapan mereka.

Smart or Genius ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang